|gue sayang sama Lo, bukan berarti itu membuktikan gue cinta sama lo.|
[Deviana sa'ba arabella]
✷✷✷✷
"fan?" Pekik Devi membangunkan afan dari lelapnya.
"HAH?" Kaget afan yang segera duduk dari tidurnya.
"Lo kenapa?" Tanya Devi yang masih berdiri di depan ranjang, menatap afan bingung.
Afan menoleh kearah Devi, Sedangkan Devi menatap afan bingung. Afan merasa sedih ketika mendengar ucapan Devi barusan, dengan menggunakan kata "Lo".
"Woy!, di tanya bukannya di jawab," Devi menepuk bahu afan agar tersadar dari lamunannya.
"Lo kenapa?, tadi kata mama Lo sakit?," lanjutnya menanyakan hal tersebut.
"Ee— g-gue gapapa, cuma gak enak badan aja." Afan masih heran apa yang terjadi bahkan ia sulit bicara.
Afan menghembuskan nafas kasar 'mimpi ternyata, padahal dah senang.' batinnya mengeluh.
Sebenarnya Devi masih kesal akibat afan yang tak jujur soal balapan, tapi ia juga gak tega melihat afan demam. biar bagaimanapun afan tetap suaminya dan harus dilayani.
Se-benci benci nya Devi pada afan ia juga masih mengingat status apa dia saat ini.
Menatap mata afan yang tidak ada kebohongan soal dirinya sakit. Segera Devi menyuruh afan turun kebawah agar ia mau makan, sebab dari pagi ia tak makan bahkan di kantin aja ia tak memesan makanan.
"Ya udah ayo turun, Lo belum makan kan?." Devi melihat afan sedikit susah bangun dan sepertinya kepalanya sakit, Devi membantu afan agar ia lebih mudah berjalan.
———
Afan menyingkirkan sendok yang beberapa senti lagi sampai di mulutnya.
"Udah Dev, gak enak."
"Ih~ sekali lagi fan!,"
'lo selalu buat gue berharap dev.' batinnya yang melirih.
"Satu sendok aja yah" bujuk Devi, menatap afan sayu.
"Ya udah." Devi menyuapkan suapan terakhir dan afan menerimanya dengan menatap Devi, bahkan setelah Devi menaruh mangkuk di atas meja afan masih menatap mata lentik Devi.
Devi yang di perhatikan pun segera menoleh ke arah afan, buru-buru afan menoleh arah lain agar tak canggung.
"Sekarang Lo naik ke atas, istirahat. Gue mau cuci piring dulu." Ujar Devi segera membawa mangkuk bekas makan afan ke wastafel.
Namun dirinya terhenti ketika afan menarik pergelangan tangan Devi.
"Lo masih marah?." Tanya afan. Sukses membuat Devi menerjabkan matanya, ia baru sadar jika dirinya sedang kesal pada afan.
Tapi Devi memutuskan masalah itu di akhiri saja lagi pula afan Sekarang baik baik saja.
Devi menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis "enggak."
Grep
Afan berdiri dari duduknya dan memelvk Devi, serta menundukkan kepalanya di bahu Devi.
Devi heran dengan sikap afan yang tiba-tiba seperti ini, ia membiarkan afan memelvknya. bahkan Devi juga bisa merasakan panas di tubuh afan.
"Maaf, gue gak jujur. Gue takut kalo gue jujur, Lo gak izinin gue balapan," ucap afan dalam pelvkan Devi.
"Walaupun sebenarnya, Lo bakal marah juga." Lanjutnya segera melepaskan dekapannya.
Afan menaruh mangkuk itu kembali di meja dan segera meraih tangan Devi, mata Devi mengikuti arah tangan afan.
"Gue baru sadar kalau gue, Gak bisa Lo cuekin gini," ucap afan, menatap wajah Devi dengan mata berair.
"Gak tau udah berapa kali gue bilang sama Lo, kalo gue cinta." Lanjutnya. Devi tak bisa berbuat apa-apa selain dirinya mendengarkan ucapan afan dengan air mata yang menggenang.
"Boleh gak sih gue berharap sama Lo?." Tanya afan membuat air mata yang di tahan Devi menetes.
Devi mengulum bib1rnya, ia bingung harus jawab apa.
"G–gue gak tau fan." Jawab Devi yang memberanikan diri menatap afan.
"Berarti gue gak ada harapan?." Tanya afan lagi yang kini bergantian ia yang meneteskan air mata.
"B–bukan gitu fan, gue takut kalo Gue belum cinta sama Lo dan Lo berharap itu bakal buat Lo sakit hati." Ucap Devi yang sudah meneteskan air mata berkali kali.
Devi menangkup wajah afan "gue gak mau orang terpenting dalam hidup gue, bakal tinggalin gue. Gue Sayang sama Lo!, tapi bukan berarti itu membuktikan gue cinta sama Lo." Devi menghapus air mata afan.
Afan mendengarkan ucapan Devi, ia sedikit senang ketika Devi mengatakan sayang padanya.
"Udah gak usah Lo pikir in lagi, mendingan lo istirahat. Gue gak mau pelindung gue sakit." Ujar Devi, segera menurunkan tangan nya yang berada di wajah afan.
Apa? Pelindung? Apa Devi tak salah ucap?. Dia baru saja membuat afan salah tingkah
Devi mengambil mangkuk di meja dan segera pergi dari hadapan afan, untuk mencuci piring. afan yang melihat Devi pergi segera ia ikut pergi naik ke atas untuk istirahat.
———
Afan bergegas pergi menggunakan jaket hitam serta celana panjang yang senada.
Afan pergi ke tempat yang sudah ia rencanakan bersama Adryan. afan tak pamit dengan Devi bahkan ia pergi lewat jendela kamar, agar gak ketahuan Devi.
[Yang mau tau afan kemana liat part 10 dan liat spoiler part 11 di ig aku :)]
Setelah dua puluh menit afan pergi. Devi masuk kamar berniat ingin istirahat, lagi pula jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Saat Devi memasuki kamar terlihat disana sangat sepi, Devi berfikir kalo afan berada di kamar mandi.
Namun setelah Devi biarkan selama lima belas menit, afan tak keluar dari kamar mandi. Devi berpikir afan kenapa Napa di dalam, Karna tubuhnya belum sembuh sempurna.
"Afan?." Devi mengetuk pintu kamar mandi namun tak ada sahutan dari dalam.
Devi semakin cemas, sebab tak ada sahutan di dalam. Devi mencoba membuka pintu kamar mandi dan ternyata tidak di kunci Bahkan tidak ada orang di dalam.
Devi khawatir dan segera ia menelpon afan, berkali kali Devi telpon, namun tak ada jawaban. bahkan Devi mengirim pesan itu pun hanya di baca saja tidak di jawab.
Devi semakin khawatir afan kenapa Napa apalagi kondisinya masih kurang sehat.
Devi memutuskan untuk mengirim pesan pada rakha, memintanya untuk mencari afan.
[Yang mau tau juga liat di ig aku gess!]
"Ya ampun fan Lo dimana, gue takut Lo kenapa-kenapa. Ucapan gue salah ya? Sampai buat Lo pergi gini?," Devi meremas handphone nya kuat, pertanda ia sangat khawatir pada afan.
————
"Lo yakin bakal berhasil?." Tanya afan sambil mengancingkan baju nya, di depan Adryan.
Adryan menatap malas pada afan "ck, percaya sama gue bos!. Bakal berhasil kok." Ucap adryan sambil berkacak pinggang.
Afan takut akan hal yang ia rencanakan gagal, bahkan ia memikirkan Devi yang berada di rumah sendirian.
Cinta dan Lifah pergi karena ada urusan di luar, sedangkan Arie keluar entah kemana.
"Yaudah bos, gue telpon anggota SB dulu ya." Adryan pergi dari hadapan afan segera untuk menelpon anggota inti.
SB : SQUAD BOYS
[Bukan seni budaya ges🙏]————
Segitu aja ges soalnya lagi banyak tugas, jadi agak ribet kalo aku sempetin buat ngetik ini panjang.Sory ya udah tungguin lama tapi malah part-nya pendek 🙏
Btw follow ig aku ges
@Story_meyra
![](https://img.wattpad.com/cover/365628449-288-k50447.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY AFAN
FantasíaPerjodohan dari kedua musuh yang penuh rintangan. Perjodohan dimulai saat Alma, ibunda devianna sa'ba arabella menjodohkan dengan anak dari kerabatnya cinta, yaitu Ahmad afandra Sanjaya. Mereka sudah kenal sejak awal masuk SMA, namun mereka jarang s...