3️⃣9️⃣

1.8K 49 0
                                    

Felix uring-uringan di tempat memikirkan pertandingan yang tak bisa dia lewatkan barang sedetik pun, ingin keluar secara diam-diam ke rumah sahabatnya. Namun, ancaman Rena tak bisa dia anggap remeh, apa yang Rena ucapkan, pasti akan Rena lakukan.

Felix mulai gegana (gelisah, galau, merana), berbeda dengan Rena yang memilih keluar kamar mengecek kedua anaknya yang tertidur pulas. Tak kuasa menahan gegananya, Felix kembali bangkit dan mulai menghancurkan kamar mereka untuk mencari keberadaan salah satu dari tiga hal penting baginya agar bisa menyaksikan pertandingan sepak bola favoritnya.

"Aku yakin banget kamu yang udah sembunyiin semua barang penting buat aku nonton, Baby ... Kamu letakkan di mana tiga hal itu? Ya Allah ... hamba punya istri jahil banget, sih .... "

"Kamu harus hati-hati sama Rena, Felix."

"Hati-hati gimana, Yah?"

"Rena kalau udah jahilnya kambuh, kamu gak akan pernah bisa lolos dari kejahilan Rena, jangan sampai apa yang kamu suka dan begitu kamu cintai diketahui oleh Rena, karena kalau nggak ... ada kesempatan sekecil apa pun, Rena akan bertindak."

"Sejahil itu?"

"Bener, istri kamu satu itu beda dari yang lain, bisa dikatakan istri kamu itu nakalnya langka, gak akan kamu temui di wanita lain."

Tiba-tiba saja kilasan memori percakapan antara dirinya dengan Bima muncul yang mana semakin meyakinkan Felix bahwa Renalah yang sudah menyembunyikan tiga benda penting tersebut. Pastinya informasi di mana Felix suka sekali dengan sepak bola Rena dapatkan dari kedua sahabat meresahkannya.

"Pa akal!"

"Mama ... Papa ber .... "

Ughhhh.

Felix membungkam mulut Cila yang hendak berteriak memanggil Rena, "Jangan teriak, nanti mama marah!"

"Lwepwassss!"

"Ih ... Papa nyebelin!"

"Kalian kenapa bangun? Udah malam loh, gak baik anak kecil begadang."

"Habis Dean nangis cariin mama sama Papa, mama suruh kita ke sini buat tidur sama mama dan Papa."

"Mama mana?"

"Buat susunya Cila, tadi Cila lupa minum susu sebelum tidur, Pa."

"Bagus, berhubung kalian udah bangun, Papa mau tanya."

"Tanya apa?"

"Kalian ada mainin kabel televisi, gak?"

"Ndak!"

"Iya!"

Felix mengernyitkan dahinya bingung mendengar balasan putra-putrinya yang berbeda, "Siapa yang bener?"

"Ean!"

"Cila, Pa!

"Heum?"

Cila bergegas menutup mulut Dean dan menatap dalam kedua mata papanya, "Cila yang copotin dan simpan kabel televisi, habisnya Dean main di sana tarik-tarikin kabel, yaudah Cila simpan kabelnya," alibi Cila tampak meyakinkan.

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang