Rena membaringkan diri di atas ranjang dengan wajah pucatnya, sejak awal Rena merasa begitu lemas sehingga dia meminta Felix untuk membantu Cila bersiap karena sebentar lagi Rita Akan datang membawa Cila keluar.
Rena pun harus bersiap, pastinya sebentar lagi Rita akan memberinya siksa yang menyakiti hati maupun fisiknya. Oleh karena itu, Rena harus siap dan sigap melindungi bayi dalam kandungannya agar dia saja yang terluka, jangan anaknya.
Sret!
"Bangun, kamu! Enak aja Felix ke kantor kamu malas-malasan di kamar! Emang bener, ya, kamu tuh gak lebih baik dari Dena Kakak kamu, andai Dena masih hidup, mungkin saya gak akan pernah punya menantu pemalas kaya kamu! Udah pemalas, murahan, pula!" sembur Rita menjambak kuat rambut coklat Rena yang panjang.
Baru saja Rena ingat dalam hati, mertuanya ini sudahlah muncul. Rena yakin, amarah ini tidak hanya berhenti dari sini, pasti ada hal lain yang akan membuat sang mertua semakin murka, entah hal sepele, maupun tak berdasar sekalipun.
Sakit hati dan fisik ini, ya Allah ... kapan penderitaan Rena akan berakhir? Rena gak setangguh itu untuk menerima segala perlakuan buruk tante Rita, -batin Rena nelangsa.
"Bangun, kamu!"
Rita menarik tubuh lemah Rena dengan tak berperasaan sehingga Rena hampir saja jatuh jika dirinya tak lekas berpegangan pada nakas. Tak berhenti di sana, Rita menyeret Rena ke arah dapur dan menghempas kasar tubuh Rena ketika mereka sampai di wastafel.
Dugh!
Akh!Perut besar Rena terhantuk ke tembok wastafel, beruntung benturan tersebut tidak terlalu keras. Namun, tetap saja menghadirkan rasa nyeri yang menyakitkan, Rena hanya bisa terdiam sembari memejamkan mata kuat menahan kesakitannya.
"Kamu lihat, itu! Piring kotor berserakan di wastafel! Apa yang kamu lakukan sebenarnya? Piring kotor berserakan, rumah berdebu, lantai kotor, bahkan kamar mandi pun tak terawat!"
Bohong!
Semua yang Rita katakan adalah kebohongan semata, memang piring kotor berserakan di wastafel, tetapi kamar mandi dan lantai tak sekotor itu, jika kalian ingin tau, Rena adalah wanita yang selalu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, ingin menjawab pun percuma, hanya akan membuang tenaga, lebih baik diam dan menuruti keinginan mertuanya.
Di posisinya, Rena melihat Cila yang menatap Rita dengan penuh emosi, tetapi senyum meyakinkan Rena membuat Cila menyurutkan tatapan tersebut, tetapi tak membuat mata bulat gadis kecilnya berhenti berkaca.
Rena mulai mencuci piring kotor di hadapannya dengan tenang meskipun perutnya masih terasa sakit, Rita hanya menatap rendah Rena yang pasrah menerima perlakuan darinya. Ini yang dia inginkan, membuat Rena tertekan, sedih, merasa tak dihargai, kemudian wanita itu pergi dari kehidupan Felix juga Cila untuk selamanya, kalau bisa anak dalam kandungan Rena harus tiada agar tak ada lagi alasan yang bisa Felix gunakan untuk mempertahankan pernikahan mereka.
"Saya akan pergi dengan Cila, saya mau sepulang dari luar, rumah ini bersih tanpa ada debu atau kotoran yang melekat di sekitarnya!" seru Rita kemudian mengajak Cila keluar.
Cila yang diajak sang oma hanya terdiam membisu dengan wajah datarnya, jangan salah! Meskipun sikap Cila sebelas dua belas ceria juga meresahkannya dengan Rena, tetapi ketika marah, gadis cilik itu akan menampakkan wajah datar selama emosinya belum mereda. Like father like daughter, right?
Berselang beberapa menit, Rena telah berhasil menyelesaikan tugas dan perutnya mulai terasa mendingan sehingga Rena memutuskan untuk pergi menenangkan diri sebelum Rita pulang bersama Cila.
Sampailah Rena di Taman Argowilis, tempat di mana Rena menghabiskan masa kecilnya bersama keluarga, Taman Argowilis adalah taman indah yang seringkali Rena bersama keluarganya datangi ketika weekend untuk sekadar piknik dan menciptakan kenangan indah bersama.
Taman Argowilis tak banyak berubah, suasana yang sejuk, masih sama seperti dahulu, yang berubah adalah taman ini mulai terisi wahana menarik untuk para balita maupun anak-anak, serta remaja yang dimabuk asmara datang meramaikan.
Lama mengingat masa kecil, Rena bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki jenjangnya menuju kompleks perumahan milik suaminya. Fyi, Rena udah kembali ke rumahnya setelah beberapa hari menginap di rumah orang tuanya ya guys yaa sehingga Rita bisa kembali muncul dan leluasa menyiksa Rena setiap kali Felix pergi kantor.
"Tante, awas!"
Brakkk!
Dugh!
Akh!Mama!
Rena tertabrak mobil yang mengakibatkan dirinya terjatuh dengan perut yang menghantam batu besar disertai pendarahan hebat karena menyelamatkan Rita dan Cila yang kala itu hendak tertabrak mobil dengan mendorong keduanya ke sisi jalan raya.
Cila menghampiri Rena yang terbaring lemah dengan darah yang merembes dari pakaiannya, "Mama, kenapa Mama lakuin ini? Kenapa, Ma?"
"Cila Sayang ... Mama gak mungkin biarin kamu ... dan Oma ... celaka ... Mama ... rela mempertaruhkan nyawa ... untuk keselamatan kalian, Nak ..., " jawab Rena dengan napas tersendat dan tangan yang mengelus lembut pipi chubby Cila.
"Mama ... kenapa kalian liat aja? Ayo, tolong Mama Cila!" jerit Cila pada warga yang hanya terdiam tanpa mau bergerak memberi bantuan.
"Astaga, Rena!"
"O ... Om Vero ... tolongin Mama ... tolongin Mama Cila, Om ... tolongin ... Mama ... Mama berdarah ..., " isak Cila.
"Cila tenang, ya, Sayang ... Om akan bawa Mama ke rumah sakit dan telepon papa, oke? Yuk, kita ke rumah sakit sekarang!"
Vero menggendong Rena dengan tergesa memasuki mobilnya dan membawa Rena ke rumah sakit terdekat tanpa memedulikan Rita yang masih terdiam kaku di tempatnya.
"Dokter, tolong! Dokter ... tolongin adik saya!" teriak Vero.
Tak lama kemudian, Dokter Riska dan beberapa perawat datang membawa brankar secara tergesa lalu, Dokter Riska membawa Rena ke ruang UGD untuk diperiksa.
"Di mana Felix?" tanya Riska menatap sekitar.
"Dokter ... kenal Felix?"
"Jangan banyak tanya! Di mana Felix? Dia harus menandatangi ketentuan yang ada untuk proses operasi Rena."
Deg!
"O ... operasi?"
"Benturan yang dialami Rena begitu keras sehingga mau tidak mau, kita harus melakukan tindakan untuk mengeluarkan bayinya secepat mungkin sebelum hal buruk terjadi, saya butuh Felix untuk menandatangi ketentuan yang berlaku sebelum operasi, termasuk mengurus administrasi!"
"Saya yang akan tanggung jawab, Dok. Felix sedari tadi tidak bisa dihubungi," balas Vero yang diangguki oleh Riska.
Vero pun meminta Cila untuk diam di kursi tunggu selagi dirinya mengurus segala hal yang diperlukan untuk keselamatan Rena dan bayinya.
Setelah itu, Vero kembali menghubungi Felix untuk memberitahukan keadaan Rena pada pria tersebut. Namun, lagi-lagi hanya suara operator yang menjawab panggilannya, raut khawatir semakin kentara di wajah Vero melihat Rena yang tampak semakin pucat di atas brankar menuju ruang operasi.
"Felix ... Kamu di mana, sih? Cepatlah angkat teleponnya, anak dan istri kamu sedang dalam bahaya .... "
Tbc?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity of Love (END)
RomanceBagaimana rasanya kala orang yang kita cintai datang melamar saudari kita sendiri? Sakit? Tentu! Itulah yang dirasakan Renata Samira, perempuan karir yang harus menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai datang melamar Denata Samira-kakak kembarny...