Hari ini adalah hari kepulangan Rena dan Felix setelah berbulan-bulan lamanya mereka disibukkan dengan proyek kerja sama, awalnya Felix hendak menunda kepulangan mereka karena kondisi Rena yang tidak memungkinkan. Namun, Rena menolak keras keinginan Felix menunda kepulangan mereka mengingat sudah lama Felix berpisah dengan istri dan anaknya.
"Kamu yakin mau pulang sekarang? Keadaan kamu tidak memungkinkan, Baby, kita tunda saja, ya?"
"Kak, berapa kali aku bilang, aku udah gak papa. Kasihan Cila sama kak Dena yang harus menelan kekecewaan karena Kakak yang gagal pulang."
"Kamu gak lupa sama percakapan kita di Malioboro, 'kan?"
"Kak, please ... sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas semua itu."
Felix pasrah, pria itupun mengambil barang milik mereka dan meletakkannya di bagasi lalu, Felix membukakan pintu mobil untuk Rena kemudian menjalankan kuda besi beroda empat miliknya.
"Kalau keadaan kamu memang gak memungkinkan nantinya untuk kita lanjut perjalanan, jangan membantah dan kita harus mencari penginapan. Saya gak mau ayah dan bunda marahin saya karena gak jagain kamu selama di Yogyakarta," tukas Felix yang dibalas anggukan setuju oleh Rena.
"Kalau dilihat-lihat dan diperhatikan dengan saksama, selama kamu sakit dan susah untuk makan, badan kamu semakin berisi, Baby. Kok bisa, ya? Saya aja kalau sakit dan susah makan, badan saya kurusan lho, gak kaya kamu yang makin berisi."
Deg!
Jangan mempersulit semuanya, tolong jangan ....
"Y ... ya ... meskipun aku susah makan, tap ... tapi aku kan ngemil, Kak ... makanya badan aku makin berisi, cemilan yang sering aku makan pun mengandung lemak, iy ... iya, 'kan?" jawab Rena gugup.
Felix mengangguk setuju, "Iya juga, sih, apalagi akhir-akhir ini kamu lebih suka makan cemilan di tengah malam."
"N ... nah, iya, bener."
Semoga Kak Felix percaya sama apa yang Rena bilang, ya Allah ... Kalau sampai Kak Felix gak percaya, Rena harus cari alasan apalagi?
Sampai kapan? Sampai kapan semua ini berlangsung jika kamu mempersulitnya?
Keheningan menemani mereka selama perjalanan, hanya musik yang menemani perjalanan keduanya. Felix yang fokus menyetir sesekali mencari celah menyalip kendaraan di depannya dengan pikiran berkelana memikirkan beberapa kemungkinan dan Rena yang sibuk menatap jalanan yang mereka lewati. Sampai tiba-tiba suara Rena menghancurkan suasana hening di antara mereka dan melahirkan kepanikan dalam diri Felix.
"Kenapa?"
"K ... Kak, ak ... aku gak kuat, tolong ... berhenti di pom bensin sana, aku mohon, Kak ... berhenti ..., " lirih Rena menahan gejolak hebat dalam perutnya.
Felix menghentikan mobilnya sesuai permintaan Rena, tanpa berkata apa pun, Rena berlari sekuat tenaga menuju toilet wanita. Felix yang kepalang panik pun tanpa pikir panjang menyusul Rena dan membantu Rena mengeluarkan isi perutnya dengan mengurut pelan tengkuk Rena yang tertutup hijab.
Namun, seperti sebelumnya, tak ada satupun makanan yang keluar sehingga Rena kembali merasa pusing dan meluruh dibuatnya karena tak lagi memiliki tenaga untuk sekadar berdiri.
"Gitu dong, Mas, jadi suami siaga! Istrinya kalau mual gitu harus diperhatikan, kayanya dia lagi hamil."
Deg!
"Maaf? Maksud Ibu?"
"Coba diperiksa ke dokter kandungan, Mas, saya yakin istri Mas hamil. Jadi, Mas harus lebih siaga dan lebih memerhatikan istrinya," sahut seorang wanita asing yang kebetulan berada di bilik sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity of Love (END)
RomanceBagaimana rasanya kala orang yang kita cintai datang melamar saudari kita sendiri? Sakit? Tentu! Itulah yang dirasakan Renata Samira, perempuan karir yang harus menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai datang melamar Denata Samira-kakak kembarny...