🌸🌸🌸Kehidupan sebagai mahasiswa semester empat memang cukup menyita waktu bagi Kafka maupun Khayla, kendati begitu mereka akan selalu mencari celah agar memiliki banyak waktu bersama meskipun terkadang hanya sekadar menonton film entah di apartemen sang perempuan ataupun sang lelaki.
Apalagi Kafka dan Khayla bisa dikatakan sebagai mahasiswa perantau meskipun jarak antara Jakarta dan Bandung tak terlalu jauh, namun tetap saja mereka terpisah dengan banyak kenalan juga sanak keluarga. Seperti hal nya Kafka yang harus terpisah jarak dengan kedua sahabatnya, Septian dan Januar.
Khayla yang juga harus terpisah dengan Mila. Semakin dewasa terkadang lingkungan memang semakin menyempit dikarenakan oleh kesibukan masing-masing.
Kendati begitu syukurnya ternyata masih ada beberapa murid SMA Garuda yang juga melanjutkan pendidikan tinggi mereka di Bandung, salah satu contohnya yakni Randi dan Jihan.
Keberadaan Randi dan Jihan di Bandung membuat Khayla sedikit bernafas lega, meski berbeda universitas, namun Khayla cukup senang karena salah satu teman baiknya saat bersekolah di SMA Garuda dulu berada dalam satu lingkup domisili yang sama sehingga membuat Khayla dan Jihan masih bisa cukup sering bertemu sapa.
Seperti malam ini, Kafka dan Khayla memiliki janji temu bersama Randi dan Jihan. Hal yang sering mereka berempat lakukan ketika memiliki celah waktu luang diantara kesibukan mereka.
Kenalan baru memang banyak ditemukan oleh Kafka dan Khayla di universitas mereka, namun tetap saja tak mengurangi silaturahmi mereka dengan teman lama.
Maka dari itu, Kafka kini sudah melangkah memasuki apartemen Khayla. Sepi, sunyi, Kafka sebenarnya tahu bahwa tunangan nya itu pasti masih berada di kamarnya untuk merias diri. Kafka bertandang ke apartemen perempuannya satu jam terlebih dahulu dari waktu yang mereka sepakati.
"Sayang..." Sapa Kafka dengan senyum terukir ketika ia membuka pintu kamar Khayla dan mendapati perempuan itu tengah duduk pada bangku meja rias nya.
Khayla menoleh sebentar, kemudian kembali memfokuskan pandangan pada cermin dihadapannya.
"Kamu kok udah kesini Kaf? Kan janjian berangkatnya jam 6." tanya Khayla saat merasakan jejak langkah Kafka yang mendekat kearahnya.
Sang lelaki duduk dipinggiran ranjangnya dengan santai.
"Ya nggak-papa, mending aku liatin kamu yang lagi siap-siap daripada aku sendirian bengong di apart." Kafka menyenderkan satu lengan nya untuk bertumpu pada ranjang.
Menatapi Khayla dengan lekat yang tengah sibuk dengan catokan ditangannya kemudian merapikan helai demi helai rambutnya, perempuan itu mengenakan knitwear berwarna biru malam yang membentuk lekuk tubuh nya dengan sempurna. Kecil, mungil, ramping, namun begitu menggemaskan, Kafka tak akan pernah puas memandangi Khayla meski perempuan itu hanya duduk diam sekalipun.
"Sayang mau aku bantuin nggak catokan nya? Jadi kamu bisa makeup-an dulu, biar rambut kamu serahin sama aku." Tawar Kafka, netra nya bertapapan dengan netra coklat Khayla melalui cermin.
Khayla memang belum sepenuhnya selesai merias wajahnya karena perempuan itu memilih untuk mengurus rambutnya terlebih dahulu. Khayla menimang sebentar tawaran Kafka, "Boleh deh. Tapi kamu emangnya nggak kecapekan? Kamu belum sempat istirahat kan?" Khayla memutar tubuhnya agar bisa berbicara sambil menatap langsung pada Kafka.
Kafka berdiri menghampiri Khayla yang masih terduduk dan kini perempuan itu mendongakan kepalanya untuk menatap pergerakan Kafka.
Kafka mengambil bahu Khayla, memutar kembali tubuh sang perempuan agar menghadap cermin kemudian juga mengambil alih catokan ditangan Khayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our September Moments (Complete)
RomansaKafka Auriga si bungsu yang kesepian lantaran jarak usia dengan saudaranya terpaut cukup jauh sehingga ia tak punya teman main dirumah, sampai dimana sang bunda memperkenalkan seorang anak gadis yang seumuran dengan dirinya. Tadinya Kafka pikir gadi...