27| Aku Mencintaimu
🥀🥀🥀
Saat Eilana terbangun dari tidurnya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Dia terbatuk keras dan merasa tenggorokannya kering karena dia belum minum apapun sejak semalam. Tapi kemudian dia merasakan sedotan dimasukkan kedalam mulutnya, Eilana yang masih menutup matanya itu menyesapnya perlahan hingga tenggorokannya basah oleh air yang masuk. Dia merasa lega.
Begitu sedotan itu ditarik pergi, Eilana perlahan membuka kelopak matanya dengan susah payah. Sinar matahari ditutupi oleh sesosok bayangan tak jelas. Butuh beberapa kali kedip sampai penglihatannya menjadi jelas.
DEG!
Eilana merasakan perasaan aneh saat sosok Kim yang ia pikir sebagai imajinasi, duduk disamping brankar menatapnya dengan wajah kuyu. Eilana menatapnya lama, bahkan dia tidak berkedip hingga sudut matanya memerah. Eilana tidak ingin menyia-nyiakan ilusi ini untuk melihat sosok yang ia cintai sebelum kematiannya.
Kim merasa malu karena ditatap sedemikian. Dia tertunduk dengan wajah sendu, sesekali melirik Eilana yang masih menatapnya tanpa berkedip.
"Gimana perasaanmu, lebih baik?" tanya Kim dengan suara lembut.
Eilana berkedip. Matanya berkaca-kaca saat dengan jelas dia mendengar ilusi Kim itu bicara lembut kepadanya untuk pertama kali.
"Haruskah aku memanggil dokter?"
"Kalian bicaralah lebih dulu, aku akan keluar." Kata Eliana yang sedari tadi ada diruangan itu bersama Eilana dan Kim. Sementara kedua orang tua mereka sedang mencari sarapan diluar dan belum kembali.
Tubuh Eilana membeku ketika Eliana melirik Kim seolah Kim benar-benar ada diruangan itu dan melengos pergi dari ruangan.
Setelah kepergian Eliana, ruangan kembali hening. Kim dengan ragu-ragu menyentuh tangan kurus Eilana, dan seolah tersetrum, Eilana langsung menarik tangannya menatap Kim dengan ekspresi syok.
"Kim," gumam Eilana dengan serak.
Kim mengangguk, "Iya, ini aku."
Bagaikan disambar petir, Eilana dengan gelisah berusaha bangkit untuk duduk. Namun tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak sehingga Kim mendorong bahunya untuk tetap berbaring.
"Bagaimana bisa kamu ada disini?"
"Aku datang kemarin malam. Maaf, aku baru datang." Ujar Kim menundukkan kepalanya penuh penyesalan.
Eilana merasakan sesak didadanya, matanya terasa panas dan berembun. Dia memalingkan muka dari Kim dan setetes air mata mulai berjatuhan ke atas bantal.
Kim pikir Eilana marah padanya sehingga perempuan itu tidak ingin melihatnya. Kedua pundak Kim merosot, dia tertunduk semakin dalam dengan perasaan malu.
"Kim, jangan datang kemari."
Kim mengangkat pandangannya merasa terkejut. Apa Eilana begitu membencinya sampai Eilana tidak ingin melihatnya disini.
"Aku...aku nggak secantik dulu, aku malu harus memperlihatkan kondisiku saat ini sama kamu. Aku malu,"
Tubuh Kim tersentak. Dia bangkit dari kursi dan menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Eilana, mengapa kamu harus malu. Kamu tetap terlihat cantik bagiku,"
Setelah mengatakan itu, kepala Eilana berputar ke arahnya. Mata gadis itu memerah, dan air matanya mengalir deras hingga Kim merasa dadanya terhimpit oleh sesuatu yang membuat rasanya sesak sekali.
"Kim, apa aku benar-benar cantik dengan kondisi ku yang seperti ini?"
Mata Kim berkaca-kaca, dia menganggukkan kepalanya. Lalu membungkuk dan mencium dahi Eilana lama sebelum kembali duduk diatas kursi sambil menggenggam tangan Eilana. Perlakuan lembut Kim membuat Eilana terkejut, Eilana hampir mengira dia berilusi jika tidak merasakan tangan hangat Kim yang membungkus tangannya yang dingin.
"Kim,"
"Kamu cantik, Eilana. Kamu akan selalu terlihat cantik bagiku."
"Kim, kenapa kamu menangis?"
Eilana dibuat terkejut lagi saat air mata berjatuhan dari pelupuk mata pemuda itu. Kim terlihat putus asa, bahkan dia menggenggam Eilana sangat erat seolah tidak ingin membiarkannya pergi.
"Maaf, Eilana. Maaf, ini salahku, ini semua salahku. Aku benar-benar minta maaf."
"Ini bukan salah kamu, Kim. Jangan meminta maaf."
"Aku bodoh, Eilana. Aku bodoh karena melepaskan perempuan sebaik kamu, aku menyesal."
Eilana tersenyum tipis. "Nggak ada yang perlu disesalkan, Kim. Pernah menjadi tunanganmu saja sudah lebih dari cukup untukku. Aku belum mengucapkan terimakasih karena sudah menerima perjodohan itu, terimakasih, Kim."
Kim menggeleng ribut. "Ayo menikah, aku...aku akan menikah denganmu. Tapi kamu harus janji kalau kamu akan sembuh."
"Maaf Kim, itu nggak mungkin." Eilana menatap ke langit-langit rumah sakit sambil tersenyum lembut. "Waktuku nggak banyak, aku senang kamu disini."
"Eilana, apa yang kamu lanturkan." Marah Kim tak senang. "Ayo pindah ke rumah sakit yang lebih baik, aku janji setelah kamu sembuh kita akan menikah. Jangan bicarakan hal-hal yang nggak masuk akal."
"Kim, aku sudah merasakan sakit selama kurang lebih sebulanan ini. Rasanya sakit sekali sampai aku merasa jiwa ku terpisah. Aku nggak sekuat itu untuk bertahan lebih lama lagi."
"Eilana, aku tahu kamu pasti bisa, oke? Kita jalanin ini sama-sama. Kamu harus bertahan demi aku."
"Kim, aku mencintai kamu sejak awal kita bertemu. Aku sangat mencintai kamu."
Kim merasa tenggorokannya tercekat, tubuhnya tersengat oleh sesuatu yang tak bisa Kim jelaskan rasanya. Ini menyakitkan untuk didengarkan meskipun diwaktu bersamaan Kim tahu bahwa Eilana dengan berani mengungkapkan perasaannya pada Kim.
"Aku juga....aku juga mencintai kamu, Eilana."
Eilana melirik Kim dengan mata berkaca-kaca. Tidak ada yang lebih menyenangkan mendengar orang yang telah ia kagumi selama bertahun-tahun mengungkapkan perasaannya walaupun Eilana tahu itu bohong.
"Terimakasih, Kim."
"Eilana, tolong wujudkanlah permintaanku. Ayo kita pindah dan cari rumah sakit yang lebih bagus. Tolong, aku mohon." Pintanya dengan ekspresi memelas.
Eilana tahu ia tidak akan hidup lebih lama dari ini. Tapi keluarganya bersikukuh ingin membawanya ke rumah sakit yang lebih bagus dan lebih lengkap dari rumah sakit yang ada disini. Meski Eilana sudah berkali-kali menolak karena itu akan berakhir sia-sia.
"Eilana, aku mohon."
Eilana menganggukkan kepalanya, "Baik, Kim."
Kim tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Dia memeluk tubuh ringkih Eilana dengan lembut dan berterimakasih berulang kali padanya.
***
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahasnya Cinta [Tamat]
RomanceDalam hidup yang penuh kesibukan, Ailish tidak menyangka bertemu mantan kekasih yang kini menjadi direktur kreatif baru ditempatnya bekerja. Namun kehadiran sang mantan membuat kekacauan dihidupnya. Di saat yang sama, perhatian yang terus-menerus da...