Empat belas

1.7K 160 13
                                    

Disebelah pot-pot kecil yang berisi tanaman hias yang letaknya di depan kost'an, senja mendesah sebal.

Wajahnya kusut juga frustasi karena barang yang dicarinya tak kunjung ketemu. Sudah lebih dari setengah jam senja mencari, bahkan dirinya sudah mengobrak-abrik setiap tanaman dan juga rumput, guna mencari kunci motor miliknya.

Senja terdiam. Tiba-tiba otaknya terlintas akan kakak sepupunya, bagaimana jika kakak sepupunya tau kalo kunci yang menjadi alat kendaraan nya untuk ke kampus menghilang. Dan, itu karena kecerobohannya.

Tubuh senja bergidik, membayangkan viona yang akan terus mengomel. Dan, itu tak sejam dua jam tapi, sampai berhari-hari. Kenapa dirinya bisa tau? Ya karena dirinya pernah bahkan sering terkena omelan viona.

"Senja!"

Si empu yang merasa terpanggil pun tersadar. Dilihatnya mobil yang entah kapan sudah berada di depannya, tepat di depan kost'an.

"Nyari apa lo? Nyari kunci?"

Senja tak mengindahkan pertanyaan tersebut. Mengabaikan pertanyaan dari salah satu orang yang baru saja keluar dari mobil di depannya.

"Cuek nya minta ampun anjir, fixs lo jodoh gue...... Aduh" Ucapnya yang di akhiri aduhan, karena claira tanpa ba-bi-bu tiba-tiba mencubitnya.

"Apasih lo clair" Kesal Kathrin, mengelus titik yang menjadi korban cubitan claira. Padahal dirinya tak punya salah tapi, kenapa sahabatnya tiba-tiba mencubitnya.

"Mana tas lo?" Ucap claira.

Dahi kathrin berkerut. Dia nanya apa, si claira malah jawab apa.

"Buat apa dah?" Tanya kathrin, sembari memberikan tas miliknya. Membiarkan claira mengambilnya, setelahnya, claira bergegas cepat memasuki kost'an meninggalkannya.

Tak lama kemudian claira kembali menghampiri Kathrin, menarik bajunya. Melangkah mendekati posisi dimana senja berada.

Claira menghentikan langkahnya Begitupun Kathrin. "Bantuin" ucap claira tanpa suara.

Kathrin mengangguk. "Bayar!" Ucapnya terkikik geli.

"Iya nanti"

"Good lah" Ucap kathrin tersenyum. Padahal dirinya hanya bercanda tapi, kenapa claira mengiyakan. Mungkin rejekinya anak Sholehah. "Senja!" Lanjutnya melihat ke arah senja.

"Apa?"

"Tuh kunci belum ketemu?"

"Belum" Ucap senja. Matanya menatap malas ke arah Kathrin, kenapa posisi Kathrin harus sedekat ini dengan dirinya. Padahal masih luas pekarangan kost'an yang tengah dipijaknya ini. "Lo bisa jauhan dikit gak? Pindah jangan disini" Lanjutnya.

Kathrin menampilkan cengirannya, mengikuti apa yang dikatakan senja. Setelahnya, ikut mencari barang yang dimaksud.

Senja menghela nafas pelan, ujung ekor matanya melirik ke arah claira yang juga tengah sibuk mencari kunci motor miliknya.

"Lo tadi pulang pake apa?" Tanya kathrin di tengah-tengah ketiganya mencari kunci. "Senja! Bukan lo" lanjutnya ketika melihat wajah senja dan juga claira menatap kearahnya berbarengan.

Claira mengangguk pelan, matanya melirik ke arah senja yang menampilkan wajah datarnya seperti tak mempunyai semangat hidup.

"Naik taksi" Ucap senja. Yang membuat kathrin mengangguk paham.

Kathrin mengangguk. "Btw kuncinya ada gantungan nya gak sih, susah bet buat ketemu" tanya kathrin.

"Ada" ucap senja dan juga claira berbarengan.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang