Bagian 03

41 5 0
                                    

03| Hari Dimana Dia Akan Datang

🍃🍃🍃

"Soră, maaf ngerepotin." Kata Arliz saat mobil mulai dijalankan.

"Kamu itu adik soră, kenapa harus merasa ngerepotin. Lagian Soră juga nggak buru-buru amat kok ke kantor."

"Terimakasih, soră."

Ailish tersenyum geli. Sudah belasan tahun berlalu, namun panggilan soră itu masih melekat dibibir pemuda itu. Dulu saat mereka pertama kali bertemu, Arliz berusia lima tahun. Bunda meminta Arliz memanggil Ailish soră hanya karena Ailish keturunan romania. Soră itu sendiri memiliki arti kakak perempuan.

Ailish sudah meminta Arliz untuk memanggilnya kakak, tapi Arliz menolak. Walau bagaimanapun, Ibu kandung Ailish orang rumania yang menikah dengan Papanya, namun mereka bercerai saat Ailish umur 8 tahun. Sekarang Ibunya telah meninggal dunia karena komplikasi, dan Ailish masih mewarisi wajah itu sampai ia dewasa.

"Bagaimana kuliahmu akhir-akhir ini, apa saja kesibukannya sekarang?"

Mata Arliz berbinar saat dia dengan antusias bercerita tentang jurusan kesukaannya kepada Ailish. "Soră tahu nggak, jurusan kami bakal ngadain tour ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan situs megalitikum di Sulawesi."

"Oh ya?" Jawab Ailish tak kalah antusias. "Woah, enak dong jalan-jalan. Jadi kapan itu di adain? Duh, Bunda pasti bakal merasa kesepian karena sendirian dirumah."

"Dua bulan dari sekarang. Sebagai persyaratan kesana, kami disuguhi banyak tugas seperti membuat laporan penelitian, presentasi dan ngumpulin data literatur lebih dulu. Setidaknya kami akan diminta untuk membaca banyak teori sebelum kesana."

"Wow, bagus dong."

Arliz mengangguk, "Seru tahu, Soră nggak akan tahu seseru apa anak arkeolog itu kalau sudah terjun ke lapangan. Arliz merasa jadi detektif sejarah."

Ailish terkekeh geli. "Jurusanmu itu adalah jurusan yang punya mahasiswanya paling sedikit, karena jurusan itu menjadi salah satu jurusan yang memeras otak."

Sejak kecil, Arliz memang terlihat sudah sangat suka dengan hal-hal yang berkaitan tentang situs purbakala. Dia penasaran akan berbagai macam makhluk hidup di jaman itu sehingga Bunda membelikannya banyak buku arkeolog. Dan saking sukanya Arliz dengan dunia sejarah, Bunda sampai membuatkan satu ruangan yang berisi buku serta action figure kesukaannya.

Untungnya Papa juga mendukung minat Arliz, setelah Bunda dan Papa menikah, Arliz secara khusus mendapat ruangannya sendiri untuk menaruh semua benda itu didalamnya.

"Hanya orang-orang yang sangat berminat yang bertahan. Banyak juga kok temen Arliz yang berhenti kuliah karena mereka nggak kuat. Mereka nggak akan tahu seberapa menyenangkan datang ke tempat bersejarah seperti bangunan kuno, kuil-kuil suku maya, pegunungan, hutan rimba atau pulau-pula terpencil untuk di eksplor."

"Lalu, apa kamu sudah punya rencana setelah lulus kuliah?"

Arliz mengangguk sambil menatap lurus ke depan. Mobil berhenti didepan lampu lalu lintas. "Arliz mau ke Yunani, disana banyak bangunan kuno yang bersejarah. Arliz mau eksplor semua tempat bersejarah." Katanya, mantab.

"Yah, kasian dong Bunda sendirian lagi."

Arliz tersenyum hingga lesung pipinya menonjol. "Bunda masih punya Soră, jadi nggak akan kesepian."

Mereka mengobrol dengan asyik. Arliz menceritakan semua keseruannya selama berada di semester lima. Tanpa terasa mereka tiba didepan kampus, Arliz minta diturunkan beberapa meter dari gerbang utama karena dia harus membeli sesuatu di seberang.

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang