21. Kafka (You did so well)

672 55 6
                                    





Khayla langsung dilariin kerumah sakit meski dia udah sadarkan diri tapi tetep aja tubuh dia masih lemas, gue nggak tau berapa lama dia sempat berjuang di dalam air, teriak minta tolong sedangkan Audri dan geng nya malah ketawa kesenangan.

Gila! Dasar Psycho!

Bisa-bisanya mereka ketawa dan niat banget buat nyelakain Khayla.

Gue masih belum bisa nemuin keberadaan Audri karena prioritas gue saat ini kondisinya Khayla, sebelum Khayla benar-benar pulih gue nggak bisa tenang. Lagipula gue yakin cctv sekolah pasti ngerekam semua perbuatan Audri ke Khayla, dengan rekaman itu mereka bukan cuma bisa dilaporin ke komite sekolah tapi juga bisa gue laporin ke polisi. Tindakan mereka udah mengancam nyawa seseorang.

Sekarang gue dan Mila masih duduk diruang tunggu sedangkan Khayla lagi ditanganin di UGD.
Gue udah nelpon ibun dan papi tapi yang bakal dateng kayaknya ibun ditemenenin sama Arga karena papi nggak bisa ninggalin kerjaan nya.

Gue bahkan masih basah kuyup dan ngebiarin pakaian beserta badan gue mengering dengan sendirinya, sedang Mila mondar-mandir nggak karuan.

Sambil menunggu kedatangan bunda, nggak ada salahnya kayaknya kalau gue nanya kronologi kejadian-nya sama Mila.

"Mila." Panggil gue mencoba menghentikan Mila yang mondar-mandi nggak jelas dihadapan gue.

Mila menggigit kuku jarinya sendiri, tubuhnya juga gemeteran, raut khawatir terlihat jelas.

"Iya Kaf?" Sahutnya singkat.

"Lo bisa jelasin nggak kenapa Khayla bisa sama Audri dan antek-anteknya itu? Terakhir gue liat Khayla masih sama lo pas bubaran jam olahraga."

Mila mengusak matanya sendiri dengan sembarangan, dia kayak nangis, "Gue nggak tau Kaf kenapa Khayla bisa dibawa sama Audri."

Mila menjeda sebentar, menatap kearah gue dengan matanya yang cukup sembab, "Tadi tuh kita mau ganti seragam ke toilet, terus pas udah nyampe toilet ternyata Khayla ketinggalan sabuknya. Dia balik kelas sendirian, gue udah nawarin buat nemenin tapi kata Khayla dia sendiri aja dan gue disuruh ganti seragam duluan." Mila menjelaskan dan gue masih setia mendengarkan dengan seksama.

"Terus gue balik kelas pas selesai ganti seragam tapi Khayla nggak ada dikelas. Nggak berapa lama adek kelas dateng dan bilang liat Khayla dibawa Audri dan geng nya kearah gedung kolam renang." Lanjutnya.

Gue mencoba mengkorelasikan semua kejadian ini tapi nggak semudah yang gue pikirin. Gimana bisa Khayla mau ikut sama Audri padahal satu sekolah juga tau kalo Audri cewek nggak bener, tukang bully.

"Seharusnya gue nggak biarin Khayla sendirian Kaf." Mila kayaknya udah nggak bisa nahan, air matanya luruh juga.

"Mil, it's okay. Bukan salah lo. Gue bakal cari Audri, nggak akan gue biarin itu cewek gila lolos gitu aja."

Iya, ini semua bukan salah Mila. Gue bukan cuma sekedar ingin menenangkan sahabat Khayla ini, tapi buat gue Mila emang nggak salah dan faktanya pun begitu. Semua ini terjadi karena emang Audri dan geng nya udah gila. Itu cewek-cewek bentukan-nya udah kayak preman dibanding pelajar.

Disaat gue dan Mila masih sibuk berbincang, nggak lama Bunda dateng. Dengan Arga yang megangin Bunda, menguatkan beliau karena mata gue pun menangkap Bunda tengah menangis sambil berjalan kearah gue.

"Kafka...Ya Tuhan nak Khayla kenapa?" Tanya Bunda setelah berdiri tepat dihadapan gue dengan mata yang sembab, kedua pundak beliau bergetar dan Arga terus berusaha nenangin Bunda.

"Kafka nggak tau bun. Pas Kafka nyampe, Khayla udah tenggelam. Tapi Kafka tau kok siapa pelakunya, Kafka nggak bakal lepasin mereka bun. Bunda tenang aja ya..." Gue juga udah nggak kuat, tanpa gue sadari setetes air mata ngalir gitu aja, merembes dipipi gue, merenggut semua pertahanan gue.

Our September Moments (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang