Bagian 09

22 4 0
                                    

09| Nasehat Seorang Teman

🌺🌺🌺

"Sa, gimana?" Ailish bertanya pada sahabatnya saat melewati meja Alsa.

Alsa mengangkat tangannya, menyatukan telunjuk dan jempol membentuk ok. "Giliranku aman, kok, Lish. Tapi pemilihan temanya agak susah nih, aku belum bisa nentuin yang bagusnya."

"Coba deh ambil tema-tema yang elegan gitu. Seperti yang kita bicarakan saat rapat waktu itu, karena restorannya memiliki tema romansa dan mewah. Coba deh ku lihat."

Alsa memberi alih mouse komputer yang langsung di otak atik Ailish dengan gesit. Dia memberikan beberapa petunjuk dan mencontohkannya kepada Alsa. Mereka tampak terlibat komunikasi selama hampir sepuluh menit lamanya sebelum Ailish melirik arlojinya dan dia harus segera berhenti.

"Itu saja untuk saat ini. Nanti di rapat berikutnya akan kita bicarakan lagi. Aku ada pertemuan dengan klien hari ini, jadi aku pergi dulu."

"Oke deh, Lish, hati-hati."

Kakinya melangkah cepat dengan terburu-buru. Dan oleh kecepatan itu pula, dia dan Kim tidak sengaja saling bertabrakan dipersimpangan. Kim nyaris menjatuhkan kopi ditangannya yang untungnya Kim berhasil menyeimbangkan.

"Hei, kenapa buru-buru?" tanya Kim dengan alis berkerut.

"Oh, maaf pak. Saya punya jadwal ketemu klien hari ini. Permisi." Ailish melewati Kim, namun pemuda itu kembali menahannya.

"Dimana?"

"SKY hotel, yang baru saja grand opening beberapa hari yang lalu."

Kim terdiam sejenak seolah sedang berpikir. Kemudian seolah mengingat sesuatu, dia berkata, "Aah, Sky hotel yang dekat dengan padipura itu?"

Ailish mengangguk.

"Kebetulan sekali, hari ini saya juga di undang oleh pemiliknya untuk datang."

Sebelah alis Ailish terangkat penuh makna. Dia menatap Kim seolah-olah berkata: 'Bapak terlalu banyak membuat alasan. Memangnya saya percaya?"

"Saya berniat untuk datang sore ini setelah pulang kerja. Tapi karena kamu juga akan kesana, jadi kayaknya saya juga akan mampir deh. Tunggu sebentar, saya akan segera kembali." Kata Kim yang tidak membiarkan Ailish menolak lalu berlalu pergi dengan tergesa-gesa.

Ailish menghela napas sambil melihat arloji. Masih ada setengah jam sebelum janji temu. Tapi Ailish tidak ingin membuat kliennya menunggu, apalagi siang-siang begini kendaraan dijalan padat. Selain karena jadwal anak-anak pulang sekolah, jalanan juga dipadati oleh pekerja kantoran yang sedang beristirahat untuk mencari makan.

Saat sedang menunggu dengan cemas sambil bersandar di dinding, Pramuda baru saja kembali dari toilet melihat sasarannya sedang berdiri santai tidak jauh dari sana. Dengan senyum gembira, dia mendekati Ailish dan mengagetkan perempuan itu hingga Ailish berteriak karena kaget. Pramuda tergelak, sementara Ailish tampak kesal dan tak segan memukuli pemuda itu beberapa kali untuk melampiaskan kekesalannya.

"Sshhh, sakit, Ai." Ringis Pramuda sambil mengelus lengannya yang baru saja dipukul.

"Ai, Ai dengkulmu! Buat orang kaget saja." Rutunya menahan keki.

"Bercanda."

Ailish mengabaikan pemuda itu, dia melongokkan kembali kepalanya dari balik dinding, mencoba mencari-cari keberadaan Kim. Kenapa lama sekali, dia sudah tidak punya waktu untuk menunggu.

"Cari siapa?" tanya Pramuda penasaran ikut melongokkan kepalanya di balik dinding.

"Bukan urusan anda."

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang