2️⃣4️⃣

3.1K 58 4
                                    

Wika meminta Felix membawa tubuh Rena yang tak sadarkan diri ke atas brankar kemudian memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Rena. Wika dan Bima hanya bisa menangis dalam diam melihat keadaan putri-putrinya saat ini, kepergian Dena, kehancuran Rena, dan pernikahan antara Rena juga Felix yang ternyata telah Dena siapkan dengan matang tanpa sepengetahuan mereka semua.

Iya, Rena telah resmi menjadi istri dari Felix Danuarta dua menit setelah Dena menghembuskan napas terakhirnya karena permintaan terakhir Dena yang ingin ijab qobul dilaksanakan tepat di hadapan jasadnya agar wanita itu bisa pergi dengan tenang.

"Bagaimana keadaannya, dokter?"

"Om dan Tante tenang aja, saya sudah menyuntikkan obat penenang dalam infus Rena, kemungkinan Rena akan sadar malam nanti karena efek dari obat penenang itu. Saran saya, untuk saat ini jauhkan Rena dari segala hal yang akan membuatnya stres atau tertekan karena itu akan berpengaruh besar pada bayi dalam kandungannya," papar Riska.

"Saya pernah berada di posisi Rena, sehingga saya mengerti sekali bagaimana rasanya dituduh dan ditekan seperti itu, apalagi sekarang Rena telah sah menjadi istrimu, Felix. Tugasmu adalah menjaga Rena dari segala hal yang menyakitinya bahkan berpotensi menciptakan kesedihan dalam hatinya, maaf ... apalagi mamimu."

"Saya rasa ... dia pasti tidak akan biarin Rena hidup tenang, pasti ada aja hal yang membuat dia bisa menyalurkan amarahnya pada Rena, bukan sok tau ... saya hanya berusaha membuatmu waspada karena saya sudah mengalaminya, itu menyakitkan, Felix. Rena tidak akan kuat, bisa saja bayi kalian tidak akan selamat," sambung Riska.

Akhirnya, Riska pamit undur diri mengurus pasiennya yang lain meninggalkan Bima, Felix, dan Wika di ruangan Rena. Felix terduduk membisu di sisi brankar Rena sembari mengelus lembut kepala juga perut sang istri, Bima dan Wika turut membisu seraya memikirkan perkataan Dokter Riska di sofa.

"Maafin Papa, Sayang ... andai aja Papa gak bodoh dan diam aja, mungkin kamu gak akan terancam ... maafin Papa ... karena kesalahan Papa kamu harus menanggung resiko besar sebelum kamu lahir ke dunia ini, Papa bodoh, ya? Maafin Papa ... maaf, Sayang ... Papa benar-benar minta maaf ... seandainya Papa gak diam aja dan membongkar segalanya ... mungkin ... mungkin kamu dan Mama gak akan menderita, maafin Papa ... Papa belum bisa jadi Papa yang baik ... maaf ..., " raung Felix menumpahkan tangisannya.

"Kamu mau maafin Papa, 'kan? Papa janji akan lebih ekstra lagi dalam menjaga juga melindungi kamu, Mama, dan kak Cila, Papa janji ... bertahan, Sayang ... Papa sama Mama gak mau kehilangan kamu ... bertahan, Nak .... "

"Kapan kamu mengetahui segalanya, Felix?" tanya Bima.

"Maaf, Ayah, Bunda, Felix tau ... Felix tau sejak lama mengenai hal ini ... maafin Felix yang cuma diam aja kaya orang bodoh, maafin Felix ... maaf ..., " mohon Felix berlutut di hadapan kedua mertuanya.

"Felix, kenapa kamu lakuin semua ini? Kenapa, Sayang?"

"Felix bisa apa, Bunda, Ayah? Felix bisa apa jika Rena yang gak mau Felix pisah sama Dena? Rena keukeh minta Felix tepati janji Felix untuk terus bersama Dena, maaf ... Felix sering menemui bahkan menemani Rena memeriksa keadaan anak kami. Felix ingin bertanggung jawab sejak awal, tetapi lagi-lagi Rena mengancam Felix, Felix menurut karena Felix gak bisa lihat kekecewaan di mata Rena, Felix lemah jika berhubungan dengan Rena, Ayah ... Bunda ... Felix lemah .... "

"Felix berharap Rena berkata jujur ketika kami berada di Yogyakarta, setidaknya jika tidak ingin jujur kepada kalian, Rena jujur sama Felix, tetapi apa? Rena malah lebih memilih menyembunyikannya dari Felix."

"Felix gak bisa paksa Rena untuk jujur karena Rena sangatlah sensitif sejak mengandung anak kami, Felix takut Rena malah menjadikannya beban pikiran, makanya Felix diam aja. Felix berhasil membuat Rena berkata jujur setelah Felix membawa Rena ke rumah sakit di mana saat itu Rena mual dan lemas."

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang