Tujuh

2.1K 164 3
                                    

Satu Minggu telah berlalu. Kegiatan ospek yang seperti siksaan itu telah berakhir, membuat para maba tersebut berucap syukur.

Dan satu Minggu ini tak ada perubahan dari senja, kecuali dia sekarang resmi menjadi seorang mahasiswa di universitas yang menurutnya terkemuka itu. Dan satu Minggu terakhir juga, kathrin selalu ikut berangkat bersamanya.

Senja sebenarnya tak masalah kathrin ikut berangkat bersamanya, bukannya itu bisa mendapat pahala?  Terlebih jika membantunya dalam keadaan ikhlas. Tapi, entah kenapa kathrin selalu memberi uang padanya, meskipun itu tak seberapa tapi membuat senja seperti meminta upah, bayaran. Padahal dirinya ikhlas.

"Nih, makasih"  seperti saat ini contohnya, senja baru saja menghentikan motornya dan kathrin dia? Langsung mengeluarkan uangnya dengan nominal dua puluh ribu. "Itung-itung patungan bensin" lanjutnya membuat senja menghela nafas.

"Gak usah" tolak senja selembut mungkin.

"Terima senja! Gue gak enak sama lo"

"Gue yang lebih gak enak sama lo" ucap senja "kantongin lagi aja, nanti buat jajan lo di kantin"

"Mana bisa gitu" keluh kathrin. Dirinya tak enak, seminggu terakhir ini selalu menumpang pada senja.

"Bisalah. Gue duluan" pamit senja kembali menjalankan motornya, meninggalkan kathrin yang tengah menghela nafas pasrah di tempat biasa, halte bus.

.....

Sampai di parkiran kampus, senja me-markirkan motornya. Membuka kancing helm miliknya, kemudian menyimpannya.

Melangkahkan kakinya memasuki gedung kampus.

"Ale" panggil seseorang. Senja menggeleng Pelan, terus melangkah, berusaha tak peduli dengan panggilan suara tersebut.

"Aku tau kamu dengar suara aku, please berhenti!" Lanjut orang tersebut. Berusaha menyusul senja yang masih terlihat acuh dan tak peduli. "Ale!" Tegas orang tersebut, berhasil menghentikan langkah senja.

Senja membuang pandangannya ke arah lain, tak berminat memandang balik orang yang tengah berdiri di hadapannya.

"Aku kangen sama kamu" lirih orang tersebut setelah berhasil memeluk tubuh senja, menyalurkan rasa rindu yang terasa menyiksanya selama tujuh bulan terakhir.

"Masih sama" batin senja ketika merasakan hangat dan nyaman dari orang yang memeluknya, debaran jantungnya bahkan semakin berdetak kencang. Bahkan tubuhnya terdiam kaku, tak membalas pelukan tersebut, tak tau apa yang harus dilakukannya.

"SENJA!"

Suara teriakan tersebut lantas membuat tangan senja bergerak mendorong bahu orang dihadapannya, membuat jarak. Bersikap acuh seperti tak terjadi apa-apa, berusaha bersikap biasa saja meski jantungnya berdetak dua kali lipat ketika merasakan tatapan intens dari orang dihadapannya.

"E-eh gue ganggu yaa?"

Senja menggeleng ketika desi, orang yang tadi berteriak, sudah berada di sampingnya.

"Kenapa?" Tanya senja.

"Nggak ada sih. Cuma mau bareng aja masuk kelasnya" ucap desi.

Ngomong-ngomong tentang kelas. Senja, dia mengambil jurusan kedokteran, sesuai dengan impiannya dan impian almarhum kedua orang tuanya.

Dan ya, Desi dia menjadi orang yang beberapa hari terakhir ini cukup dekat dengan senja, entahlah mungkin karena dia mengambil jurusan yang sama, jadi keduanya dekat.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang