Lima

2.4K 174 5
                                    

"gue rindu, gue kangen. Tapi, rasa benci gue masih terlalu besar buat lo" batin senja, ketika mengingat pertemuan nya dengan orang yang dia benci sekaligus cintai. "Stop berharap senja... Buang perasaan lo! Dia gak mungkin punya perasaan yang sama kayak yang lo rasain" Sambungnya masih berperang di dalam batin.

"Dek! Kamu gapapa kan?" Tanya alora, memastikan keadaan senja.

"Gapapa"

"Beneran?" Tanya alora, dirinya bisa melihat dari balik kaca spion keadaan senja yang daritadi hanya melamun sejak menaiki motornya.

"Iya" ucap senja.

Alora menghentikan motornya di pinggir jalan, melirik ke arah kaca spion yang memperlihatkan senja tengah menghapus air matanya, kemudian turun.

"Kok turun kak?" Bingung senja.

"Kenapa malah nangis?" Tanya alora.

"Siapa yang nangis?" Senja semakin bingung kemudian ikut turun dari motor alora.

"Gak usah bohong bisa?!"

Pandangan senja mengedar, ke semua penjuru jalanan yang banyak kendaraan berlalu lalang. "Gak ada yang nangis kak"

"Kamu polos apa bego sih dek" ucap alora kemudian memeluk tubuh senja.

Senja tertegun, isakan yang daritadi ditahannya seketika keluar begitu saja saat tubuhnya di dekap oleh alora. Biasanya orang yang selalu memeluk dan memahami dirinya di tengah bersedih hanyalah viona, tapi kenapa orang yang tengah mendekapnya dan belum dua Minggu dia kenal ini bisa mengerti dirinya.

Alora mengeratkan pelukannya ketika isakan senja semakin pilu.
"Gapapa kalo kamu belum mau cerita, kakak tunggu sampai kamu mau terbuka" ucap alora. Membiarkan senja menangis sepuasnya dalam pelukannya.

Alora melepaskan pelukannya ketika tak lagi mendengar isakan senja, tangannya menangkup pipi milik senja dan menghapus air matanya.

"Sedikit lega?"

Senja mengangguk.

"Yaudah ayok pulang" ajak alora kembali menaiki motornya. Diikuti senja.

.....

"Makasih"

Alora melirik ke arah balik kaca spionnya, melihat ke arah senja yang tengah duduk anteng di boncengan nya.

"Buat?"

"Kak lora juga pasti tau, jadi gak usah nanya"

Alora tertawa pelan mendengar perkataan senja. "Sensitif banget heran" ucapnya dalam hati.

"Kak"

"Kenapa adek?"

Haruskah senja bertanya sekarang, perihal perkataan Desi kalo orang yang tengah bersamanya ini sebenarnya Ketua BEM.

Senja menggeleng cepat. "Nanti aja deh kak, di kost"

Alora menggangguk, meskipun hatinya penasaran apa yang akan dikatakan oleh senja.

....

Drttt drttt

Senja menggeram malas ketika mendengar suara dering telpon. Berdecak, baru saja dirinya memejamkan matanya untuk beristirahat setelah acara makan tadi, bersama penghuni kost lainnya.
Tangannya senja bergerak meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas samping ranjangnya.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang