TW/Explicit Kissing
Please Be Wise!!🌸🌸🌸
Tadinya gue berniat untuk langsung ngasih tau ke Om Wira tentang apa yang udah diperbuat oleh Sonya, kemudian gue berpikir ulang. Bagaimanapun kedua orang tua gue berhak tahu lebih dulu yang terjadi sama Khayla sudah direncanakan dan diatur oleh Sonya.
Gue bukan berniat ngancurin hubungan keluarga gue dan Om Wira, hanya saja perbuatan Sonya memang sudah diluar batas dan selalu akan ada konsekuensi dari hal buruk yant dilakukan seseorang.
Untungnya saat tadi gue meminta penjelasan ke Sonya dan berakhir dengan dia yang mengakui semuanya, gue sempat nyalain perekam di ponsel sehingga gue punya bukti kuat soal semua perbuatan Sonya.
Dan disinilah gue sekarang, duduk berhadapan dengan kedua orang tua gue menjelaskan segala perkara yang menimpa Khayla sambil memberi dengar pada Bunda dan Papi rekaman saat Sonya mengakui semua perbuatannya dan juga mengamuk.
Bunda dan Papi nggak bisa ngomong sepatah katapun, mereka kelu karena terlalu terkejut atas apa yang baru aja mereka ketahui, persis seperti gue beberapa jam lalu. Terlihat linglung dan nggak sanggup ngadepin kenyataan.
Melihat mereda berdua yang terdiam, gue akhirnya berinisiatif untuk melangkah mendekat kearah orang tua gue kemudian bersimpuh dibawah kaki Bunda. Gimanapun semua terjadi karena obsesi Sonya terhadap gue yang berakibat celakanya Khayla.
"Bun, Kafka minta ampun. Tolong maafin Kafka, semua salah Kafka." Gue memeluk kaki Bunda dengan erat bahkan gue juga nggak segan untuk menangis, menumpahkan semua rasa bersalah dan juga kekecewaan terhadap diri gue sendiri dibawah kaki Bunda.
Gue capek banget karena seharian ini begitu banyak fakta yang nggak terduga, gue juga sedih karena harus nyakitin kedua orang tua gue.
Bunda masih terdiam, nggak ngasih respon apapun. Bunda sangat terpukul dan itu semua disebabkan oleh gue.
"Kaf, bukan salah kamu nak. Semua yang terjadi atas keinginan Sonya sendiri, obsesi dia ke kamu yang membutakan anak itu. Nanti biar papi yang ngomong sama Wira, gimanapun saat ini Sonya berbahaya kalau dia berada di sekitan Khayla."
Semua kalimat yang di utarakan oleh Papi memang menenangkan gue, meski bunda masih bergeming dan gue pun masih bersimpuh di kaki Bunda dengan tangisan yang nggak henti-hentinya.
"Bun, apa Kafka boleh minta maaf sama Khayla? Kafka mungkin nggak tau malu karena jadi penyebab Khayla terluka tapi boleh nggak kasih Kafka satu kesempatan aja buat perbaikin semuanya?" Gue mengangkat kepala, mendongak, mencoba menatap kearah Bunda yang sedari tadi hanya memandang lurus kearah depan dengan tatapan kosong.
Sebegitu dalam ternyata Bunda terpukul, mungkin melebihi gue.
Lama Bunda nggak nyahut pertanyaan gue, tapi gue masih mencari kesempatan itu.
"Kamu tanya sendiri sama Khayla nak. Bunda nggak berhak nentuin dia akan maafin kamu atau nggak." Akhirnya bunda membuka suara meski pandangan beliau masih kosong.
"Kafka mau nyamperin Khayla boleh kan bun?" Tuntut gue lagi dan bunda hanya menggangguk dengan pelan.
Dengan segara gue bangkit dan memeluk Bunda terlebih dahulu, "Bun sekali lagi tolong maafin Kafka karena terlalu banyak kecewain bunda dan papi. Kafka janji ini terakhir kalinya kecewain kalian. Kafka bakal jagain Khayla. Nggak akan ada satupun orang yang bisa nyakitiin Khayla lagi."
Sentuhan halus gue rasakan di punggung gue, itu tangan Papi yang kembali mencoba menenangkan gue. Bukan tangan Bunda yang membalas pelukan gue karena faktanya beliau masih setia bergeming tanpa respon apapun.
![](https://img.wattpad.com/cover/363237687-288-k239671.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our September Moments (Complete)
RomanceKafka Auriga si bungsu yang kesepian lantaran jarak usia dengan saudaranya terpaut cukup jauh sehingga ia tak punya teman main dirumah, sampai dimana sang bunda memperkenalkan seorang anak gadis yang seumuran dengan dirinya. Tadinya Kafka pikir gadi...