32| Dialah Pelakunya
🌿🌿🌿
"Ailish sayang," Ailish menoleh dan mendapati sang bunda berjalan menghampirinya dengan nampan ditangannya berisi dua gelas teh dan sepiring cookies berbentuk beruang kecil berwarna cokelat matang.
Ailish bangkit dari kursi, mengambil alih nampan dan menaruhnya diatas meja.
"Bunda kok nggak bilang mau nyemil, kan Ailish bisa bantuin."
Bunda mengusap kepala putri tirinya yang tertutup hijab dengan penuh kasih sayang. Dia menatap Ailish iba, sejak dikabari dia dipecat karena dituduh melakukan korupsi, Bunda tak henti-hentinya menangis karena merasa sedih.
Dia yakin seratus persen putrinya itu tidak akan pernah berbuat curang. Ailish adalah gadis yang baik, bahkan sejak pertama kali dia datang kerumah ini, Bunda telah disambut dengan hangat oleh Ailish meskipun dia tau bunda dan Arez hanyalah orang asing yang baru saja masuk ke keluarga mereka.
Dan jika bukan karena Ailish yang melarangnya untuk datang ke kantor dan memarahi semua orang yang menuduh putrinya, bunda pasti sudah melakukannya sejak awal.
"Ailish, kamu nggak apa-apa, 'kan, nak?"
Ailish tersenyum tipis, matanya bengkak karena semalaman menangisi nasibnya yang malang. "Ailish nggak apa-apa kok, Bun. Tapi Ailish butuh waktu untuk istirahat."
"Jangan memaksakan diri, nak. Kalau Ailish mau istirahat lama juga nggak apa-apa, toh setiap rezeki itu udah ada yang atur."
"Iya bun. Untuk saat ini kayaknya Ailish mau dirumah aja, mau habisin waktu bareng bunda."
"Kamu jangan sering-sering melamun, bunda jadi khawatir sama kamu."
"Ailish cuma ingin membiasakan diri, bun."
"Kalau Ailish butuh temen, bunda siap kok dengar semua keluhan Ailish. Lagian selama ini kita juga sering curhat-curhatan, 'kan?"
Ailish mengangguk. "Oh ya, Arez jadi kan bulan depan tour, bun?"
"Insyaallah, dia juga lagi sibuknya tuh dikampus. Mudah-mudahan sih selesai, katakanya dia pengen banget bisa ke tempat-tempat bersejarah. Kapan lagi bisa travelling sambil belajar kalau bukan sekarang."
"Nggak nyangka deh Arez bentar lagi hampir lulus. Padahal waktu itu dia masih kecil banget."
Ting! Tong!
Keduanya dengan kompak menoleh ke belakang, dari jauh melihat ke pintu luar dan sepertinya mereka kedatangan tamu. Ailish hendak bangkit dari kursinya namun bunda menahan pundaknya untuk tetap ditempat.
"Biar bunda aja yang buka." Setelah kepergian bunda, Ailish kembali menatap pemandangan didepannya.
Dia duduk diteras halaman belakang, melihat beberapa tanaman yang di tanami bunda tumbuh dengan subur. Tempatnya sejuk dan asri, enak untuk nongkrong sambil menikmati camilan seperti teh dan cookies.
Ailish meraih gelas, menyeruput teh hijau buatan san bunda. Aromanya cukup menyegarkan membuat Ailish merasa lebih baik. Dia menggigit potongan cookies dan duduk dengan santai sebelum tiba-tiba bunda memanggilnya dari dalam rumah.
Dia menyahut dan membersihkan remahan cookies dari mulut dan pakaiannya sebelum buru-buru masuk. Langkahnya memelan saat mendekati ruang tamu. Matanya berkedip cepat saat melihat sosok Pramuda berdiri disana bersama Alsa yang tertunduk disampingnya sambil sesugukan. Bunda berdiri tidak jauh dari mereka.
"Lho, kenapa kalian disini?"
Tanpa babibu, Alsa yang sedari tadi berdiri disamping langsung berlari ke arah Ailish lalu bersimpuh dibawah kaki Ailish sambil terus menangis dan meminta maaf membuat bunda dan Ailish terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahasnya Cinta [Tamat]
RomansaDalam hidup yang penuh kesibukan, Ailish tidak menyangka bertemu mantan kekasih yang kini menjadi direktur kreatif baru ditempatnya bekerja. Namun kehadiran sang mantan membuat kekacauan dihidupnya. Di saat yang sama, perhatian yang terus-menerus da...