{43}

817 54 2
                                    

Happy Reading
.

.

.

Jinan dengan langkah tergesa gesa, menatap nyalang pepohonan tinggi yang menutupi jalan di sekitarnya. Rupanya Tanpa devan ketahui pemuda yang tadi ia izinkan untuk bermain diluar, secara diam diam keluar dari perkarangan rumah.

Jinan menggerakkan kakinya masuk ke dalam hutan, mengikuti jejak ban mobil yang menempa di tanah. Jujur Jinan sebenarnya takut untuk melakukan ini, karna jika sampai ketahuan percayalah devan pasti tidak segan segan untuk memukulnya lagi bahkan mungkin mengurungnya.

"Kayanya gue harus kasih tanda di setiap jalan yang udah gue lewati... " Katanya dalam hati, kemudian pandangannya ia alihkan ke segala arah mencoba mencari sesuatu yang bisa ia gunakan.

Hingga berhentilah kedua netra itu ke sebuah batu besar, yang jaraknya tak cukup jauh dari tempat yang sedang ia dekam.

Jinan berlari mengikis jarak, setelah itu mengambil batu tersebut dan meletakkannya di jalan yang ia tempati tadi.

"Beres! " Pemuda itu kembali berlari, menuju ke sebuah rumah tua yang berada di depannya.
Sesampainya di depan pagar hitam yang tinggi, Jinan mengambil napas panjang lalu membuka pagar itu perlahan. ia kembali ke dalam neraka.

Ia bergegas masuk dan langsung mendudukkan dirinya di kursi panjang, tak lama kemudian Saat pemuda putih itu menatap langit suara seorang pria memecah lamunannya, "Jinan, masuk! " Titah pemuda gagah yang sedang berdiri di teras depan rumahnya.

Jinan menoleh lalu berucap "Hmm..nanti aja ya? Gue masih mau santai santai di sini.... " jinan ragu, menolak titah sang empu dan ketika melihat wajah datar devan yang tidak mengenakkan, Jinan menghela napas pelan lalu mulai beranjak dari kursi.

keberaniannya memang tidak berguna saat di depan pemuda itu

"Yaudah gue kasih lo waktu 20 menit,habis itu masuk" Jinan yang baru saja akan masuk terdiam kikuk, karna pemuda yang berada di depannya ini menuruti permintaannya.

"makasih ya? " Ujar Jinan senang seraya memberikan senyuman kecil kepada devan. Pemuda tampan itu melirik sekilas lalu kembali masuk ke dalam rumah meninggalkan si manisnya sendirian diluar.

"Haa..... Astaga, hampir aja ketahuann" Pemuda yang memiliki kulit putih itu menghela napas lega, jika saja tadi ia masih di luar pasti perdebatan sengit akan terulang.

Jinan masih berdiri di depan rumah, memastikan bahwa devan tidak akan keluar. Setelah itu ia kembali mengelilingi perkarangan rumah devan selama bermenit menit, hingga....

"Ini ruangan apa? " Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah pintu kayu usang yang hampir rapuh tertutup dengan tanaman yang merambat. Jinan merasa penasaran, lalu ia mendorong pintu itu yang nyatanya tidak terkunci.

"Masuk....Atau gak? " Batinnya ragu , Jinan melihat ke pojok pojok rumah untuk memastikan bahwa tidak ada cctv di sekitarnya. Dan tak lupa juga ia melihat kanan kirinya alih meyakinkan bahwa tidak ada keberadaan devan di sini.

Kaki jenjang itu mulai melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut "bau banget" Ujar jinan dengan tangan kanannya yang reflek menutup hidung, kala bau lembab yang menyegat menusuk hidungnya.

STALKER OBSESSION (TUNDA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang