Bagian 11

17 2 0
                                    

11| Perhatian Kecil Dari Mantan

☘☘☘

"Arliz, tunggu!"

Grace berlari cepat menuju Arliz. Pemuda tinggi berkacamata itu mengerutkan alisnya dengan tidak senang, tetapi dia tetap berdiri disana menunggu Grace datang. Gadis itu terengah-engah, membungkuk sambil memegangi lututnya.

"Ada perlu apa?" tanya Arliz, memeluk bukunya lebih erat.

"Gue mau ngomong sesuatu ke lo."

"Ngomong apa?"

"Arliz, hari minggu ini gue mau ajak lo jalan. Lo mau, 'kan?" Grace menatap Arliz dengan mata berbinar, berharap Arliz setuju.

Kepala Arliz bergerak kekanan dan kekiri, tidak setuju. "Gue masih sibuk. Lain kali aja."

Arliz berbalik, dan pergi dengan acuh. Grace tahu tidak akan ada kesempatan lainnya jika dia melepas Arliz hari ini. Kata-katanya tentang "lain kali" itu seperti sebuah kode bahwa dia tidak akan pernah ingin pergi bersama Grace.

Gadis itu sedikit kecewa, namun dia tidak ingin menyerah. Dia melangkah ke depan dan memblokir jalan Arliz sambil merentangkan tangan, menghadangnya pergi.

"Ayo dong, plis. Kemanapun lo mau, gue pasti ikut kok. Kali ini aja ya, plis?" Grace menohon dengan ekspresi memelas sambil matanya berkedip untuk meluluhkan Arliz.

Pemuda itu menatapnya tercengang sebelum menghela napas lelah. "Gue sibuk."

"Cuma satu hari doang, kok. Masa lo nggak bisa. Kemana aja deh yang lo mau, ayo kita ke kawasan yang banyak bangunan sejarahnya."

"Disini nggak ada bangunan bersejarah."

"Semua tempat didunia ini adalah sejarah masa lalu, Liz. Mau ya, ya, ya?"

"Sebenarnya lo punya taruhan, 'kan sama temen-temen lo?" Arliz menatapnya curiga. Paksaan Grace yang membuat Arliz mencurigainya. Karena tidak biasanya gadis ini memaksanya sampai memohon-mohon begitu.

"Mana mungkin."

"Kalau enggak, mana mungkin sekarang lo sebegitu gigihnya minta jalan-jalan sama gue."

Grace mengerucutkan bibirnya sambil menunduk malu. Ini bukan taruhan, bukan juga permintaan teman-temannya, tetapi Grace termotivasi oleh kata-kata kakaknya kemarin malam. Dia ingin mempertahankan perasaannya hanya pada Arliz. Meskipun Arliz belum tertarik padanya, Grace masih belum ingin menyerah.

"Gue cuma mau jalan-jalan doang kok sama lo sebelum kita pisah."

Sebelah alis Arliz terangkat naik, dengan bingung bertanya, "Pisah gimana?"

"Lo bakal sibuk sama tugas kampus, trus nanti bakalan ikut study tour ke berbagai daerah. Gue juga mungkin bakal liburan minggu depan. Jadi sebelum kita pisah, gue mau jalan-jalan sama lo. Ayo dong,"

Pemuda itu tidak berkata apa-apa, terdiam memandangnya sambil menggeleng-gelengkan kepala tanpa daya.

•••

"Semua topik yang kita bahas selesai sampai disini. Apa ada pertanyaan?" tanya Ailish sambil menatap semua orang diruangan yang dengan kompak menggelengkan kepala, tanda tidak ada lagi yang bertanya.

"Baiklah, rapat akan saya akhiri disini." Lalu dengan ekspresi serius, dia mulai menasehati. "Oh ya, sebelum itu saya ingin kalian menghindari keterlambatan agar tidak terjadi kejadian yang seperti ini. Menghargai waktu adalah kunci kesuksesan. Saya harap kalian semua mengerti dan merenungi kejadian ini."

"Kalau begitu saya akhiri, selamat bekerja dan semoga proyek kali ini sukses. Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam."

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang