Bagian 31

13 4 0
                                    

31| Menemukan Pelakunya

🌿🌿🌿

Waktu sudah menunjukkan hampir setengah tiga pagi, ruangan kerja itu hanya di sinari oleh lampu remang-remang. Pramuda duduk didepan laptop, menonton rekaman bukti itu berulang kali untuk mencari kejanggalannya.

Jika dilihat sekilas, orang itu memang mirip seperti Ailish. Tapi jika dilihat lebih teliti, Pramuda tahu bahwa orang didalam rekaman itu bukanlah Ailish. Dia telah mengenal Ailish cukup lama, mereka sempat menjalin hubungan dan bukan berarti Pramuda tidak dapat mengenalinya.

Hanya saja yang membuat ia tak dapat menemukan bukti bahwa orang itu bukanlah Ailish adalah penampilan dan cara berjalan mereka yang hampir mirip. Pramuda sulit untuk menemukan apa yang janggal bahkan jika harus mencari sepanjang malam.

Pramuda mendesah lelah. Dia bersandar sambil memejamkan matanya yang kelelahan karena dipaksa untuk tetap fokus pada layar. Sekarang matanya memerah dan terasa perih. Dia terdiam selama beberapa saat sebelum mengambil ponselnya diatas meja dan mencari nomer Ailish. Dia ingin tahu keadaan Ailish sejak perempuan itu di usir pergi alias dipecat kemarin sore. Tapi Pramuda ragu apakah Ailish masih terjaga atau sudah tidur.

Melihat dari pengalaman mereka yang peenah menjalin hubungan selama dua tahun, jika Ailish sedang ditimpa suatu permasalahan, perempuan itu pasti tidak akan bisa tidur bahkan jika dia memaksakan diri. Seperti sekarang, walau waktu hampir mendekati subuh, tapi sepertinya Ailish belum tidur. Apakah pramuda harus menelepon.

Setelah menimbang, Pramuda dengan menekan tombol memanggil. Panggilan terhubung dalam waktu cepat, hanya beberapa deringan, panggilannya dijawab. Ada keheningan diujung telepon selama beberapa detik sebelum akhirnya Ailish bersuara. "Ada apa?" dengan suara serak dan sengau, bukan seperti orang yang baru saja terjaga melainkan seperti habis menangis.

"Nggak bisa tidur?" tanya Pramuda.

"Saya kebangun."

Sudut bibir Pramuda ditarik ke atas. Merasa geli dengan tingkah Ailish yang tiba-tiba bersikap seolah Pramuda mengganggunya.

"Maaf, aku nggak maksud mengganggu."

"Ada apa? Kalau nggak ada yang penting, saya tutup teleponnya."

"Aku cuma mau ngobrol aja sama kamu." Tangan Pramuda menyentuh mouse, membesar dan mengecilkan gambar rekaman yang sengaja ia pause dengan main-main.

Ada keheningan sejenak. Sebelum dengan ragu-ragu Ailish bertanya, "Tentang apa?"

"Aku-" kata-kata Pramuda terhenti ketika tubuhnya tersentak melihat gambar yang ia perbesar tertuju pada jam tangan yang dipake oleh perempuan itu. Pramuda membesarkannya hingga gambar semakin blur dan tidak jelas namun Pramuda yakin Ailish tidak pernah mengenakan arloji berwarna gold.

Pramuda pernah melihat arloji seperti ini di kantor, tapi bukan Ailish yang memakainya. Pramuda berpikir keras untuk mengingat orang yang mengenakan jam ini.

"Kenapa?" tanya Ailish di ujung sana saat tiba-tiba Pramuda diam.

Pramuda dengan suara tidak jelas berkata, "A-aku tutup dulu ya teleponnya, assalamu'alaikum."

Ailish mengernyitkan dahinya saat panggilan diputuskan secara tiba-tiba.

Keesokan harinya, Pramuda berdiri didalam ruangan karyawan. Dia bersandar disalah satu meja sambil bersidekap dada dan menundukkan kepalanya. Karyawan yang datang dan melihatnya disana tampak terkejut, namun tak membuat mereka untuk lupa menyapa Pramuda dengan ramah.

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang