Bagian 07

23 5 0
                                    

07| Sekali Playboy Tetap Playboy

🌺🌺🌺

"Pak Kim?"

Kim menoleh, mendapati seorang karyawan dari departemen Desain dibelakangnya, menatap Kim bingung.

"Cari mbak Ailish?" tanyanya lagi saat Kim melongok melihat ke dalam ruangan dibalik dinding kaca itu.

Kim tersenyum kecil dan mengangguk, "Dimana Ailish?"

"Mbak Ailish sudah keluar pak, ada pertemuan dengan klien. Bapak butuh sesuatu?"

"Oh, enggak. Terimakasih, kalau begitu saya mau balik dulu." Kim berbalik pergi. Awalnya dia ingin mengajak Ailish makan siang bersama, tetapi perempuan itu selalu terlihat sibuk bahkan melebihi kesibukannya sendiri sebagai seorang direktur.

Dari jauh, Eilana yang baru saja keluar dari ruangan melihat Kim lewat. Dia buru-buru masuk kembali ke dalam ruangan dan mengambil sebuah paperbag yang sengaja ia bawa pagi ini lalu mengejar Kim yang kembali masuk ke dalam ruang kerjanya.

Tok! Tok!

Kim mengernyit heran, baru saja dia duduk diatas kursi sudah ada yang mengetuk. "Masuk." Jawabnya sambil mengambil kembali beberapa dokument untuk diperiksa.

Pintu didorong terbuka, Kim melirik ke pintu dan mendapati tunangannya muncul dengan sebuah paperbag ditangannya. Eilana menghampirinya dengan sedikit kecanggungan, berdiri diseberang meja dan menatap berkas-berkas yang berserakan diatas meja.

"Maaf, apa kamu lagi sibuk?"

Melihat Eilana yang tidak terlalu berkepentingan, Kim hanya mengangguk dan kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Eilana tersenyum, meletakkan paperbag di atas celah yang kosong dan mengeluarkan beberapa kotak makan didalamnya. "Aku bawain makanan, kebetulan pagi ini aku masak banyak."

Tangan Kim yang membalik-balik kertas terhenti, dia menoleh menatap beberapa kotak yang tersusun diatas meja. "Kamu buat ini dengan sengaja untukku?"

Eilana memang sengaja membuat bekal makanan ini khusus untuk Kim karena dia ingin memberi perhatian lebih kepada Kim. Dia hanya tidak ingin Kim semakin jatuh pada kegilaan cintanya terhadap Ailish, dia sudah punya tunangan seharusnya dia tahu batasannya.

"Nggak perlu repot-repot, aku masih kenyang." Kim menjawab acuh, kembali fokus membaca.

Senyum Eilana meredup. Dia bermain dengan jemarinya tampak kikuk dan canggung. "Nggak repot, aku bawa ini memang untukmu."

"Terimakasih, aku menghargai niat baikmu. Tapi aku benar-benar nggak lapar."

"Kamu belum makan siang,"

Kim menghela napas kasar, lalu mendongak menatap Eilana yang berwajah sendu dihadapannya. "Aku belum makan siang karena aku nggak lapar. Aku masih sibuk dengan pekerjaan, jadi bawa makanannya keluar, kamu saja yang makan."

Eilana menelan ludah, tenggorokannya tercekat. Dia merasa sedih, Kim benar-benar menolaknya secara terang-terangan. Dia selalu berbicara blak-blakan, ketidaksukaannya terlihat semakin jelas seiring berjalannya waktu. Eilana tidak tahu apakah pertunanganan ini akan bertahan sampai ke jenjang pernikahan atau Kim memutuskan untuk berhenti dan membatalkannya. Eilana takut hal itu terjadi.

"Kamu dengar aku?" tanya Kim saat Eilana tidak menyahut. "Kamu saja yang makan makanannya, dan silahkan keluar. Ada banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan siang ini."

"Kalau begitu, simpan saja makananya untuk sore nanti." Eilana masih tidak ingin menyerah. "Makanannya nggak akan basi karena aku menaruhnya didalam kotak termos, makanannya juga masih tetap hangat."

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang