Bagian 08

22 4 0
                                    

08| Kalung Berliontin Kristal

🌺🌺🌺

"Arliz!" Seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berbadan tegap itu memanggil Arliz dari kejauhan. Dia menghampiri Arliz lalu merangkul pundaknya akrab.

"Lo keliatan sibuk mulu, sampai susah di cari."

"Lagi sibuk ngumpulin data literatur gue. Kenapa, Dam?"

"Temen-temen gue itu pada nanyain lo, mereka pengen ajak lo main lagi kayak waktu itu."

Arliz menggeleng kecil, menolak dengan halus. "Nggak, Dam. Gue masih harus kelarin laporan penelitian dan ngumpulin data literatur."

"Sepengen itu ya lo ke luar daerah cuma buat nyari artefak sejarah?"

Arliz tersenyum tipis. Dia memang pendiam dan tidak banyak bicara, tapi kepintaran dan ketampanannya membuat teman-teman dari segala jurusan ingin dekat dengan Arliz. Selain karena dua hal tersebut, mereka menyebut Arliz si ilmuwan gila; Gila penelitian, gila buku, gila hal-hal berbau sejarah. Karena berkat hal-hal itu semua, mereka merasa Arliz punya dunianya sendiri dengan segala teori dan praktek yang Arliz gilai.

"Kalau lo tahu jawabannya, kenapa harus nanya?" canda Arliz membuat Dama melepaskan rangkulannya dan menghela napas pelan.

"Kalau gitu bantu gue ngumpulin data juga dong, kali aja gue lulus dan ikut tour itu bareng lo."

Arliz tersenyum tipis mengangguk, "Tapi sebelum itu lo udah nyiapin semua syarat untuk wawancaranya, 'kan? Jangan lupa angket."

Dama mengangkat kedua jempolnya ke atas, "Aman, bro. Gue akan nyiapin semuanya dalam waktu sehari."

"Jadi kapan rencana lo mau mulai?"

"Kapan lo punya waktu?"

"Tiga hari dari sekarang. Gue masih harus bimbingan sama Pak Norman hari ini."

"Oke, nanti kabarin gue aja kalau lo udah siap."

Dari kejauhan, Grace beserta ke empat temannya yang lain sedang duduk diatas kursi studion sambil dengan heboh membicarakan masalah fashion show yang akan diadakan di Singapura.

Mereka sepakat minggu depan akan pergi kesana untuk berlibur sekaligus melihat Fashion Show yang diadakan oleh brand baju terkenal.

"Gimana, Grace? Lo udah minta izin ke orang tua dan Kakak lo, 'kan?" Mala bertanya saat perempuan berambut pirang itu hanya diam sambil bermain Hp.

"Nggak tahu, liat dulu aja nanti."

"Lo ngapain sih?" Tarra bertanya, mencondongkan tubuhnya sedikit untuk melihat ke layar yang sedang Grace mainkan.

Mereka bertiga dengan kepo ikut melihat, dan tercengang ketika melihat Grace sedang searching tempat-tempat bersejarah yang tidak jauh dari tempat ini.

Minnie: "Grace, lo demam ya? Sejak kapan lo tertarik sama hal beginian?"

Tara memutar bola matanya, lalu kembali ke tempat duduknya. "Lo masih aja ngejar-ngejar anak Arkeolog itu. Yakin dia tertarik sama lo?" remehnya.

"Well, nggak ada usaha yang sia-sia." Kata Grace sambil menyimpan link yang sudah ia temukan. Dia berharap dengan mengajak Arliz ke tempat ini nanti, setidaknya Arliz akan sedikit luluh padanya.

Ratri menghela napas dan menepuk pundak Grace dua kali. "Gue harap juga gitu, tapi kita lagi bahas tentang keberangkatan ke Singapura. Lo ikut nggak?"

Tara mengangguk, "Ini kesempatan kita lho selagi anak Seni diliburkan selama beberapa hari. Ayo dong, ikut kita. Nggak ada lo, nggak lengkap deh anggota kita."

Nahasnya Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang