{34}

1.4K 105 8
                                    

Happy Reading
.

.

.

"kepalanya ada ngerasain sakit sayang? " Ucap devan yang baru saja masuk ke dalam kamar, tangannya penuh membawa sebuah nampan yang berisikan air hangat dan semangkuk bubur.

"Jinan..." Panggil devan tapi tidak di sahut oleh si pemilik nama.

Jinan tidak merespon, ia hanya fokus menatap layar televisi yang menyala dengan tatapan kosong. Siaran yang ia tonton menampilkan tentang berita yang kini sedang ramai di bicarakan media. Ia melihat dirinya sendiri sedang di cari cari oleh pihak berwajib karna fitnah itu.

Beberapa waktu yang lalu sebelum devan keluar untuk menyiapkan makanan, ia dengan sengaja menyalakan TV dan membiarkan Jinan menonton salah satu berita tentang kasusnya, entah apa tujuannya tapi yang pasti dia punya niat terselubung.

Gue nggak kabur... Gue nggak ngebunuh... Bukan gue yang ngelakuin itu semua, bukan gue....bukan gue...

" Ck "decak devan kesal, ia pun berjalan ke arah nakas dan meraih remote TV lalu setelah itu mematikannya. " Jinan lo denger gue gak! "Bentak devan sedikit keras, kefokusan jinan pun teralihkan ia menatap devan yang sedang berada di dekat nakas, tak jauh darinya menatap dirinya dengan sangat tajam.

Karna takut jinan menundukkan kepala dan memilin jari jari panjangnya, devan menghela napas kasar lalu berjalan mendekati jinan.

" Hey...what's wrong? Scared of me? "Tanyanya seraya mendudukan bokong di pinggir tempat tidur. Jinan masih tetap pada pendiriannya tidak berkutik sama sekali, hanya diam saat di tanya oleh devan.

Sebenarnya ada gejolak panas yang membakar hati devan, jujur saja dia benar benar tidak suka saat Jinan tidak menjawabnya, Padahal ia sudah bersikap sebaik mungkin agar tidak menyakiti si pemuda manis ini.

"Okey... Gak perlu di jawab, sekarang lo makan dulu ya? "Sadrah devan, tangannya meraih sendok besi dan mengaduk pelan bubur itu agar merata sempurna.

" Sayang...dengerin gue... "Titahnya masih mencoba tenang agar tidak meledak di depan jinan. " Jinan lihat gue dulu... Sayang"monolognya halus, akhirnya Jinan pun kembali mendongakkan kepalanya, menatap kedua mata hazel devan. "Jinan makan dulu ya, dari tadi pagi lo belum makan kan... "Tuturnya pelan.

Devan pun mengambil 1 sendok bubur dan mencoba untuk memasukkan ke dalam mulut Jinan, tapi saat sendok itu tepat di depan mulut,pemuda itu enggan membuka mulutnya.

" Jinan come on...open your mouth!" Kesabarannya tinggal di ujung tanduk, napasnya semakin tercekat karna menahan emosi.

" Jinan please.... "Lirihnya menahan amarah, walaupun wajahnya sudah kelihatan merah. Jinan yang keras kepala membangunkan singa yang tertidur di dalam tubuh devan.

Hah... Fuck!! Umpatnya sebelum melakukan sesuatu yang akan menciptakan masalah besar.

Prannggg!!!

" D-devanhhh...hkk.... "Jinan yang kaget langsung menutup telinga menggunakan kedua tangannya, ia sangat terkejut saat devan melempar nampan itu ke sembarang arah, Gelegar suara gelas dan mangkuk pecah menghantam di bagian sisi kamar, ia membiarkan makanan tersebut berserakan di lantai.

Jinan tatap takut punggung tegas devan, setelah membuat kekacauan pemuda itu beranjak berdiri dan memunggungi Jinan. Lengan bajunya ia gulung naik di atas siku.

"Devan... K-kkenapa..? "Lirih pemuda kecil itu dengan napas memburu, jantungnya semakin berdebar debat karna takut. tubuhnya bergetar ketika devan menoleh ke arahnya, Tubuh kecilnya itu perlahan lahan ia bawa mundur ke pojok kasur mencoba mencari perlindungan.

STALKER OBSESSION (TUNDA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang