Tiga belas

1.8K 158 5
                                    

Keesokan harinya.

Pagi-pagi sekali claira sudah duduk anteng di sofa ruang tengah. Pakaiannya sudah rapih, dan juga wangi. Dan jangan lupakan almet yang sudah ia kenakan, menandakan dirinya sudah siap sedia untuk berangkat kuliah.

Kepalanya ia sandarkan pada sofa, memandang ke atas. Sesekali matanya melirik ke arah pintu yang masih senantiasa tertutup.

Beberapa saat kemudian, telinganya mendengar suara pintu yang terbuka. Sontak membuat atensinya langsung mengarah pada suara tersebut. Bibirnya terangkat ke atas ketika melihat orang yang sedari tadi ia tunggu sudah berada tepat di depan matanya.

Claira berdiri, tersenyum semanis mungkin ketika melihat orang yang ditunggunya mulai melangkah ke arahnya.

"Pagi ale..." Ucap claira lembut.

Sementara si yang punya nama hanya diam membisu, tak ada suara keluar dari mulutnya. Terus berjalan melewati claira begitu saja, keluar dari dalam kost'an.

Claira mendesah pelan, tapi tetap mengekor di belakang senja. Matanya tak luput memperhatikan senja yang tengah mengeluarkan motornya dari dalam garasi.

"Ale.... Ikut nebeng boleh kan?" Ucap claira.

Senja yang tengah memanaskan motornya itu seketika tertegun. Matanya menatap sebentar ke arah claira, sedetik kemudian kembali fokus pada motornya.

"Ale... Boleh yaa"

"Mobil lo mana?" Tanya senja singkat, tanpa menatap balik ke arah lawan bicaranya.

"Ada. Boleh kan ikut nebeng?"

Senja menggeleng. "Gak" Ucapnya. "Lo berangkat pake mobil aja" lanjutnya.

"Kenapa?" Tanya Claira.

Senja kembali menggeleng. Setelahnya, menaiki motor matic miliknya.

"Aku mau berangkat sama kamu" Ucap claira sembari tangannya menahan spion motor.

Senja menggeleng pelan, dirinya tak mau jika nanti ada sesuatu yang membuat rasa dalam hatinya itu semakin besar karena claira berada di boncengannya. Bilang saja dirinya cupu. Alasannya ya? takut baper karena Claira nanti bakal meluk pinggang nya.

"Ale please... Aku gak pernah naik motor"

Mendengar itu, sontak senja menatap ke arah claira bingung. "Gak pernah? Coba lo inget-inget lagi" Ucapnya. "Bukannya sering ya sama pacar-pacar lo" Lanjutnya.

Claira terdiam, merutuki kebodohannya. "Y-ya itu dulu" Ucapnya.

Senja terkekeh pelan. Tangannya yang hendak menarik gas motor maticnya terhenti seketika, ketika motor tersebut mendadak mati. Bahkan disaat senja ingin kembali menghidupkan kembali motor miliknya, claira lebih dulu mengambil kunci tersebut.

"Itu kunci gue, balikin" Ucap senja.

"Aku balikin. Tapi, aku ikut nebeng" Ucap claira.

Senja terdiam, bergerak turun dari motornya. "Cepet balikin! Gue mau ke kampus"

"Boleh nebeng berarti?" Tanya Claira berbinar.

Senja menggeleng. Membuat claira yang melihatnya semakin erat menggenggam kunci tersebut. "KENAPA? Kenapa kamu jadi gini Ale. Aku cuma mau berangkat sama kamu ale... Kenapa kamu gak pernah bisa ngertiin aku?" Lanjutnya.

"KENAPA?" teriak claira, mulai tak bisa mengendalikan emosinya ketika melihat senja selalu menggeleng dan hanya mendiamkannya. Bahkan kunci yang ada ditangannya itu tanpa sadar ia buang asal. Membuat senja yang melihatnya membulatkan matanya terkejut. Begitupun juga dengan claira, yang baru sadar akan tindakan bodohnya.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang