{50}

768 57 1
                                    

Happy Reading
.

.

.

"Aaahhhh... Hmph eunghh d-devanhh s-stophh" Jinan terus meracau kala puting susunya di hisap oleh pria yang umurnya lebih muda darinya. Tangan kurusnya mencengkram rambut devan dan menekannya kuat ke dada.

"Hahaha katanya gak mau, tapi dari tadi desah keenakkan. Aneh! " Cicit devan, benar apa yang pemuda itu katakan. Jinan sejak tadi terus merengek menolak tapi, saat di buat enak ia juga menerima. Pemuda manis itu sangat tidak konsisten.

"Akh, s-sakith jangan.. Di gigithh" Pekik jinan terperanjat saat devan menggigit putingnya hingga meninggalkan bekas "haha tapi enak kan? " Tanya devan di selingi kekehan.

"Gak! " Jinan menjawabnya cepat, mata sendunya melirik devan yang sedang menatapnya remeh
"Yakin Gak enak? Tapi kok kepala gue di tekan ke dada terus? Mulut sama hati lo gak sesuai banget, jinan! "

Jinan yang mendengar mengigit bibirnya, pasalnya apa yang devan bilang, itu benar adanya. Di mulut ia terus menolak perlakuan sang empu, tapi di dalam lubuk hatinya ia sangat menyukai saat hasratnya terpenuhi. Bahkan ingin lebih

"Aahhh.... D-devanhhng Ahhaaa... " Suara desahan kembali keluar dari mulut Jinan, kala pemuda di hadapannya kembali menghisap kasar putingnya. matanya memutih, kedua telapak tangannya mengepal erat menyalurkan gejolak puas di dalam dirinya.

"Ahhh s-stopp eungh.... " Lirih Jinan pelan "Why? Kenapa gue harus berhenti saat lo udah ngerasa enak begini? "

"G-ghue gak sukhaa... " Ungkapan itu berhasil membuat devan kembali terkekeh geli, bukankah pemuda yang berada di hadapannya ini sangat naif?

"Kayanya reaksi obatnya kurang?" devan memasukan tangannya ke dalam saku dan mengambil sebuah plastik kecil yang berisikan beberapa butir obat berwarna putih.

"Gue gak mau itu, gue gak mau" Jinan dengan tenaga seadanya mendorong dada devan. menjauhkan tubuh kokoh pemuda itu.

"Gapapa Jinan, obat ini bakalan bikin lo enak. Percaya sama gue! " Pemuda itu meraih rahang Jinan dan mencengkramnya kuat, memaksa untuk memasukkan dua butir obat kedalam mulut sang empu.

Jinan yang tak mau kalah sama sekali enggan membuka mulutnya, ia terus memberontak meski tenaganya tak sebanding dengan pemuda di depannya "Buka nan! " Bentaknya seraya menatap Jinan tajam. Sedangkan pemuda manis yang berada di bawah kendalinya benar benar bertahan agar kejadian seperti sebelumnya tak terulang.

"GUE BILANG GAK MAU ANJING! " jinan yang sudah kepalang emosi menangkis tangan devan hingga, membuat obat yang di pegangnya jatuh entah kemana. devan menatap tajam kedua manik jinan yang tampak bergetar.

Devan berdecih, menatap marah Jinan.

"Aargh!! " Jinan mengerang kesakitan kala devan tiba tiba meraih dan mencekik kuat lehernya "kenapa nolak gue terus sih? Apa lo gak bisa sekali aja nurutin kemauan gue?" devan memajukan wajahnya hingga jarak antara keduanya terkikis.

"Uhkk...L-lepashh..." Wajahnya yang putih memerah, bahkan urat urat yang ada di dahi dan lehernya bermunculan keluar. Jinan memukul dan mencengkram tangan devan berharap pemuda itu melepaskan.

"KENAPA LO GAK NURUTIN GUE ANJING?!! GUE KURANG APA? KENAPA LO GAK BISA BALAS PERASAAN GUE?!! " teriak devan tepat di depan wajah Jinan. Jinan dengan mata satunya menatap memohon pada devan "L-llepasshh hiks... "

Tak mengindahkan perkataan sang empu, devan meraup kasar bibir Jinan dan mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulut pemuda itu. Jinan yang pasrah hampir kehilangan kesadaran, jika seandainya devan tidak melepaskan ciuman dan cengkeraman di lehernya "uhuk...haaa... " kala ciuman lepas Jinan dengan cepat langsung menghirup banyak oksigen.

STALKER OBSESSION (TUNDA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang