32. Kafka (Short escape)

373 41 20
                                    



🌸🌸🌸

Termenung seorang diri layaknya kompas yang kehilangan tenaga nya untuk mencari arah, gue duduk seorang diri di sofa ruang tengah, memikirkan hal yang akhir-akhir ini terjadi, semua penuh kejutan. Kehidupan ternyata sama sekali nggak bisa ketebak, apa yang akan terjadi besok ataupun lusa, semuanya benar-benar diluar jangkauan gue.

Jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam, seharusnya gue sudah bergegas masuk kedalam kamar atau berada di ruang baca untuk belajar, tapi otak gue masih belum sanggup untuk mencerna apapun.

Ya Tuhan apakah dengan semua yang tengah terjadi gue bisa melewati ujian tingkat akhir dengan baik? Bahkan gue belum punya tujuan akan melanjutkan pendidikan kemana setelah kelulusan SMA nanti.

Bunda dan Papi sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamar untuk mengistirahatkan diri setelah selesai makan malam dan setelah menjelaskan satu hal penting ke gue.

Tentang Sonya.

Iya tentang Sonya. Setelah lusa lalu gue tau semua kebenarannya, gue tau semua yang diperbuat Sonya ke Khayla dan harus berakhir dengan gue ceritakan ke orang tua gue. Papi bilang beliau sudah mendiskusikan semuanya dengan Om Wira dan juga Tante Risa selaku orang tua Sonya.

"Wira sama Risa syok berat, bahkan Risa sempat pingsan waktu papi kasih dengar rekamannya."

Masih terngiang gimana raut wajah Papi beberapa saat lalu saat menjelaskan hasil diskusi beliau dan Om Wira ke gue.

Lusa nanti Sonya akan dibawa orang tuanya untuk menjalani rehabilitasi ke Singapura, sekolahnya mau nggak mau harus diputus meski hanya tersisa kurang lebih tiga bulan dari kelulusan. Sekarang pun Sonya sudah dikurung didalam kamarnya dan diputus akses sepenuhnya dari dunia luar sembari menunggu hari keberangkatannya.

Kemungkinan juga keluarga Om Wira akan pindah rumah karena sesuai informasi yang gue dapat dari Papi, mereka sudah terlalu malu untuk hidup bertetangga dengan keluarga kami.

Semua ini nggak pernah terlintas dipikiran gue, bahkan dalam mimpi buruk sekalipun nggak pernah gue bayangkan bahwa Sonya akan berada dalam kurungan rehabilitasi, nggak pernah terlintas dipikiran gue kalau hubungan  keluarga gue dan Om Wira yang tadinya begitu akrab harus berakhir dengan cukup menyedihkan.

Dan satu hal paling krusial, semua dikarenakan obsesi seorang Sonya terhadap gue.

Dalam waktu singkat semua kekacauan ini terjadi dan dalam waktu singkat pula kebenaran yang sudah ditutupi Sonya bertahun-tahun terungkap.

Gue nggak tau apakah hukuman untuk Sonya sudah setimpal dengan apa yang dia lakukan pada Khayla, setidaknya semua kegilaan Sonya dipastikan akan berhenti dari sekarang.

Sembari memikirkan banyak hal kedua bola mata gue mengitari sekitar, di sofa ini biasanya gue dan Khaya duduk bersisian buat tanding ps saat kami kecil. Khayla biasanya akan memenangkan beberapa permainan terlebih dahulu kemudian ia akan berangsur kalah dan setelahnya gue yang memenangkan permainan.

Disofa ini juga kami biasanya merakit robot-robotan. Semasa kecil nggak pernah sekalipun Khayla memainkan permainan buat anak cewek karena dia selalu mengikuti keinginan gue. Setelah dipikir ulang seharusnya gue bersyukur karena dia nggak pernah menuntut satu hal apapun sama gue ataupun kedua orang tua gue, bukannya malah merasa tersaingi dan kesal akan kesederhanaan Khayla.

Lagipula bukankah itu semua hanya tentang permainan anak kecil? Kenapa gue harus merasa tersaingi sedangkan semua yang terjadi bukanlah perlombaan. Gue kembali dilingkupi rasa bersalah saat kembali menyadari betapa kurang bersyukurnya gue atas apa yang Tuhan berikan.

Our September Moments (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang