Bagian 28

15 4 0
                                    

28| Tuduhan Penggelapan Dana Proyek

🥀🥀🥀

Ailish menjalani hari-harinya seperti biasa. Dia bertemu klien, memeriksa hasil desain, rapat, semuanya berjalan seperti biasanya. Tapi Ailish merasa ada yang aneh, sejak beberapa hari terakhir entah mengapa pandangan karyawan lain ke arahnya tampak berbeda. Setiap kali Ailish bertanya ada apa, mereka hanya menjawab tidak apa-apa.

Keanehan ini berlangsung selama hampir seminggu, Ailish yang mulai merasa tidak nyaman tiba-tiba mendekati sahabatnya Alsa dan bertanya sambil menyapukan pandangannya ke seluruh karyawan yang sedang sibuk bekerja.

"Sa?"

Alsa mengangkat matanya dari layar, mengangkat alisnya dan menjawab, "Ya?"

"Orang-orang kenapa jadi aneh banget sih akhir-akhir ini?"

"Aneh gimana?" Alsa ikut menyapukan pandangannya ke sekitar dengan bingung.

"Aku merasa, tatapan mereka itu aneh setiap kali ngeliat aku."

Alsa kembali fokus ke layar dan menjawab datar, "Perasaanmu aja kali."

"Nggak mungkin, aku udah ngerasain ini selama beberapa hari terakhir. Kamu tahu sesuatu, nggak?"

Kedua pundak perempuan itu terangkat. "Nggak tahu. Tanya aja ke mereka."

Tapi Ailish yakin, bahwa sepertinya ada sesuatu yang membuat semua orang sepertinya janggal terhadap dirinya. Ailish memang ingin bertanya, tapi setiap kali istirahat, mereka dengan sengaja menghindarinya. Bahkan beberapa yang masih ada diruangan, dengan cepat memberikan banyak alasan agar bisa menghindarinya.

Awalnya Ailish mencoba untuk bersikap biasa saja dan mengabaikan itu saat dia masih sibuk bertemu klien untuk berdiskusi. Namun semuanya memuncak setelah beberapa hari kemudian. Ailish yang baru saja datang dan melangkah masuk tiba-tiba melihat sekumpulan karyawannya sedang bergosip.

Ailish berpikir untuk mendekati dan mendengar gosip apalagi yang saat ini sedang mereka bicarakan. Tetapi ketika salah satu dari mereka menyebutkan "penggelapan dana perusahaan" tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Dahinya mengernyit heran, merasa bingung untuk siapa mereka bicarakan.

"Tanya langsung dong ke orangnya, jangan asal nuduh. Kita udah semingguan ini lho curigain dia." Timpal wanita berambut bob.

"Ini nggak nuduh, Widia, lo tahu sendiri 'kan gue nggak pernah bohong sama apa yang gue liat." Jawab Kian kukuh, menyakinkan semua orang atas penglihatannya saat itu.

"Sebenarnya gue percaya sih, tapi... masa sih Mbak Ailish gelapin dana proyek?"

Saat namanya disebut, seketika mata Ailish melebar, mulutnya ternganga, dengan perasaan menggebu dia mendekati kerumunan dan berkata dengan nada tidak percaya, "Apa maksudnya saya menggelapkan dana proyek?"

Mereka dengan serempak menoleh ke sumber suara, nyali yang tadinya menyala-nyala tiba-tiba menciut.

Ailish memandangi mereka satu persatu dengan rahang mengeras. Bisa-bisanya mereka menuduhnya menggelapkan dana proyek. Padahal selama ini Ailish lancar-lancar saja membayar mereka.

"Minggu lalu tanggal 12, Kian liat mbak keluar dari bank. Trus beberapa hari setelahnya, mbak ngambil banyak uang di bank nggak tahu keperluannya untuk apa." Jelas Rani.

Alis Ailish berkerut, dia terdiam seolah sedang mengingat-ngingat. "Saya memang ke bank tanggal 12 setelah rapat di tanggal 10 itu. Tapi setelahnya saya nggak ke bank."

"Saya punya bukti," kata Kian tiba-tiba mengeluarkan ponsel di saku, lalu mengotak-atik sebelum membalikkan layarnya kepada Ailish.

Didalam foto itu, meskipun diambil dari jarak jauh, pakaian yang dia gunakan sama persis dengan pakaian yang ia kenakan sehari-hari. Bahkan postur tubuh mereka sama seolah siapapun dapat melihat bahwa orang didalam foto ini memang Ailish. Tapi sayangnya orang itu menggunakan masker sehingga Ailish tidak dapat mengenali siapa orang yang mengaku-ngaku sebagai dirinya itu.

"Ini bukan saya." Elak Ailish, yakin. "Orang ini menggunakan masker,"

Sebelah alis Kian terangkat naik, dia berkata dengan sinis. "Wajarlah Mbak pakai masker, mbak kan mau nyuri, kalau mbak memperlihatkan wajah mbak secara terang-terangan, mbak akan langsung dikenali."

Sementara yang lain dengan kepo melihat foto yang di tunjuk Kian, yang belum pernah ia perlihatkan kepada teman-temannya sebagai bukti. Dan yang lain akhirnya setuju bahwa perempuan yang ada di foto ini memang Ailish.

"Jadi mbak beneran ambil uangnya tanpa kesepakatan dari semua tim?" hardik Devina.

Ailish menggeleng kencang. "Saya nggak pernah ambil sepersenpun tanpa pemberitahuan dan kesepakatan semua orang. Ini bukan saya!"

"Maksudnya, mbak nggak pernah berpenampilan kayak gini?"

"S-saya akui perempuan di foto memang persis seperti saya. Tapi ini bukan saya."

"Alah, mana ada maling yang mau ngaku."

"Mbak gunain untuk apa uang itu?"

"Saya nggak nyangka ya, mbak orangnya semunafik itu. Kita udah bekerjasama selama bertahun-tahun, apa yang membuat mbak gelap mata sampai mbak ngambil uang proyek?"

"Gaji kita bulan ini belum dibayar, mbak. Anak saya masih harus bayar uang sekolah."

"Tahu, tuh. Mbak, kembaliin uang itu secepat mungkin. Atau kalau enggak, kita bakal ngelaporin ini ke atasan dan manajemen perusahaan."

"Tapi saya nggak pernah ambil uang itu." Ujar Ailish bersikeras. Dia benar-benar tidak mengambil uang itu, tetapi mengapa tidak ada yang mempercayainya.

"Kita nggak mau dengar penjelasan apapun, kita mau bukti."

Setelah mengeroyok Ailish beramain-ramai, mereka membubarkan diri tanpa peduli. Ailish terdiam di tempat dengan perasaan campur aduk.

Alih-alih menuju ke ruangan, Ailish bergegas menuju ke akuntan perusahaan untuk laporannya. Dan setelah diperiksa, memang benar pada tanggal 13 sampai beberapa hari kemudian data menunjukkan Ailish mengambil dana puluhan juta di bank. Ailish syok, dia tercengang ditempat. Tim keuangan bahkan menegurnya karena telah menggunakan jabatan untuk mengambil uangnya secara berurutan dalam jumlah besar.

Ailish yang kebalakan dituduh langsung menuju ke bank untuk mencari bukti lainnya. Pertama-tama dia memeriksa saldo didalam rekening dan hasilnya 0 rupiah. Ailish tercengang, dia hampir pingsan saat mendengar saldonya kosong.

Ailish tidak menduga, setelah bertahun-tahun ada diperusahaan, baru kali ini Ailish mengalami kasus seperti ini. Siapa orang yang sejahat ini memfitnahnya. Ailish tidak tahu, dia tidak bisa mencurigai siapapun karena Ailish tidak pernah punya musuh diperusahaan. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, hanya Ailish satu-satunya orang didepartemen kreatif yang tahu kata sandi rekening perusahaan .

***

BERSAMBUNG....

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang