24. Kafka (Genggaman)

470 51 15
                                    



Happy 4K!!!! Kagek gak nyangka tiba-tiba readers nya capai 4K. Makasih banyak buat yg udah berkenan baca tulisan aku 🥹
Aku kasih part yg manis-manis dan baca sampai akhir ya part ini, aku mau kasi surprise dibawah hehehe Happy reading 🫶🏻


🌸🌸🌸




Suapan demi suapan bubur yang gue sendokan ke Khayla akhirnya tandas, meski hanya ditemani dengan keheningan dan Khayla terlihat canggung tapi gue merasa cukup puas. Gue emang sedikit memaksa Khayla tapi kalau nggak kayak gitu dia nggak bakal mau nurut sedangkan gue udah nggak bisa menahan diri tiap kali ingat gimana Khayla kemaren menerima suapan dari Biru.

Apapun yang terjadi, gimanapun caranya, gue nggak boleh kalah dari cowok yang baru hadir di hidup Khayla!

Niat gue mendatangi kamar Khayla pagi ini juga bukan sekedar memaksa ingin menyuapi Khayla sarapan, tapi gue juga harus tau dengan detail tentang kejadian kemaren sebelum gue memeriksa cctv sekolah dan laporin geng nya Audri ke komite sekolah.

Sejujurnya gue masih takut Khayla kembali syok kalau ingatan tentang kejadian kemarin mesti diputar ulang, tapi sama siapa lagi gue harus nanya selain dengan Khayla sendiri.

Setelah sarapan Khayla selesai dan dia juga udah minum obat. Gue mencoba untuk membuka suara, memperhatikan Khayla dengan seksama. Jarak gue dan dia masih berdekatan, gue bisa memandangi Khayla sepuas mungkin tapi saat ini bukan itu tujuan utama gue.

Kami duduk bersisian dipinggir ranjang. Khayla begitu kikuk tapi dia tetap bergeming.

"Khay, ada yang mau gue tanyain boleh?" Gue menatap Khayla sebentar kemudian tangan gue menaruh mangkuk bubur di nampan yang berada di nakas samping ranjang Khayla, setelah itu kembali memfokuskan diri pada Khayla.

"Kalau mau ngajak berantem atau bahas Biru lagi nggak boleh." Khayla menyahut dengan menunduk, sorot wajahnya terlihat malas menanggapi pertanyaan gue.

Gue terkekeh singkat mendengar penuturan Khayla yang padahal bernada ketus tapi kenapa dia terlihat sangat menggemaskan sekarang.

"Bukan itu kok. Ini masalah penting." Sahut gue dengan nada yang cukup serius, seketika pandangan Khayla berpaling, menatap gue tepat di kedua bola mata.

Sialan,

Gue malah nggak sanggup kalau harus menatap Khayla dengan jarak sedekat ini, cowok dan cewek emang bener nggak boleh berduaan dalam kamar karena yang ketiganya udah pasti setan.

Dan setan itu sekarang sedang berbisik keras menggoda di telinga gue. Berduaan dengan Khayla di dalam kamar, duduk bersisian diatas ranjang, gue bebas menatapi apapun yang ada di wajah manis Khayla karena sekarang gue dan dia hanya dipisahkan beberapa jengkal.

Fokus Kaf fokus, ada hal penting yang harus lo tanyain sama Khayla. Jangan dengerin bisikan setan!

"Jadi mau nanya apa?" Jawaban dari Khayla menarik gue dari alam bawah sadar. Inget Kaf fokus!

Gue mengalihkan pandangan kedepan, nggak berani kalau natap Khayla lama-lama. Bahaya.

"Mmm---kemaren kenapa lo mau ikut sama Audri? Lo nggak mungkin nggak tau kan Audri dan geng nya itu gimana? Rumor soal mereka udah menyebar ke penjuru sekolah."

"Kaf, boleh capek nggak?" Tutur Khayla seketika yang bikin kepala gue langsung menoleh kearah dia, gue kaget dengan apa yang keluar dari mulut Khayla sekarang. Saat gue mengalihkan pandang dan fokus pada Khayla, ternyata malah gantian, dia yang memandang lurus ke depan.

"Khay..." Gue mencoba untuk mengerti kondisi Khayla saat ini. Dia lagi membuka dirinya ke gue entah secara sadar atau nggak, tapi ini seperti sebuah kesempatan emas buat gue.

Our September Moments (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang