3️⃣5️⃣

2.3K 49 0
                                    

Sesuai keinginan Cila, malam ini Rena dan Felix mengundang Vero juga Zico untuk barbeque party entah party apa, keinsafan Rita, mungkin?

Felix sebagai bapak kepala keluarga yang baik mengiyakan permintaan istri dan anaknya untuk menjadi sosok yang menyiapkan segala persiapan untuk barbeque party dadakan mereka dengan Rena dan Cila sebagai pengamat.

Felix berhasil mereka manfaatkan untuk membuat persiapan, Dean berhasil mereka tenangkan sehingga tidak lagi histeris di tangga, serta mengundang dua pria sok sibuk yang sialnya adalah sahabat baik Felix.

"Assalamualaikum, Felix, main, yuk!" salam Vero mendapat geplakan kecil dari Zico.

"Waalaikumussalam, Felixnya lagi tidur, balik besok, yaaa," balas Rena menatap malas kedua sahabat suaminya.

"Aduh, dua sosok pengangguran banyak acara baru datang nih, dari mana aja, Kak? Jahat banget udah setahun aku nikah sama kak Felix gak pernah mampir ke sini, sibuk banget kayanya."

"Maaf, Ren, kita emang bener-bener sibuk," sahut Zico.

"Sibuk apa, coba?"

"Emangnya sibuk apa, sih?"

"Kita kan punya cafe, ya kita sibuk cari investor buat kemajuan cafe kita, Ren."

"Loh, emang kalian punya cafe? Setiap ketemu pasti kalian lagi nyantai tuh, di cafe sebelah kantor aku dulu."

"Kamu gak tau, ya? Felix gak pernah cerita emang?"

"Nggak tuh, Kak Felix gak pernah cerita kalau kalian punya cafe, malah kak Felix bilang kalian pengangguran sejati," tukas Rena membuat Vero maupun Zico membulatkan mata.

"Gak salah Felix cinta mati sama kamu, Ren."

"Lah, kenapa malah jadi gitu, Kak Ver? Kita bahas cafe kalian padahal."

"Tempat kita nyantai itu cafe kita berdua, Rena. Gak salah Felix cinta mati sama kamu ya karena kamu sama dia satu sifat, sama-sama nyebelin!"

Rena menukikkan kedua alisnya menatap kesal pada Vero, "Lama gak ketemu berhasil bikin sikap nyebelin Kak Vero makin meresahkan, ya! Padahal aku udah pasang telinga loh, buat dengerin kenyataan mengejutkan."

Vero terkekeh mendengar sahutan Rena, "Eh, tapi sejujurnya Felix emang cinta mati banget sama kamu, Ren. Mumpung gak ada orangnya, gimana kalau kita gibahin dia dulu?"

"Boleh tuh, sini duduk Kak!" setuju Rena kemudian duduk di single sofa.

"Jadi gini, sejak awal kita berdua tuh udah feeling kalau Felix udah cinta sama kamu, Ren," ujar Zico membuka sesi gibah.

"Gimana bisa kalian nyimpulin gitu?"

"Ya karena di awal kita kenalan tuh, Felix tiba-tiba ajakin kamu sparing badminton setelah tau kamu suka banget main badminton. Padahal nih, ya, Felix sejak zaman sekolah gak suka banget kalau kita ajakin main itu karena dia sukanya bola," ungkap Vero dengan nada menggebu.

"Oh, ya?"

"Bener, bahkan Felix kalau udah main atau nonton bola, dia akan marah besar kalau digangguin, jadi ... saran kita jangan dah gangguin Felix kalau dia lagi fokus nonton bola, bahaya!" Perkataan Zico membuat Rena mengembangkan senyum jahilnya.

Jangan kalian lupakan sikap Rena satu ini, jahil adalah salah satu sikap Rena yang masih sangat kental bersemayam dalam dirinya. Kerap kali Dean ataupun Cila menjadi korban kejahilan Rena, tetapi untuk Felix mungkin selama satu tahun mereka menikah belum bisa Rena jahili karena Rena tidak tau hal apa yang bisa membuat Felix kesal.

Pernah sekali ketika Felix bekerja Rena jahili, tetapi apa yang terjadi? Yang terjadi malah Rena menerima balasan besar atas kejahilannya sendiri sehingga Rena tidak berani bersikap jahil pada Felix karena takut terkena batunya. Namun, untuk satu hal ini sepertinya Rena akan mencobanya, siapa tau berhasil, bukan? Melihat Felix marah tampak menyenangkan sepertinya mengingat bahwa pria itu mencintainya sejak lama, pasti tidak akan berani marah besar padanya, bukan?

"Ren, kita paham sama pikiran kamu, tapi kayanya jangan dilakukan dah, marahnya Felix serem!"

"Gak janji, lanjutin gih!"

"Hal yang bikin kita makin yakin kalau Felix cinta banget sama kamu, setelah nikah."

"Setelah nikah sama almarhumah kak Dena?"

"Iya, jadi pas udah nikah tu, apalagi pas udah ada Cila cara Felix ceritain kesehariannya dengan kalian berdua itu beda banget, Ren."

"Ketika bicarain mendiang Dena, Felix tuh kaya biasa aja, singkatnya sih gak minat gitu. Beda kalau udah ngomongin kamu yang pada saat itu seringkali bantuin mendiang Dena urusin Cila, beuh ... semangat banget Felix ceritainnya, bahkan dia jadi ekspresif seketika."

"Iya, kah?"

"Bener, Ren. Apalagi pas liat bagaimana posesifnya dia pas kalian lagi di Yogyakarta, makin yakin kita kalau Felix sebenarnya cinta sama kamu, bukan mendiang Dena. Bukan kita aja yang ngerasa, om Reno dan kedua orang tua kamu juga pasti ngerasain hal itu, Ren."

"Aku tau kok Kak."

"Loh, kamu juga sadar?" tanya Zico terkejut.

"Nggak, Kak Felix udah ngomong kalau dia cinta sama aku tuh sejak awal kita ketemu pas di rumah sakit. Awalnya sih aku gak percaya, tetapi kalau diingat kembali sikapnya itu ... aku mulai percaya."

"Apalagi ketika kita di Yogyakarta dalam perjalanan pulang, kak Felix lebih pentingin kesehatan aku daripada kekecewaan Cila sama mendiang kak Dena pas tau kita gagal pulang disebabkan aku yang sakit ... ya kalian tau sendirilah yaa karena apa, saat itu aku tau kalau ... hubungan mereka gak sebaik yang terlihat selama ini."

"Jujur, Ren, kita gak tau pas reuni ada orang yang berusaha jebak salah satu di antara kita, sampai-sampai Felix yang kena jebakannya."

"Atau lebih tepatnya kita yang gak tau kalau ternyata kak Felix yang sudah sejak awal menjebak aku, benar?" tukas Rena yang dibalas anggukan setuju dan tawa renyah.

"Betul, karena khawatir kita sampe lupa kalau Felix adalah rajanya alkohol."

"Rajanya alkohol? Maksud Kak Zico?"

"Iya, Felix tuh sebenarnya .... "

"Saya kenapa?" seloroh Felix datar.

Yah, kelepasan dah.

"Saya kenapa, Vero?"

"Baby, aku cariin kamu loh dari tadi, ternyata kamu di sini lagi gibahin aku sama mereka berdua!" rengek Felix mengubah ekspresinya seketika kala melihat Rena duduk manis di sofa.

"Zic, itu beneran Felix temen kita?"






Tbc?

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang