23| Gosip Bertiup Seperti Angin
🍂🍂🍂
Angin bertiup sepoi-sepoi, menggoyangkan dedaunan diatas pohon, tampak sejuk dan nyaman. Suasana kampus ramai seperti biasa, berlalu lalang disekitar koridor dan penuh dikantin. Sementara itu sosok perempuan berambut pirang itu duduk diatas kursi bawah pepohonan, berkali-kali mengusap air matanya.
Lima menit telah berlalu sejak dia menangis, namun tak satupun yang datang untuk menghiburnya. Sebodo amat dengan semua orang, Grace tidak butuh teman-temannya. Dia hanya ingin melepaskan semua kekesalan dihatinya dengan menangis. Sampai sebuah suara tiba-tiba menyapanya dari belakang.
"Lo ngapain-" kata-kata Arliz tertelan ditenggorokannya ketika langkah semangatnya perlahan memelan.
Grace sesugukan, mengusap air matanya dan tertunduk dengan sedih. Arliz duduk disamping, lalu mengeluarkan sebotol minuman yang memang khusus ia beli untuk Grace.
"Minum dulu."
"Makasih." Ucap Grace menerima botol minuman yanh baru saja dibuka tutupnya oleh Arliz. Dia meneguk hampir setengah botol karena haus. Arliz memandanginya lama, sebelum mengeluarkan buku sejarah dan duduk dengan tenang membiarkan Grace berhenti menangis lebih dulu.
Setelah hampir lima menit duduk diam tanpa bicara, Grace yang telah tenang mulai membuka suara. "Gue seharusnya nggak secengeng ini."
"Nggak ada yang ngelarang lo untuk nangis." Kata Arliz tanpa mengalihkan atensinya dari buku.
"Tapi ini bukan sesuatu yang bikin gue harus nangis sesedih ini."
Arliz menoleh menatapnya dengan alis bertaut bingung. "Trus untuk apa lo buang-buang air mata untuk hal yang nggak penting?"
"Gue sayang banget sama dia."
"Cowok mana yang berani nyakitin lo?" kata Arliz sok jadi pahlawan, namun kenyataannya laki-laki itu kembali fokus dengan bukunya tampak tak tertarik dengan cerita Grace.
"Kenapa, lo khawatir sama gue?"
Kepala Arliz menggeleng pelan. "Gue mau berterimakasih karena udah bikin lo sadar kalau nggak semua cowok itu baik."
Grace menganggukkan kepalanya setuju. "Kakak gue adalah orang paling bajingan yang pernah gue kenal."
Tubuh Arliz membeku, dengan perlahan dia menolehkan kepalanya menatap Grace dan menutup buku, mulai fokus mendengarkan cerita Grace.
"Aneh nggak sih, gue lebih sayang ke calon kakak ipar gue dibandingin kakak gue sendiri?" katanya sembari memilin ujung blousenya main-main. "Kakak gue brengsek, dia ngelepasin kakak ipar gue demi seseorang yang nggak bisa balas perasaan dia."
Setelah mengatakan itu, Grace terkekeh geli, lalu menyeka air matanya yang kembali tumpah. "Seharusnya yang nangis-nangis begini calon kakak ipar gue, bukan gue nggak sih. Karena dia yang ditinggalin tunangannya demi cewek lain. Brengsek, gue nggak nyangka dia bakal ngelakuin itu ke calon kakak ipar gue."
Grace menutup wajah dengan kedua tangannya dan mulai menangis keras disamping Arliz yang hanya bisa diam sambil mendengarkan.
Mungkin karena Grace satu-satunya perempuan dikeluarga mereka, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang kakak perempuan, apalagi Kim selalu sibuk dengan dunianya sendiri. Jadi ketika Eilana mulai mendekatinya dengan penuh kasih sayang, Grace mulai merasa akrab dan menjadikan Eilana sebagai kakaknya. Dia orang pertama yang sangat mendukung perjodohan Eilana dan Kim saat itu.
Kemarin saat dia baru pulang dari kampus, dia tidak sengaja mendengar bahwa keluarga Eilana memutuskan pertunangan mereka dan kedua orang tuanya terus membahas masalah ini selama beberapa hari. Tetapi dia tidak tahu apa-apa, karena hubungannya dan Arliz membaik, Grace lebih sering menghabiskan waktunya untuk belajar mengikuti Arliz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahasnya Cinta [Tamat]
RomanceDalam hidup yang penuh kesibukan, Ailish tidak menyangka bertemu mantan kekasih yang kini menjadi direktur kreatif baru ditempatnya bekerja. Namun kehadiran sang mantan membuat kekacauan dihidupnya. Di saat yang sama, perhatian yang terus-menerus da...