Zico yang mendapat telepon menyebalkan dari Felix langsung menggerutu kesal karena tanpa menjelaskan maksud pria itu menelepon, malah langsung mematikan teleponnya, sangat menyebalkan!
Zico pun menyambar jaket kulitnya yang tergantung di balik pintu kamarnya kemudian membawa motor kesayangannya melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sahabat laknatnya.
Ceklek.
"Assalamualaikum."
"Loh, Zico? Sendiri? Vero mana?" sambut Rita.
"Waalaikumussalam, Mami, balas dulu salamnya," tegur Reno membuat Rita tertawa kecil dan menjawab salam.
Zico menyalami tangan kedua orang tua sahabatnya dan menjawab, "Iya, Mi, Pi, Zico sendiri ke sini, Vero gak diajak. Habisnya Felix .... "
"Kamu telat sepuluh detik!" potong Felix menatap datar Zico.
"Masih untung aku datang, 'kan? Ada apa?"
Tanpa menjawab pertanyaan Zico, Felix langsung menyeret sahabatnya ke ruang keluarga di mana kedua mertua, juga istrinya berada. Rita dan Reno yang bingung atas tindakan anaknya langsung mengikuti dari belakang kemudian Felix menghempaskan Zico ke hadapan sang istri.
Felix menghela napas panjang seraya memejamkan matanya kuat-kuat kemudian berjalan ke arah Zico sehingga Zico bergidik ngeri melihat aksi sahabatnya. "W ... weh ... m ... mau apa kamu, Felix? Fel ... Felix ... ja ... jangan aneh-aneh, deh!" panik Zico kala Felix menatap lekat dirinya.
Grep.
Cup."Brengsek kau, Felix! Aku masih normal, ya Allah ... Tuhanku!" berang Zico berusaha melepaskan diri dari Felix yang berani memeluk bahkan mengecup keningnya.
"Diam dan turuti sebelum kau menyesal, Zico!" bisik Felix semakin membuat Zico meronta.
Wika, Bima, Rita, dan Reno syok berat melihat putra mereka berlaku layaknya seorang pria pada kekasihnya, berbeda dengan Rena yang tersenyum puas seraya terkekeh melihat Felix mau melakukan keinginannya. Sontak kekehan Rena mengundang tatapan horor kedua mertua, kedua orang tua, dan Zico yang masih tertekan atas tindakan Felix.
"Sayang ... i ... ini ... perbuatan kamu?"
Rena menggeleng, "Bukan, Bunda! Ini keinginan si kecil yang mau lihat Papa peluk dan cium Kak Zico," balas Rena dengan wajah polos tanpa dosanya.
Zico yang kesal pun menendang keras tubuh Felix sehingga Felix melepaskan pelukannya seketika, "Kau gila? Aku masih suka wanita, Felix!" sarkas Zico mengutarakan kekesalannya.
"Lebih baik menjadi gila karena ini daripada gila karena pisah dari istri!" balas Felix berusaha santai menutupi kekesalannya.
Oh, ayolah ... pria mana yang tidak malu sekaligus kesal ketika diminta 'tuk memeluk bahkan mengecup pria lain di hadapan keluarganya? Tidak ada! Jika saja Rena tidak mengancamnya, mungkin Felix enggan mengikuti kemauan bayi tak berakhlaknya itu.
"Kak Zico, maaf, ya? Rena gak bermaksud bikin kalian malu, salahkan saja cebong Kak Felix yang menginginkan Papa memeluk bahkan mencium Kakak di hadapan keluarga kami!" tukas Rena tanpa filter dengan mimik menyedihkan.
Semua orang tersedak saliva mendengar penuturan Rena, cebong, katanya?
"Maaf, Pa, Kak, kayanya ... selama beberapa hari ini ... kalian ... libur dulu, ya, ke tempat kerjanya ... karena ... tadi ... cebong pengen .... "
Ya Allah ... pengen apa lagi janin gak ada akhlak itu? Perasaan hamba semakin tak enak, ya Allah .... batin Felix dan Zico was-was.
"Tadi ... dia pengen ... aksi kalian yang pelukan itu ... diabadikan dan ... dijadikan instastory."
Deg!
Ya Allah ... apalagi ini?
Mereka semua tersenyum paksa mendengar cicitan Rena, "Ren, kalau anak kalian lahir, ah ... maksudnya kalau anak kalian mau lahir, telepon Kakak, ya? Akan kuberi dia pelajaran berharga karena telah berani menghancurkan image dan reputasi yang susah payah kujaga!" imbuh Zico menatap penuh permusuhan pada perut buncit Rena.
Begitupun Felix, pria itu menatap datar anaknya yang masih berada dalam kandungan kemudian menghela napas panjang. "Felix sama Zico pergi dulu!" tukas Felix menyeret kasar kerah jaket sahabatnya.
Rena yang melihat kepergian keduanya langsung berkaca, "Bunda ... Mami ... kak Felix sama kak Zico marah, ya? Padahal ... bukan Rena yang mau, tapi anak Rena ... Rena salah, ya?" tanya Rena penuh uraian air mata.
Rita dan Wika pun langsung memeluk Rena yang semakin terisak, "Nggak, Sayang ... mereka gak marah, kok ... mereka keluar karena lagi ada kerjaan aja, jangan sedih, ya?"
"Mami gak bohong, 'kan?"
Rita tersenyum, "Nggak, Sayang ... lagi pula, mana berani Felix marah lama-lama sama kamu? Dia kan paling gak bisa marah lama-lama sama kamu, apalagi sampai cuekin kamu, semoga saja apa yang kukatakan bener."
"Iya, Sayang, udah. Jangan sedih lagi, gimana kalau kita masak aja? Udah lama juga kita gak masak bertiga, 'kan?" timpal Wika turut menghibur putrinya yang semakin sensitif.
Berhasil, wajah Rena cerah seketika mendengar penuturan-penuturan dua ibu paruh baya di sisinya. Tanpa berlama-lama, tiga wanita berbeda generasi itu mulai menyiapkan segala sesuatu untuk kegiatan memasak mereka.
Reno mendekati Bima dan duduk di samping besannya, "Apakah kau yakin jika Felix dan Zico benar-benar tidak marah?" tanya Reno.
"Entahlah, kurasa mereka hanya kesal dan pergi dari sini untuk menenangkan diri karena tak ingin kelepasan dan berakhir menyakiti Rena tanpa sadar."
"Benar juga, kurasa Felix menyesal memberikan kedua anaknya seorang adik," sahut Reno dibalas tawa lepas oleh Bima.
"Kuyakini anak itu akan berhenti sampai di sini saja dan tidak akan mau menambah anak."
Dan berakhirlah kedua pria paruh baya itu saling berbagi pendapat disertai tawa penuh kepuasan memikirkan Felix yang pasti kapok menambah anak setelah menerima berbagai macam permintaan di luar nalar yang membuatnya kena mental bahkan pusing tujuh keliling karena ngidam sang istri.
Tbc?
![](https://img.wattpad.com/cover/366347708-288-k135638.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity of Love (END)
RomancePart Lengkap! Namun, bab 1 berada di paling bawah setelah Bab terakhir, happy reading, guyssss :) *** Bagaimana rasanya kala orang yang kita cintai datang melamar saudari kita sendiri? Sakit? Tentu! Itulah yang dirasakan Renata Samira, perempuan kar...