37. Kafka (Something in the rain)

317 34 13
                                    



🌸🌸🌸



Meowww...meowww....

Suara rengekan kucing yang cukup nyaring membuat pelukan gue dan Khayla terlepas. Khayla sedikit kaget, kepalanya celingukan, matanya mengitari sekeliling balkon tapi nggak menemukan tanda-tanda adanya seekor kucing. Sebetulnya mustahil juga ada kucing dirumah ini.

"Kamu denger suara kucing nggak sih Kaf?" Khayla bertanya sambil kepala dan tatapan matanya masih menatapi sekeliling dengan cukup seksama.

"Denger, tapi nggak mungkin disini kucingnya." Gue menyahut dengan agak pias karena seketika suasana terasa menjadi agak horor.

Meoowww...meooowwww...

Suara kucing itu semakin mengeras. Gue mencoba mencari asal suara si kucing dengan benar-benar seksama.

"Tuh dia, suara si Caca ternyata," lanjut gue memberitahu Khayla sambil menengok dan menunjuk kearah bawah.

Khayla buru-buru menghampiri gue yang sudah berdiri di pinggiran pagar balkon sambil dan ikut menengok kearah bawah. Seekor kucing gembul berwarna abu terlihat tengah terjebak diatas pohon.

"Caca tuh kucingnya anak Tante Belinda ya?" Tanya Khayla ketika matanya memandang penuh arti pada kucing yang sedang kesusahan untuk turun dari pohon.

"Iya, kucing nya si Donny."

"Kok kamu bisa tau nama kucingnya Caca?" Topik tentang kucing anak tetangga sebelah rupanya cukup menyita perhatian Khayla, dia terlihat antusias dan menanyakan beberapa hal.

"Gue pernah nolongin Donny waktu si Caca kejebak diatas pohon juga. Tuh kucing kayaknya emang doyan naik keatas pohon tapi nggak tau cara turunnya," gue menjelaskan dengan tak kalah antusias juga

"Nah tuh Donny nya! Hampir aja gue turun kebawah buat nolongin Caca lagi." Sambung gue ketika akhirnya terlihat anak lelaki SMP yang keluar dari rumahnya dan membantu kucingnya menuruni pohon.

Persis disamping rumah gue, tetangga gue punya anak cowok. Sayangnya si Donny ini lahirnya telat, kalau aja dia seumuran gue pasti dulu gue udah punya temen main waktu kecil.

Gue mengalihkan pandang dari Caca yang kini sudah berada dipangkuan pemiliknya, menoleh pada Khayla yang ternyata mengukir senyum begitu lebar ketika melihat kucing tersebut.

"Lo suka kucing kan Khay?" Gue sebenarnya hanya menebak, gue nggak tau persis apakah Khayla memang menyukai kucing atau nggak, hanya saja dari kecil gue seringkali mendapati Khayla yang tersenyum sumringah saat melihat kucing dijalan atau kapanpun saat dia berpapasan dengan seekor makhluk kecil berbulu yang begitu manja tersebut.

"Suka banget," Khayla menggangguk dan pandangannya masih terpatri pada pemandangan kucing dibawah.

"Pengen punya kucing nggak?" Jemari gue tanpa disadari sudah menyisiri surai hitam dipelipis Khayla yang sedikit terjatuh dan agak berantakan karena angin malam yang masih berhembus kencang.

Khayla kembali menggangguk begitu tegas, "Pengen banget, tapi aku inget kok kalau bunda punya asma. Jadi aku nggak mungkin pelihara kucing."

Sebenarnya bukan hanya Khayla, gue juga sangat menyukai kucing tapi karena Ibun yang memiliki riwayat asma, maka gue mengurungkan niat untuk memelihara seekor kucing.

"Nanti, entah kapan semoga kita bisa melihara kucing ya."

Khayla hanya memberikan senyum simpul sebagi jawaban, raut wajahnya berubah menjadi agak murung ketika Caca sudah dibawa masuk kembali ke dalam rumah oleh Donny.

Our September Moments (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang