"Kath!"
Si empu yang punya nama mengalihkan pandangannya pada orang yang memanggilnya. "Apa?" Tanyanya, sedetik kemudian Pandangannya kembali beralih pada laptop yang berada di depannya, yang tengah memutar sebuah film yang sudah berkali kali ia tonton tapi tak pernah bosan. Film yang memiliki judul " I love you from 38000 ft " menjadi favoritnya karena memiliki alur dan juga konflik yang menurutnya sangat bagus.
"Mau bantuin gue gak?"
"Bantuin apa clair?.."
"Beneran ya?"
"Iya apa?"
"Buatin gue coklat hangat dong"
Sedetik setelah claira menyelesaikan perkataannya, wajah milik kathrin beralih padanya, menatapnya sangat amat datar tanpa ada ekspresi apapun. "Males!" Ucapnya, kemudian kembali melengoskan wajahnya ke arah laptop.
"Lo mah. Nyesel gue rekomendasiin nih film ke lo" Dengus claira. Benar adanya, karena dirinya lah yang merekomendasikan film yang menjadi salah satu favoritnya itu pada kathrin. Film yang bergenre romantis dan drama, film yang memiliki alur cerita yang bagus, dan juga aktor dan aktrisnya yang cocok membuat film tersebut menjadi favoritnya. Bukan itu saja, alasan film tersebut menjadi film favoritnya adalah karena film tersebut juga favorit senja, film yang sebelumnya ia tidak ketahui sebelum senja memberitahunya.
Dan liat! Bocah yang menjadi temannya itu, bocah yang menjadi salah satu korban atau bucin akut? Film rekomendasi nya, setiap film tersebut terputar, kathrin seketika menjadi sosok yang tak peduli dengan keadaan sekitar.
"Bikin mandiri Sono! Gak usah ngomel, gue mau liat rizky nazar ini" Ucap kathrin.
"Rizky nazar laki gue"
"Oh yaudah, senja buat gue berarti"
"Gak makasih. Mending lo ambil tuh Rizky nazar, gak ikhlas gue kalo ale sama orang yang bentukan nya jamet premium kek lo"
"Gak ngaca. Padahal lo sebelas dua belas ama gue, cuma gak kepublik aja"
"Tck" Decak claira. Terpaksa beranjak dari atas ranjang meskipun sedikit tak rela harus meninggalkan bagian dari film tersebut.
Langkah claira memasuki area ruang tengah. Dahinya mengerut ketika tak mendapati siapapun "tumben" batinnya. Lantas kembali melangkahkan kakinya memasuki area dapur, wajahnya menegang bersamaan dengan matanya yang melebar. Seseorang yang sedang berada di depannya, membuat jantungnya bergemuruh. Sadar akan kehadirannya, orang dihadapannya melihat ke arahnya sekilas, Sedetik kemudian kembali sibuk dengan panci yang mungkin berisikan mie instan tersebut.
Claira menghela napas pelan, berusaha bersikap se-normal mungkin. Melangkah ke arah lemari kecil, melaksanakan niat sebelumya untuk membuat coklat panas.
Ekor mata milik claira kembali melirik ke arah orang yang tengah bersamanya, hembusan napas pelan kembali keluar dari mulutnya. Karena, orang yang tengah bersamanya itu seakan tak peduli dan dan tak menganggap keberadaannya.
Tangan milik claira meraih satu gelas, menuangkan coklat sachet tersebut ke dalamnya. Setelah itu membawanya ke arah dispenser yang selalu menyala. Ujung ekor matanya, kembali mengarah pada orang yang bersamanya, terpaku sejenak menatap wajah itu dari samping. Mata itu, berhasil bersitatap sempurna dengan mata miliknya. Tapi... Itu sebelum dirinya merasakan panas dan perih pada tangannya.
Sementara orang yang bersama claira tersebut, membulatkan matanya terkejut. Cepat-cepat menghampiri claira, membawa tangan milik claira ke arah wastafel, menyiramnya dengan air yang mengalir.
"Ale.." lirih claira. Saat merasakan dingin pada tangannya yang terkena air panas.
"Ceroboh!" Ucap senja dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
Teen Fiction"Ale" "Apa?" Tanya senja singkat. "Darrell---" "Kamu suka sama Darrell?" Claira menggeleng cepat "Lebih tepatnya aku gak suka sama dia" "Kenapa?" "Karena dia mau ngambil kamu dari aku" Ucap Claira "Aku gak mau waktu kamu lebih banyak sama dia" Sen...