Tiga puluh satu

1.6K 181 11
                                    


     Lenguhan pelan terdengar dari bibir milik Claira. Kelopak matanya perlahan bergerak terbuka. Gerakannya tertahan, dan bisa ia rasakan sesuatu bertumpu pada perutnya. Dilihatnya, sebuah tangan melingkar sempurna memeluknya erat. Ia terdiam sebentar, sebelum wajahnya bergerak menoleh ke samping.

Matanya dengan jelas bisa melihat senja yang tengah tertidur pulas dengan posisi menyamping ke arahnya. Netranya tak berhenti menatap wajah orang disampingnya. Bahkan, bisa ia dengar dengan jelas napas beraturan tersebut. Tanpa berontak, ia masih berada di pelukan senja. Jujur saja ia tak mau pelukan tersebut terlepas, ia mau senja tetap memeluknya.

Ditatapnya wajah tenang senja. Wajah yang selalu ia rindukan setiap harinya. Wajah yang selalu tampak cantik juga menawan. Tangannya terulur bergerak merapikan anak rambut senja yang sedikit berantakan. Jika, ini hanya mimpi, dirinya tak ingin terbangun, biarlah dirinya terjebak di alam mimpinya ini. Karena yang sekarang tengah dirasakannya ini mungkin tak akan pernah terjadi jika di alam nyata.

Claira beranjak cepat turun dari kasurnya, ketika merasakan sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya seperti hendak memaksa untuk keluar dimuntahkan.

Dan, benar saja sedetik setelah dirinya membuka closet didepannya, semua yang ada di dalam perutnya keluar.

Tak lama, Claira terkesiap. Ketika merasakan usapan lembut pada punggungnya. "Ale.." batinnya.

Sementara senja, kini membawa Claira ke arah wastafel, menyalakan air guna membasuh mulut Claira.

Beda halnya dengan Claira yang kini hanya bisa terdiam tertegun. Karena, senja tak ragu-ragu membasuh mulutnya yang baru saja muntah.

Senja mengambil beberapa lembar tissue yang ada didepannya, setelahnya mengelapkan nya lembut pada mulut Claira.

Netra milik Claira tak berhenti menatap ke arah senja, membuat senja yang melihatnya menyernyit.

"Mau muntah lagi?" Tanya senja.

Claira menggeleng pelan. Tapi ia rasakan kepalanya berdenyut nyeri juga pusing.

Keduanya kembali masuk ke dalam kamar. Senja melirik ke arah jam yang berada di atas nakas. Masih pukul 04.05 masih terlalu pagi untuk bangun.

Senja beranjak kembali menaiki ranjang. Dilihatnya Claira yang masih senantiasa diam berdiri di depan ranjang.

"Clair, sini tidur lagi" Ucap senja.

Claira tak mengeluarkan suaranya, tapi tak ayal menuruti perkataan senja. Seketika, tubuhnya dibuat terkejut ketika senja menariknya ke dalam pelukannya, membiarkan tubuhnya berbaring terlentang, sementara senja berbaring menyamping kearahnya, menjadikan tangan kirinya sebagai bantalan kepalanya sementara tangan kanannya memeluk perutnya persis seperti saat dirinya bangun tadi.

Perasaan gugup mulai menguar pada diri Claira.

"Kepalanya pusing?" Tanya senja.

Claira menatap ke arah senja. Tatapan keduanya bertemu, lama keduanya saling menatap sebelum claira menganggukkan kepalanya pelan.

"Tidur lagi yaa, biar pusingnya ilang" Ucap senja "Lagian ini masih pagi" Lanjutnya.

Masih, pandangan claira menatap dalam kearah senja. Tak berpaling atau berkedip sedetikpun. Membuat senja yang melihatnya tersenyum tipis dan mengusap lembut pipi claira "Matanya pejemin" Ucap senja pelan.

Merasakan usapan demi usapan lembut pada pipinya. Perlahan, mata milik Claira mulai terpejam. Tak lama, bibirnya keluar dengkuran halus membuat senja yang mendengarnya ikut memejamkan matanya ikut kembali tidur.

.....

Lenguhan pelan keluar dari bibir milik Claira, seraya tangannya meraba bagian kasur yang terasa kosong. Matanya yang terbuka sempurna itu mengedar keseluruh penjuru kamarnya, mencari sosok yang menemani tidurnya. Atau, semalam itu hanya mimpi.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang