Keluarga kecil Felix mulai menyiapkan makan malam dengan membagi tugas, di mana Rena yang memasak semur daging atas request si sulung Cila, Felix yang mencuci piring kotor di wastafel, serta Cila yang membantu sang mama mengambilkan bahan-bahan penting untuk memasak semur daging kemudian mereka semua melaksanakan makan malam dengan khidmat dan diramaikan oleh ocehan juga tingkah lucu Dean yang mulai belajar makan sendiri.
Setelah makan malam, Rena menemani kedua anaknya tidur karena hari mulai larut, Rena mengecup kening putra-putrinya kemudian menyelimuti mereka karena udara malam yang dingin.
Ceklek.
"Anak-anak udah tidur, Baby?"
"Udah, Kak. Kayanya mereka kecapean deh, karena main di taman seharian, cepet banget tidur mereka soalnya."
"Alhamdulillah .... "
"Heum?"
"Baby, sini, deh!" titah Felix menarik lembut telapak tangan Rena dan membawa sang istri ke atas pangkuannya.
"Aku rindu, tau! Sejak Dean lahir, kamu sibuk sama anak-anak sampai aku dilupakan sama kamu," sambung Felix menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Rena.
Rena menjauhkan Felix dari lehernya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Felix, "Aku juga rindu Kakak, tetapi ada hal penting yang harus kita bicarakan, Kak."
"Aku rindu panggilan Kakak dari kamu, hati aku menghangat tauk, denger kamu panggil Kakak."
"Berhenti jadi buaya dulu, ih! Kita harus bicara serius, Kakak ... ini penting banget untuk kita bahas, demi masa depan keluarga kita."
"Baiklah, katakan!"
Rena menatap serius Felix yang balas menatapnya dengan tatapan penuh akan rasa penasaran, Felix memasang telinga betul-betul untuk mendengarkan perkataan istrinya.
"Kak, kamu ada musuh atau saingan besar di kantor, gak?"
Alis Felix menyatu mendengar pertanyaan Rena, "Musuh? Kayanya nggak, deh, By, kenapa?"
"Bener? Orang yang iri sama kamu, orang yang udah kamu sakiti, kamu singgung, atau bahkan kamu rendahin gak ada, gitu?"
"Orang yang iri sama aku banyak, Baby ... pasti ada, tetapi untuk mereka yang aku singgung, rendahin, sakiti kayanya gak ada deh," balas Felix berusaha mengingat semua sikapnya selama di kantor.
"Tunggu! Kayanya aku ingat sesuatu, deh! Pas aku di kantor aku memang pernah sakiti hati seseorang, tapi itu udah seminggu lalu, Baby! Memang ada apa kamu tanya gini?" tukas Felix setelah beberapa saat terdiam.
"Bentar!" Rena bangkit dari duduknya mendekati nakas dan mengambil ponselnya, Rena membuka galeri kemudian menunjukkan foto yang dia terima dari nomor asing.
"Beberapa hari ini aku menerima foto kebersamaan kamu dengan wanita lain ketika di kantor dari nomor asing ini, aku gak mau nuduh kamu bermain di belakang aku, karena aku percaya kamu gak akan pernah lakuin hal itu. Siapa orang yang udah kamu sakiti, Kak?"
"Baby, coba aku liat fotonya."
Rena memberikan ponselnya pada Felix dan duduk di sisi Felix memerhatikan ekspresi serius di wajah suaminya ketika mengamati foto tersebut. Entah perasaan Rena atau kenyataan jika diperhatikan lebih teliti lagi, suaminya ini semakin tampan nan menarik setelah memiliki dua anak, dan itu berhasil membuat Rena kesal setiap kali mengajak Felix keluar rumah.
Bayangkan saja, selama perjalanan ke luar rumah, Rena tangkap banyak sekali tatapan memuja wanita-wanita genit di luar sana untuk suaminya, bahkan ada wanita yang terang-terangan meminta Felix menjadikannya madu. Rena yang saat itu kepalang kesal pun menyeret suaminya pulang dan berjanji tak akan pernah mau keluar rumah jika suaminya tak menutup wajahnya dengan masker yang menutupi hampir sebagian besar wajahnya.
Katakanlah Rena posesif, itulah kenyataannya! Rena tak suka miliknya dikagumi, disukai, bahkan disentuh orang lain, sekalipun hanya tersenggol biasa, Rena pasti akan marah besar dan menyueki Felix hingga amarahnya reda.
"Dia Michelle, Baby!"
Bugh!
Akh."Baby, kenapa aku ditampol?"
"Habisnya kamu ngagetin aku!"
"Maaf, Baby, aku gak sengaja. Aku ingat, dia itu Michelle, orang yang udah aku sakitin hatinya."
"Orang yang udah kamu sakiti hatinya?" beo Rena memicing curiga.
Pletak!
"Jangan berpikir macam-macam! Aku sakiti dia karena waktu itu dia nembak aku di depan semua karyawan, bukan sebagai pacar, tapi sebagai madu, ya aku dengan tegas gak maulah! Terus dia hina kamu, yaudah aku balas dia."
"Kakak suka banget jitak kening aku, kalau makin lebar gimana?" garang Rena.
"Maaf, Baby. Gatau kenapa jitak kening kamu udah jadi hobi aku, Baby."
"Hm, kamu gak sampe buat kasar sama dia, 'kan?"
"Nggak, Baby, aku cuma balas dia pake perkataan yang nyelekit dikit, tapi bukannya insaf atau menjauh, dia malah makin jadi deketin aku bahkan suka cari kesempatan dalam kesempitan sama aku, Baby ... Aku gak suka dia ... dia tuh genit sama aku ... dia suka pegang-pegang aku masa! Aku udah kasarin dia, tapi dia makin gencar deketin aku ..., " papar Felix merengek di akhir kalimatnya.
"Kayanya dia sengaja ngelakuin hal ini untuk hancurin rumah tangga kita, Kak."
"Kamu bener, Baby, kita harus kasih dia pelajaran!"
"Jangan dulu! Kita harus kumpulin bukti kalau emang bener dia yang ngelakuin hal ini."
"Maksud kamu gimana, By?"
"Mulai besok, kamu minta kak Zico sama kak Vero untuk selidiki dia, kumpulin bukti sebanyak-banyaknya kalau dia emang berniat hancurin rumah tangga kita, bukan hanya rumah tangga kita yang terancam kalau ini dibiarkan, tapi perusahaan kamu juga, Kak. Di waktu yang tepat setelah semua bukti terkumpul, baru kita ungkap semuanya, gimana?"
"Boleh juga ide kamu, By! Istri siapa sih, pinter banget?"
"Istrinya Kakak Felix Danuarta papanya Cila dan Dean, dong!" seru Rena tertawa kecil.
"Lucu banget, sih ... istri tercintaku ini .... "
Cup.
Cup.
Cup.
Cup.Tbc?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity of Love (END)
RomanceBagaimana rasanya kala orang yang kita cintai datang melamar saudari kita sendiri? Sakit? Tentu! Itulah yang dirasakan Renata Samira, perempuan karir yang harus menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai datang melamar Denata Samira-kakak kembarny...