Bagian 02

41 5 2
                                    

02| Pertimbangan

🍃🍃🍃

"Sibuk lagi hari ini?" tanya Bunda saat Ailish melewati ruang tengah. Bunda berhenti mengelap jendela dan berjalan menghampiri putri tirinya sambil tersenyum lembut.

"Maaf, Bunda." Jawabnya dengan nada bersalah.

Bunda tersenyum dan mengangguk paham. Putrinya ini sejak bekerja, dia jarang makan bersama keluarganya bahkan ketika hari libur sekalipun, Ailish selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Kemarin Ailish sudah berjanji akan pulang lebih cepat malam ini agar mereka bisa makan malam bersama. Namun baru saja dia menerima telepon dari Alsa yang mengatakan mereka akan malam bersama malam ini untuk marayakan keberhasilan kita untuk proyek yang lalu sekaligus merayakan penyambutan direktur baru yang akan datang hari ini.

Sudah seminggu berlalu. Ailish hampir lupa tentang direktur baru itu karena terlalu sibuk bekerja. Jika dia tidak datang, maka mereka tidak akan merayakannya. Tentu saja Ailish tidak enak hati, jadi dengan terpaksa membatalkan janjinya bersama keluarga. Untungnya Ailish memiliki keluarga yang pengertian, sehingga mereka memaklumi dan tidak memaksanya.

"Kamu mau berangkat sekarang?" tanya Bunda saat melihat Ailish sudah berdandan rapi dan menenteng tas miliknya, siap untuk pergi.

Ailish mengangguk, "Iya, Bunda. Ailish berangkat sekarang ya."

"Buru-buru?"

Ailish menggelengkan kepalanya.

"Mau sarapan bareng?" ajak Bunda sambil mengangkat kedua alisnya, berharap.

Ailish langsung mengangguk tanpa berpikir panjang. Hitung-hitung untuk menebus rasa bersalahnya karena batal dengan janjian makan malam mereka.

Bunda dengan senang hati menarik Ailish ke dapur, lalu mendorongnya duduk diatas kursi. Beberapa hidangan untuk sarapan telah disiapkan diatas meja, namun tak sedikitpun dari hidangan tersebut yang tersentuh.

Papanya sudah berangkat pagi-pagi sekali dan sudah sarapan lebih dulu, sementara Bunda sedang menunggu anak bujangnya turun agar mereka bisa makan bersama. Siapa yang tahu Ailish bahkan ikut sarapan bersama mereka, padahal jarang sekali dia bisa sarapan bersama keluarganya karena dia selalu bangun lebih pagi.

Tidak berapa lama kemudian suara langkah kaki dari sepatu converse milik adiknya terdengar mendekat. Arliz yang sedang membetulkan letak ransel tersendat ketika melihat kakaknya sudah duduk dikursi, menunggunya untuk sarapan bersama.

"Arliz, cepatlah. Kakakmu ini nanti akan terlambat." Panggil Bunda sambil menyendokkan nasi goreng ke dalam piring Ailish.

Arliz melangkah pelan mendekati mereka. Lalu dia menyapa mereka seperti biasa. Namun Arliz tidak dapat melepaskan pandangannya dari sang kakak membuat Ailish mengangkat kedua alisnya bingung.

"Soră nggak lagi buru-buru." Ailish menjawab seolah dia tahu apa yang sedang adiknya pikirkan.

"Senang akhirnya kita sarapan bersama." Kedua sudut pemuda itu terangkat, pertanda dia senang kakaknya bisa makan bersama mereka walau tanpa Papa.

"Ayo makan, makan."

•••

"Papa aturlah, jadwalnya. Masa ditunda terus, kasihan lho putrinya ini."

Pagi itu, Eilana dan kedua orang tuanya, minus Elina, sedang sarapan diruang makan saat tiba-tiba Bu Ressa membahas kapan baiknya pesta pernikahan Eilana dan Kim bisa langsung diadakan. Tapi Kim sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya apalagi hampir akhir tahun, jadi tentu saja pembahasan ini tak lagi menjadi titik fokus Kim dan keluarga.

"Nggak perlu buru-buru, keluarga mereka sedang sibuk bekerja begitupula Kim yang akhir-akhir ini semakin sibuk. Kita tunggu saja kabar dari mereka." Jelas Pak Tio mencoba untuk memberi sedikit arahan pada istrinya.

"Mereka sudah lama bertunangan lho, Pa. Sampai kapan kita harus menunggu." Bu Ressa menarik napas dalam-dalam dan berkata perlahan, lalu berkata kepada Eilana. "Sayang, coba bujuk Kim, ya. Tanya saja kapan kepastiannya padanya."

Eilana yang diam sedari tadi mengangkat matanya, menatap Bu Ressa dengan tatapan sayunya. "Ma, Kim sedang sibuk. Tanyanya lain kali saja, ya?"

Bukan karena Kim sibuk yang menjadi alasannya. Bahkan jika Kim benar-benar mencintainya, Kim akan berinisiatit sendiri untuk menikahinya tanpa didesak.

Dua tahun sudah pertunangan diantara mereka selesai diadakan. Tak hanya Bu Ressa, sebagai seorang wanita, Eilana juga ingin mempercepat pernikahannya dengan Kim. Bahkan dia telah mengidam-idamkan gaun yang indah dan bergandengan tangan dengan Kim saat dialtar nanti.

Tapi sayangnya harapannya akan jadi kehampaan yang berkepanjangan. Hanya orang bodoh yang tidak tahu alasan Kim menunda pernikahan mereka. Semua itu karena manajer proyek dari departemen Desain.

Sudah satu tahun sejak Eilana mengetahui bahwa Kimmy Devindra tidak pernah memiliki rasa terhadapnya. Meskipun mereka dijodohkan, Eilana pernah berpikir bahwa suatu saat Kim akan jatuh cinta padanya sama seperti Eilana yang telah jatuh cinta padanya sejak pertama kali mereka bertemu. Tapi sebelum itu terjadi, Eilana sudah lebih dulu tahu tunangannya itu jatuh cinta pada Ailish Elissa.

"Bukannya Mama ingin mendesak, tapi kepastiannya itu kapan. Atau Mama tanya saja kepada mereka secara langsung?"

"Kita tunggu saja kesiapan dari mereka, Ma. Lagipula kalau Mama bertanya langsung, apa menurut Mama mereka bisa langsung setuju dengan pendapat Mama padahal mereka masih disibukkan dalam pekerjaan."

"Ma," Eilana memanggilnya lembut, "Jangan khawatir. Eilana baik-baik saja, kok. Eilana masih bisa menunggu. Bahkan jika Kim sudah siap dengan pernikahan ini, justru Eilana yang mungkin akan merasa kesulitan karena harus mengubah jadwal kerja."

Pak Tio mengangguk setuju, "Eilana juga sibuk di kantor. Kita tunggu saja kabar baik dari anak-anak."

Setelah ditenangkan oleh suami dan putrinya, Bu Ressa yang tampak panik perlahan mulai menenangkan diri dan mengangguk pasrah. "Mama ikut saja bagaimana dengan Eilana."

Setelah topik itu selesai, ruangan menjadi hening. Eilana buru-buru menghabiskan sisa makanannya dan menyesap jusnya dua kali.

"Eilana, kamu tahu, 'kan hari ini direktur kreatif baru kita akan datang. Nanti setelah tiba, tolong tunjukkan langsung ruang kerjanya. Dan ya, jangan lupa antarkan dia ke ruangan Papa."

Eilana mengangguk, "Baik, Pa."

***

BERSAMBUNG...

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang