Bagian 06

25 3 0
                                    

06| Menemani Bertemu Klien

🌺🌺🌺

"Mbak Ailish, hallo. Saya Irwandi, owner dari Lezat Restoran. " Pak Irwandi, laki-laki berusia empat puluhan yang mengenakan kacamata tampak ramah dan berwibawa. Berjabat tangan dengan Ailish dan Pramuda.

"Saya Pramuda."

"Mari silahkan duduk."

Ailish dan Pramuda tanpa sungkan duduk diatas kursi sambil melihat-lihat ke sekeliling.

"Restoran ini baru dibuka tiga hari yang lalu. Saya dengar perusahaan kalian cukup kompeten dalam membuat sebuah aplikasi yang akan membantu para pelanggan."

Ailish tersenyum dengan lembut dan mengangguk, "Anda memanggil orang yang tepat, Pak Irwandi. Saya dapat mewujudkan apapun keinginan klien pada aplikasi ini. Aplikasi seperti apa yang bapak inginkan?"

"Saya ingin pelanggan bisa melihat menu lebih dulu sebelum datang kemari. Sehingga ketika mereka hendak memesan, mereka sudah tahu apa yang mereka inginkan."

Ailish mendengarkan dengan seksama, mencoba memahami kebutuhan Pak Irwandi.

"Juga jika ada pelanggan yang ingin memesan  jauh-jauh hari, mereka dapat melakukan reservasi terlebih dahulu atau bahkan bisa memesan secara online. Dan saya juga ingin  desain yang lebih menarik sehingga dapat digunakan oleh pengguna dengan mudah."

Ailish mengangguk paham. "Sebelum itu saya ingin menjelaskan sedikit aspek dari aplikasi ini agar Pak Irwandi dapat gambaran untuk memberitahu kami apa yang bapak inginkan untuk ditambah."

Pak Irwandi menggangguk. "Silahkan lanjutkan,"

"Baiklah pak. Aspek dari aplikasi ini yakni memiliki fungsi dan fitur seperti yang anda sebutkan barusan aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk melihat menu, membuat reservasi, dan memesan secara online dengan mudah. Sedang untuk tampilannya, Pak Irwandi bisa memilih sendiri ingin tampilan yang seperti apa, misalnya anda ingin tampilan yang cerah dan menarik tapi masih dalam batasan dipahami oleh para penggunanya."

Dia menarik napas, dan melanjutkan, "Kemudian Pak Irwandi dapat menetapkan jadwal deadline untuk pembuatannya, tapi biasanya kami melakukan kurang lebih dua bulan jika cepat."

Pak Irwandi mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Sementara dibawah meja, Pramuda yang merasa bosan, sesekali akan membenturkan sepatunya dengan high heels milik Ailish membuat perempuan itu tampak kesal. Dia menggeserkan kakinya  menjauh.

"Saya tidak akan buru-buru, Mbak. Tapi maksimal dalam tiga bulan itu saya sudah menerima hasilnya."

"Baik, Pak." Ailish menulisnya, lagi-lagi kakinya bergoyang ketika Pramuda menendang-nendangnya. Sementara laki-laki itu hanya melihat ke sekeliling seolah tidak melakukan perbuatan dosa.

Ailish mengabaikannya dan kembali fokus pada pembicaraannya dengan Pak Irwandi.

"Lalu untuk anggarannya, seperti yang sudah kita sepakati waktu itu pak. Jika bapak keberatan membayar full, bapak bisa memberi kami setengahnya dulu sebagai dp."

"Sebelum itu saya ingin tahu, anggaran itu akan digunakan untuk keperluan apa saja, Mbak."

"Oh anggaran itu akh-" Ailish tersentak saat Pramuda membenturkan betisnya hingga membuat perempuan itu kaget.

"Ada apa, Mbak?" tanya  Pak Irwandi yang kebingungan.

Ailish memalingkan wajahnya ke arah  Pramuda, lalu diam-diam mencubit pinggang pemuda itu membuatnya ikut memekik karena kesakitan. Ailish terkekeh ke arah Pak Irwandi dan menjawab, "Kayaknya ada semut disini."

Pramuda menggosok pinggangnya yang baru saja dicubit dengan ganas oleh Ailish.

"Oh saya pikir area ini sering dibersihkan," kata Pak Irwandi mengangkat kain di meja untuk melihat ke bawah. Buru-buru Pramuda menjauhkan kakinya dan berpura-pura tidak tahu.

"Pak, mari kita lanjutkan saja pembahasannya."

Pak Irwandi menurunkan kain tersebut dan kembali fokus pada pembicaraan mereka.

"Sampai dimana tadi pembahasan kita? Oh sampai anggaran, benar?"

"Iya, Mbak. Anggarannya akan digunakan untuk apa saja?"

"Sebagai seorang manajer, saya mendapat kesempatan untuk mengelola anggaran tersebut. Anggaran-anggaran itu akan digunakan untuk membeli peralatan dan perangkat lunak yang diperlukan, juga akan kami gunakan untuk melakukan pengujian dan penyesuaian aplikasi. Saya juga akan membayar upah tim dengan uang tersebut. Jadi bapak tidak perlu khawatir karena saya amanah, saya akan menggunakan anggaran dengan cara paling efisien dan efektif."

"Saya ingin mempercayainya." Pak Irwandi setuju, namun masih sedikit ragu.

Ailish dengan penuh kesabaran menjelaskan, "Bapak tidak perlu khawatir. Untuk masalah ini, bisa kita jumlahkan bersama-sama setelah pemakaian karena kita akan bertemu setiap seminggu sekali untuk membahas perkembangannya."

"Perusahaan kami adalah perusahaan terpercaya," Pramuda yang sedari tadi diam tiba-tiba mengangkat suara. Dia duduk dengan kedua siku diatas meja, tampak santai. "Kami sudah membuka banyak cabang disetiap kota di wilayah ini. Tak hanya itu, perusahaan pengembangan aplikasi terbesar ada di kota ini. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kami dijamin amanah."

Setelah mendengar kata-kata Pramuda, Pak Irwandi seolah merasa terintimidasi dan mengangguk-anggukkan kepalanya patuh. "Kalau begitu saya akan memberikannya cash dimuka. Apa itu nggak masalah?"

Ailish cukup tercengang. Meski mereka telah bernegosiasi satu sama lain, tetap saja bayaran yang diterima cukup banyak. Dia sudah sangat senang memiliki sebagian uang itu tanpa memaksa orang lain membayar cash. Tapi tiba-tiba saja Pak Irwandi memberi penawaran. Sayang sekali jika ditolak.

"Tentu, pak. Saya nggak masalah, semua tergantung kepercayaan anda terhadap kemampuan kami."

Pak Irwandi meminta izin untuk pergi mengambil cek sebentar meninggalkan mereka berdua diatas kursi. Setelah kepergian pak Irwan, Ailish buru-buru memukul lengan Pramuda hingga membuat suara nyaring bergema.

"Kenapa tiba-tiba kamu mukul saya?" protes Pramuda sembari mengusap lengannya yang tertutup jaket namun sengatannya terasa nyata.

"Saya sudah memperingatkan kamu untuk nggak membuat ulah."

"Lho, memangnya apa yang saya lakuin?"

"Nggak usah pura-pura polos."

Pramuda terkekeh geli, lalu memposisikan dirinya duduk tegak dan nyaman.

"Saya cuma mencoba nyari sesuatu biar nggak bosan."

"Saya nggak minta kamu ikut."

"Tapi saya mau ikut."

"Terserah deh, berdebat sama kamu nggak ada habisnya." Ailish menyerah. Saat Pramuda hendak membujuknya, Pak Irwandi datang dengan buku cek ditangannya. Dia menulis jumlah angka dan merobek kertasnya sebelum memberikannya pada Ailish.

"Terimakasih, akan saya simpan dengan baik. Mari kita lanjutkan tentang tema kasar yang mungkin sudah mulai terbayangkan oleh anda."

Ailish kembali disibukkan dengan pekerjaannya. Sedangkan Pramuda akan membantunya menjelaskan sesekali.

***

BERSAMBUNG...

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang