{51}

800 48 9
                                    

Happy reading
.

.

.

[03:22}

Jinan dengan keadaanya yang tampak mengenaskan, terbaring lemah di lantai dingin ruangan. Salah satu kakinya yang terantai membuatnya susah untuk berpindah tempat.

Panas di dalam tubuhnya juga sudah di ujung batas, mungkin obat yang devan beri sudah bekerja dengan baik. Lenguhan-lenguhan kecil terus keluar dari mulutnya.

Matanya mengamati sekeliling, mencari sesuatu "ahh... " Di dalam ruangan itu hanya terdapat ia sendiri, sosok pemuda yang bersamanya tadi sudah pergi entah kemana. Meninggalkan si manis menderita sendirian.

"Ah gatal... " Lirihannya penuh sensual. Entah sepertinya sudah tak tahan pemuda itu memainkan pelan putingnya yang menonjol.

"Aahhh.... Ahh"

Suara desah keenakan mengalun nyaring di keberadaannya, matanya mengerjap kala merasakan nafsunya sedikit terpenuhi. Tapi Jinan merasa kurang, ia ingin lebih. Bagian belakangnya gatal, pun dengan penisnya yang minta di puaskan.

"Aahhhh nghh... Hngghhahh... " Tangan kirinya memilin puting, sedangkan tangan kanannya mengurut penisnya yang menegang.

"Ahhhh.... Ahhhmphh" Suara desahan semakin melengking, saat Jinan mempercepat tempo kocokan di penisnya. Hinggalah sebuah cairan berwarna putih keluar dari lubang yang berada di kepala penisnya.

Jinan mengambil napas panjang, lalu membuangnya. Berusaha menetralkan kembali napasnya yang terengah-engah.

Ceklek

Pintu kamar terbuka, dengan sosok pemuda yang berada di depan pintu. Seraya membawa kantong putih di tangannya.

"Haha lonte... " Gumamnya lalu berjalan pelan mendekati Jinan yang terbaring di sana "woi! " Panggilnya pada sang empu.

Jinan membuka mata, menatap sayu pemuda di hadapannya "Devannhh... " Lirihnya kecil tapi masih di dengar oleh si pemilik nama.

"Kenapa? " Jawab devan singkat, lalu kemudian mendudukan dirinya tepat di depan Jinan yang terbaring "gatal... " Adunya.

"Gatal? Apanya yang gatal? " Dahinya mengernyit heran "bawahnya.... Gatal hiks" Balasnya dengan isakan yang tiba tiba keluar.

"Gitu ya? " Devan meraih kedua paha Jinan lalu membukanya lebar, hingga bagian lubang merah pemuda manis itu terekspos "ini yang gatal, hm? "

"Iya, jangan tanya terus... Gatalhh" Kekehan keluar begitu saja dari mulut devan, ia merasa sangat lucu dengan pemuda di depannya.

"Oh jadi ininya sayang gatal ya? Mau minta di kontolin sama gue, hm? " Devan berujar sembari mengusap dan membelai pelan lubang jinan yang terus mengeluarkan cairan putih, ia masih ingin bermain main sampai pemuda manis yang tak bertenaga ini meminta untuk di masukkan sendiri dengan mulutnya.

"Aahh.. Aahhheungh" Desahan desahan kecil terus keluar dari mulutnya "gimana? Mau gak di kontolin sama gue? " Ucap devan saat melihat pemuda di depannya hanya mendesah gelisah.

Plak

"A arghh... Sa-ssakith... "

"Lonte, makanya jangan ngedesah aja! " Umpatnya, dengan memberi satu tamparan di area selatan Jinan. Devan mencoba berpikir keras mencari cara agar Jinan cepat cepat memintanya untuk di setubuhi. "Oke gue tau" Ia dengan percaya diri mengambil hp yang berada di saku celana, lalu menggulir layar kala mencari sesuatu.

STALKER OBSESSION (TUNDA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang