Bagian 19

18 3 1
                                    

19| Membatalkan Pertunangan

🍁🍁🍁

Eilana duduk dengan gelisah diatas kursi. Sudah sepuluh menit berlalu sejak dia datang ke sebuah warung cepat saji ditempat dia dan Kim akan bertemu. Kim sudah mengirim pesan yang mengatakan dia akan datang sebentar lagi dan Eilana tidak sabar menunggu.

Setelah lima belas menit menunggu, Eilana melihat Kim dari kejauhan. Dia tidak bisa berhenti tersenyum dan menyambut Kim dengan hangat. Namun senyumnya membeku sesaat ketika melihat paperbag yang diberikan pada Kim pagi itu dibawa oleh pemuda itu kesana.

Kim menarik salah satu kursi diseberang, meletakkan paperbag milik Eilana dikursi sampingnya sebelum fokus menatap Eilana. "Kamu sudah pesan makanannya?"

Eilana tersentak, dia mengangkat mata dan menggelengkan kepala. Kim memanggil pelayan, memesan makanan yang Eilana ingin makan sementara Kim hanya memesan segelas kopi membuat dahi Eilana berkerut.

"Kamu, nggak makan?"

Kim menggelengkan kepala, "Kenyang."

Eilana tidak banyak bertanya, matanya melirik paperbag diatas kursi dan diam-diam merasa bersyukur sepertinya makanan yang ia buat pagi ini dan diberikan kepada Kim dengan alasan kiriman dari Bu Ressa, dimakan baik oleh pemuda itu. Walaupun berbohong, Eilana senang Kim akhirnya bisa menikmati makanannya.

"Apa yang ingin kita bicarakan?" tanya Eilana saat dia mengunyah makanan yang ada didalam mulut.

"Habiskan dulu makananmu, setelah itu baru kita bicarakan."

Eilana dengan patuh mengangguk. Dia tidak sabar mendengar apa yang ingin Kim bahas dengannya sampai harus mengajaknya makan siang. Meski bukan obrolan serius, Eilana akan tetap merasa senang karena Kim mau menemaninya makan.

Dia menghabiskan dalam waktu singkat. Eilana menyesap jusnya beberapa kali, sebelum menyeka bibirnya dengan tissue dan beralih memfokuskan diri pada Kim yang sibuk bermain ponselnya sedari tadi.

"Apa itu?"

"Selesai?" Kim mengangkat pandangannya.

Eilana mengangguk.

Kim mengembalikan ponselnya ke dalam jas, dia menghadap Eilana yang kini tidak sabar menunggu obrolan mereka. Berbanding terbalik dengan ekspresi Eilana yang semringah, Kim malah memasang ekspresi serius sehingga Eilana merasa tidak nyaman dengan suasana diantara mereka.

"Aku nggak akan basa-basi, tujuanku untuk berbicara denganmu hari ini adalah karena aku ingin memutuskan pertunangan kita."

DEG!

Seluruh tubuh Eilana membeku, jantungnya berhenti berdetak, senyum dibibirnya membeku, menatap Kim dengan mata lebar dan alis terangkat.

Seolah tidak peduli dengan keterkejutan Eilana, Kim melanjutkan, "Sejujurnya aku nggak pernah setuju dengan perjodohan ini, sejak awal aku juga nggak pernah tertarik padamu. Eilana, maaf jika mungkin aku membuatmu kecewa tapi aku nggak mau melanjutkan pertunangan kita."

Eilana merasakan sensasi kesemutan yang langsung menyebar ke jantung, saat dia ingin mengatakan sesuatu, tenggorokannya tercekat seperti ada sesuatu yang menahannya hingga rasanya sakit sekali saat dia menelan air liurnya.

"Untuk masalah orang tua kita, aku akan bilang ke orang tuamu dan orang tuaku. Jangan khawatir, aku sendiri yang akan bicara dengan mereka."

Eilana tertunduk, matanya berkaca-kaca. Sedetik kemudian setetes demi setetes cairan berwarna merah mulai menetes keluar, Kim yang sedang fokus menatap Eilana berhenti bicara dan terkejut. Eilana buru-buru menutup hidungnya dan bergegas pergi ke toilet setelah mengatakan 'permisi' pada Kim yang tercengang.

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang