🌸🌸🌸Nggak pernah terbayangkan sebelumnya oleh gue kalau bangun di pagi hari akan bisa semenyenangkan ini. Kicauan burung terdengar amat merdu bagaikan sebuah lagu cinta dengan lirik yang mendalam, langit Jakarta yang tiba-tiba berwarna biru cerah seolah mereka juga ikut berbahagia buat gue.
Aslinya sejujurnya gue mau nangis, atau mungkin sebenarnya pun udah sempat nangis. Tapi bukan air mata kesedihan, melainkan air mata bahagia juga perasaan yang lega.
Hati gue seketika terasa begitu luas, seperti menemukan air laut setelah lamanya tersesat di padang pasir yang tandus. Layaknya musim semi yang begitu cantik setelah sebelumnya hari-hari gue lewati dengan cuaca mendung tak berkesudahan.
Gue lega, sangat lega. Dan semua karena seorang Khayla Savira.
Gue masih nggak nyangka atas apa yang terjadi antara gue dan Khayla kemarin malam. Gue emang terlalu berani, gue sadari tindakan kemaren malam juga terlalu impulsif tapi gue sudah bersedia untung menanggung semua konsekuensinya.
Mencium Khayla buka hanya tentang hasrat ataupun nafsu semata, ciuman itu sepenuhnya adalah ungkapan betapa gue memuja sosok Khayla sekarang. Kecupan demi kecupan itu hanyalah perantara tentang bagaimana gue memandang sosok Khayla, tentang bagaimana gue menemukan jalan untuk pulang ketempat semestinya.
Setiap sentuhan yang gue lakukan pada Khayla hanyalah untuk memberikan gambaran bagaimana posisi dia di hati gue, betapa berpengaruhnya kehadiran sosok cewek itu untuk keberlangsungan hidup gue.
Saat pada akhirnya lekukan nan manis itu berhasil gue sentuh, rasanya kayak gue kayak keluar dari belenggu yang selama ini mengekang. Meski pada akhirnya ketika Khayla membalas pagutan itu, gue tersadar kalau gue kembali terpenjara. Dipenjarakan didalam sorot teduh Khayla yang mana gue yakin gue nggak akan bisa keluar sampai kapanpun. Tapi gue suka sama penjara gue yang kali ini, terpenjara didalam ruang kepemilikan Khayla untuk seumur hidup terdengar sangat menyenangkan.
Gue yakin dengan pasti kalau pada akhirnya kemarin malam Khayla membalas setiap cumbuan gue yang artinya dia menerima kehadiran gue, betul kan?
Walaupun Khayla nggak ngejawab apapun setelah gue mengakui semua perasaan gue ke dia. Khayla cuma diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun namun bisa gue pastikan mata dia terlihat hidup. Gue memandangi kedua bola mata Khayla dan terlihat jelas ada sorot pengharapan yang hinggap di sana.
Gue tau apa yang terjadi kemarin cukup berlebihan. Gue benar-benar hampir kehilangan kontrol, semua gue lakukan karena gue terlalu bahagia, lagipula bibir semanis Khayla mana mungkin bisa gue lepas gitu aja.
Hanya saja gue juga bisa meyakini kalau Khayla membalas ciuman gue bukan sekedar karena dia terpancing nafsu, meski gue akui kalau ciuman kami terlalu panas apalagi untuk ukuran ciuman pertama. Tapi setiap lumatan yang dibalas oleh Khayla meninggalkan jejak rasa lega, persis seperti apa yang gue lakuin ke dia. Bukan hanya sekedar didorong oleh hasrat.
Entah sejak kapan Khayla juga jatuh cinta ke gue, apa yang kami lakukan seperti melepas dahaga karena baik gue ataupun Khayla terlalu lama berpuasa.
Gue nggak kepedean, sumpah!
Gue rasa apa yang terjadi dengan gue dan Khayla benar-benar karena ditudungi oleh rasa cinta.
Oleh karena itu pula gue sempat menangis bahagia dan juga sangat bersemangat pagi ini.
Kemaren gue juga udah minta Khayla untuk berangkat ke sekolah bareng sama gue lagi kayak biasanya, tanpa ada Sonya.
Gue menuruni anak tangga dengan begitu gembira bahkan sambil bersiul halus. Saat keluar kamar pun gue sempat menatap pintu kamar Khayla yang berada tepat di seberang kamar gue, nggak bisa gue hindari buat nggak melengkungan senyum saat menatap pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our September Moments (Complete)
RomanceKafka Auriga si bungsu yang kesepian lantaran jarak usia dengan saudaranya terpaut cukup jauh sehingga ia tak punya teman main dirumah, sampai dimana sang bunda memperkenalkan seorang anak gadis yang seumuran dengan dirinya. Tadinya Kafka pikir gadi...