33. Kafka (Chance)

631 43 33
                                    



🌸🌸🌸


Dititik ini gue bertanya-tanya bagaimana selama ini Khayla mampu bertahan dari semua luka dan kesakitan yang menimpanya.

Kedua orang tuanya meninggal di usia dia masih yang sangat kecil, sebatang kara tanpa sanak saudara di kota besar, dulu gue merasa iba dengan kenyataan tersebut, namun hanya sebatas itu. Sekarang gue baru menyadari bahwa semuanya nggak semudah apa yang selama ini tersemat dipikiran gue.

Apakah kasih sayang dari kedua orang tua gue cukup untuk mengisi kekosongan hati Khayla ataukah dia hanya berusaha menerima bahwa sebagian dari kehidupannya memang sudah direnggut dari lama.

Gue paham kenapa Khayla sulit mempercayai rasa yang gue punya buat dia, ketika gue menjatuhkan hati pada Khayla namun dia sudah terlalu lama hampa.

Khayla Savira nggak pernah akrab dengan kasih sayang itu sendiri karena dia sudah kehilangan cinta pertama yang harusnya dia dapatkan dari orang tuanya, sedari dini.

Lalu kemudian dengan serta-merta gue tiba-tiba mengatakan jatuh cinta sama dia dengan mudahnya, bahkan anak kecil pun pasti nggak akan percaya dengan perasaan gue terhadap Khayla saat ini, apalagi Khayla nya sendiri.

Semua terasa seperti tantangan baru yang penuh dengan jalan berliku, meyakinkan Khayla jauh lebih sulit dari apa yang gue duga.

Maka dari itu ketika kedua netra gue menangkap Khayla yang ingin beranjak pergi, dengan segera gue mendekat kearah Khayla duduk, bersimpuh pada Khayla, mencoba mengamit kedua tangannya untuk gue genggam dengan erat. Mulai malam ini gue berjanji sama diri gue sendiri untuk mencoba menurunkan ego ketika gue berhadapan dengan Khayla.

"Khay, gue tau nggak semudah itu buat lo percaya sama gue. Apapun yang gue katakan mungkin terdengar bagaikan omong kosong belaka buat lo. Gue nggak minta buat lo nerima perasaan gue saat ini juga, gue cuma minta lo bersedia ngasih kesempatan buat gue." Masih bersimpuh, gue menatap Khayla dengan lekat meskipun dia hanya memandang lurus kedepan dan nggak berniat menoleh kearah gue sedikitpun. Seenggaknya Khayla nggak menepis genggaman dan usapan halus yang gue lakukan pada telapak tangannya yang cukup dingin.

Khayla bergeming, dia tampak nggak berniat untuk mencerna setiap kalimat yang gue lontarkan. Sekali lagi gue tau ini semua nggak akan mudah.

"Gue minta maaf karena terlalu gegabah dengan langsung nyium lo gitu aja bahkan sebelumnya gue nggak nunjukin perasaan gue sedikitpun ke elo walau sekedar sedikit-demi sedikit. Gue akui hari itu semuanya terlalu kacau, pikiran gue kalut. Tapi please tolong percaya bahwa ciuman itu bukan karena gue jadiin lo pelampiasaan semata atas buruknya hari gue saat itu. Trust me Khay itu ciuman pertama gue dan gue nggak mungkin ngelakuin ciuman pertama gue hanya karena emosi sesaat. I kissed you because I fall for you, not just short escape. You meants everything for me right now. I just beg please give me one chance..." Gue mengutarakan isi hati gue cukup panjang lebar kali ini, gue takut nggak punya kesempatan buat ngomong lebih banyak sama Khayla dilain waktu.

Seumur hidup gue nggak pernah memohon sedemikian rupa bahkan dengan Sonya sekalipun, menurunkan ego seorang Kafka Auriga teramat sulit.

Tapi untuk Khayla gue rasa dia pantas mendapatkan versi diri gue yang lebih rendah hati, mengenyampingkan semua ke-egoisan gue.

"Lo harus tau kalau kenyataannya gue udah jatuh hati sama lo bahkan sebelum kejadian terungkapnya sifat asli Sonya. Gue emang kurang tau kapan persisnya hati gue menetapkan jatuh pada perempuan bernama Khayla Savira. Perasaan ini awalnya asing buat gue Khay, gue nggak tau apa yang hati gue pengen, gue terlalu banyak membohongi diri sendiri dengan mengatakan bahwa gue nggak mungkin jatuh cinta sama lo tapi semakin gue mengelak semakin gue ngerasa sakit setiap harinya dan gue nggak sanggup. Gue capek nutupin perasaan gue ke elo, capek banget. Gue nggak sanggup nutupin rasa sayang gue ke lo, sakit Khay." Sambung gue lagi terus mengakui semuanya dengan tangan yang semakin mengerat untuk menggenggam tautan kami. Gue rasa air mata juga semakin menumpuk dipelupuk gue.

Our September Moments (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang