Empat

2.4K 187 1
                                    

"OKE! SEKARANG YANG TANDA TANGAN NYA GAK SESUAI PERINTAH, ANGKAT TANGAN!" Ucap panitia yang sudah berdiri di hadapan para maba lengkap dengan speaker di tangannya.

Satu perempat dari maba tersebut mengangkat tangannya, termasuk senja. "KALIAN MAJU SINI!" Titah panitia tersebut masih menggunakan speaker. Maba yang mengangkat tangannya tersebut berdiri kedepan, pasrah dengan apa yang akan seniornya itu perbuat.

"Ini kenapa cuma lima belas?" Ucap panitia tersebut mengecek selembaran milik maba lainnya.

"Susah kak!" Jawab maba tersebut pelan.

"CARI DONG! GAK ADA USAHANYA BANGET JADI CALON MAHASISWA"

maba tersebut hanya menunduk, pasrah dengan perkataan senior tersebut.

"Ini lagi, kenapa cuma tiga belas?"

"Ini juga, ini setengahnya dari yang kita suruh. Sebenernya kalian ini niat gak sih"

Senja meringis, bagaimana dengan nasib dirinya yang hanya mendapatkan tujuh tanda tangan. Temannya yang memiliki tanda tangan lebih dari miliknya saja terkena amukan, lantas bagaimana dengan nasib dirinya?!.

Senja menunduk, menghela nafas pelan. Tubuhnya keringat dingin tak terbiasa dengan suasana sekitarnya yang ramai, banyak orang, dengan tatapan mengarah kearahnya.

Senja menghela nafas Pelan, mengangkat pandangannya ke depan. Menatap orang-orang dihadapannya yang mungkin saja nanti akan menjadi temannya.

"Ini lagi cuma sembilan tanda tangan!" Pandangan senja kembali  mengarah pada kakak senior yang masih memeriksa selembaran tersebut.

Dirinya kembali meringis.

Tapi, dirinya malah merasakan sesuatu, jika saat ini ada yang mengamatinya daritadi. Kedua mata senja mengedar, pada setiap orang dihadapannya.

Degh

Matanya bertemu dengan mata orang yang Masih senantiasa menatap kearahnya. Bahkan senja bisa melihat bibir orang tersebut timbul senyuman tipis, sangat amat tipis.

"I miss you" itu yang bisa senja tangkap dari gerak bibir tersebut. "So much" sambungnya yang masih bisa senja tangkap dan masih dengan mempertahankan senyuman nya.

Senja seketika memalingkan wajahnya. Jantungnya yang tadi berdetak kencang semakin bertambah kencang ketika melihat orang tersebut.

"Kamu!" Panggil panitia yang sudah berdiri di depan senja.

Senja terperanjat, untung saja makian dari mulutnya tak keluar. Beda lagi kalo orang didepannya itu kakak sepupunya, pasti dirinya sudah memaki dan adu bacot berakhir ribut.

"Mana? Saya liat" senja menyerahkan selembaran tersebut.

"Kamu cuma ngumpulin tujuh tanda tangan?" Senja menggangguk pasrah, itupun yang satu dari alora.

Panitia tersebut menyerahkan kembali selembaran tersebut pada senja, dan kembali ke tempatnya semula, ke tempat rekan-rekannya.

"OKE, KALIAN YANG GAK DAPETIN TANDA TANGAN SESUAI PERINTAH AKAN KAMI HUKUM"

Kedua bahu maba yang berdiri tersebut seketika merosot, pasrah terkena hukuman. "Kecuali kamu!" Sambungnya menunjuk ke arah seseorang, membuat semua mata orang mengarah padanya.

"Kok jadi gue sih anjir" batin senja meringis ketika semua mata mengarah padanya. Jarinya semakin dingin dan berkeringat. Ketika melihat mata mereka bahkan tak berkedip, seperti ingin memakannya.

"Saya kak?!" Tunjuk senja pada dirinya, mencoba memastikan.

"Iya. Sekarang kamu duduk ketempat semula"

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang