SATU RANJANG

2.5K 198 18
                                    


****

Devi turun dari motor dengan cepat, dan masuk ke dalam rumah. Terdapat cinta yang sedang duduk di sofa sambil membaca novel, Devi yang melihat mertuanya memberikan senyum kecil. Dan melanjutkan jalannya menuju kamar.

Cinta heran melihat Devi yang tampak wajah bingung dan sedih campur aduk.

"Devi kenapa fan?" Tanya cinta. Mengubah posisi duduknya menjadi tegak dan khawatir.

Sebenarnya afan bingung ingin menjawab apa, tapi sepertinya cinta harus tau.

"Devi masih belum terima aku, mah." Jawab afan. Sebenarnya afan masih kaget dengan ucapan Devi, yang masih ada rasa benci.

"Mau mamah bantu?" Tanya cinta. Cinta sebenarnya tau kalo memang Devi tak suka dengan afan, dan ia juga iba terhadap anaknya.

"Gak usah gapapa mah, afan pasti bisa luluhin hati Devi" ucap afan. Yang tak mau mamah nya ikut campur dengan hubungan mereka.

"Yaudah mah, aku ke atas dulu" lanjutnya. Cinta mangguk mengerti.

•••

Devi sudah mengganti seragamnya dengan baju rumah biasanya, Devi berjalan menuju balkon untuk menenangkan dirinya.

Devi menarik nafas panjang, Sambil memejamkan mata nya. Kemudian membukanya kembali, Sambil merasakan tiupan angin yang menghempas wajahnya.

"Bunda gimana kabarnya sehat kan?" Ucap Devi. Sambil menatap langit yang tampak mendung.

"Kalo Devi disini baik baik aja Bund!" Devi terus berhalusinasi kalo bundanya melihat dirinya.

"Kapan ya Devi bisa ketemu bunda lagi?, Devi pengen ketemu bunda!, Devi kangen bangett!" Ucapnya yang masih melihat langit.

Saat Devi sedang mengoceh sendiri dan mengobrol dengan langit, afan melihat nya dari kejauhan yang masih menggunakan seragam sekolah.

Afan berjalan menghampiri Devi, yang berada di balkon.

"Jangan cepat cepat pergi yah.. gue masih pengen bareng lo" ucap afan. Yang ikut berdiri di samping Devi.

Devi menoleh ke arah afan yang berada di samping nya

"Lebay!, ngapain lu disini?" Celetus Devi. Masih ragu berdekatan dengan afan.

"Judes amat neng!, lu juga ngapain disini?" Ucap afan. Dengan menatap Devi tanda tanya.

"Kangen bunda.." ucap Devi. Menatap afan sekilas dan kembali menatap langit dengan tatapan sendu.

"Mau ke makam?" Tanya afan. Yang langsung berdiri tegak, bersiap untuk pergi.

"Gak usah, lagian langitnya gak mendukung" ucap Devi. Seraya menatap langit yang sebentar lagi hujan.

"Sana mandi, bau ketek ih!!" Ucap Devi. Sambil menutup hidungnya.

Afan menc1vm ketiaknya kiri kanan "apa sih, mana ada bau ketek!!" Afan punya ide cemerlang, dan tersenyum jail. Ia mendekati Devi, dan segera merangkul pundak Devi dengan tiba tiba "nih, mana ada bau. Wangi gini di bilang bau!!"

"Ihh afan!!, bau keringet. Sana sana bauu ewhh!!" Ucap Devi. Dengan menutup wajahnya dan terus memberontak di rangkul afan.

"Afan!! Gw kurung yaaa!!" Ancam devi. Yang masih dengan gerakan yang sama.

"Kurung dimana?" Ucap afan. Yang masih merangkul Devi dengan senyuman jail.

"KAMAR MANDI!!, SAMPE BESOK!!"teriak Devi. Dengan wajah yang ditutupi telapak tangan nya.

"Mana bisaaa??" Ucap afan. Senyum meremehkan.

"Minggir gak! Satu... Dua.... Ti-" ucap Devi. Menghitung yang ingin mengurung afan, namun afan terburu lari ke toilet untuk membersihkan badannya.

BAD BOY AFAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang