🌸🌸🌸Meski sekujur kaki gue masih begitu gemetaran setelah mendengar fakta yang ada tetapi gue tetap harus minta pengakuan Sonya secara langsung, mendengar penjelasan dari Sonya lebih banyak atau kalau bisa sekaligus mengetahui alasan dibalik tindakan jahat Sonya ke Khayla.
Karena itu kaki gue perlahan melangkah mendekat ke tempat Sonya dan Audri berada. Posisi mereka masih sama, Sonya yang duduk dengan angkuhnya, sorot wajah marah nya dengan kedua lengannya yang terlipat, dagu yang terangkat, mata yang memicing dengan tajam sedangkan Audri menunduk dengan sangat ketakutan.
Nggak pernah terbayang dibenak gue sebelumnya kalau sosok cewek tukang rundung kayak Audri bakalan ciut dihadapan Sonya yang notabene nya selama ini gue anggap sebagai cewek manis nan selalu murah hati.
"Sonya." Gue berdiri persis dihadapan Sonya mencoba mengontrol emosi meski sebenernya gue udah nggak sanggup, hanya saja disini terlalu ramai, terlalu banyak mata yang menyaksikan kalau gue bikin keributan dan gue nggak mau itu terjadi.
Sonya menoleh kaget setelah mendapati gue, sorot angkuh nya berubah terpecah menjadi gelagapan, ia pucat pasi, "Kafka, hei kamu ngapain disini? Sama siapa?" Kalimat dan nada sok innocent itu dilontarkan oleh Sonya.
Gue memandangi Sonya dan Audri bergantian. Audri juga sama kaget nya dan kepalanya kembali tertunduk semakin dalam.
"Aku baru tau kamu temenan sama Audri ternyata ya Nya?" Sindir gue dengan nada yang meremehkan.
"Eng-enggak...Nggak Kaf, tadi kebetulan ketemu dan Audri ada yang mau ditanyain sama aku." Elak Sonya, dia juga sudah berdiri mencoba mengamit telapak tangan gue untuk digenggam tapi langsung gue tepis.
Gue memfokuskan pandangan pada Sonya yang matanya nampak linglung, "Ikut aku!"
Tanpa menghiraukan Audri gue menarik tangan Sonya, agak kasar mungkin karena gue udah kepalang emosi. Sonya nggak bisa berbuat banyak, langkah kakinya gue paksakan menuju mobil gue yang terparkir disamping convenience store tempat Sonya dan Audri bertemu.
Hati gue hampir mau meledak, otak gue panas, mendidih. Kesal, sedih, benci, jijik, merasa dibohongi, semuanya tercampur menjadi satu.
Dengan tergesa gue membuka pintu mobil dan menghempaskan Sonya untuk duduk di jok samping kemudi, mungkin gue emang terlalu kasar karena rungu gue menangkap Sonya yang mendesis singkat.
Tanpa bicara sedikitpun dan tanpa menoleh kearah Sonya, gue melajukan mobil. Kemudi mobil gue cengkram dengan erat karena sebenernya gue nggak punya tempat pelampiasan, seandainya ada sesuatu gue mau nonjok apapun itu untuk bisa melampiaskan semua amarah gue saat ini.
"Kaf, pelanin mobilnya. Kita mau kemana?" Sonya kelabakan, ia mengguncang pelan lengan gue yang masih fokus dengan kemudi.
Gue berniat mencari tempat yang sepi, dimanapun itu agar saat gue teriak marah ke Sonya nggak akan banyak orang yang mendengar.
Berkeliling kesana kemari, setelah lima belas menit gue menemukan tempat yang cukup sepi, sebuah halaman dari bangunan gedung yang mangkrak.
Gue mematikan mesin mobil, menepikannya. Menarik nafas dengan dalam terlebih dahulu karena setelah ini gue harus menghadapi fakta yang menyakitkan.
"Khayla punya salah apa sama kamu?! HAH?!" Teriak gue kencang dan menatap Sonya dengan tajam, kedua tangan gue terkepal, kuku-kuku gue bahkan terasa menembus kulit telapak tangan saking kuatnya kepalan tangan gue sendiri.
Sonya semakin pucat, kedua pundaknya bergetar, matanya nampak kosong dan bergerak tak karuan, "Kafka, kamu ngomong apa? Aku nggak ngerti." Sonya kembali menyahut dengan tampang tak bersalahnya seolah dia nggak melakukan apapun.
![](https://img.wattpad.com/cover/363237687-288-k239671.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our September Moments (Complete)
RomansaKafka Auriga si bungsu yang kesepian lantaran jarak usia dengan saudaranya terpaut cukup jauh sehingga ia tak punya teman main dirumah, sampai dimana sang bunda memperkenalkan seorang anak gadis yang seumuran dengan dirinya. Tadinya Kafka pikir gadi...