Part 3

1.6K 173 18
                                    

Sudah hampir setengah jam, Nabila pikir orang yang ada di hadapannya sedang tertidur dengan mata terbuka,dia hampir menyerah dan meninggalkan tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah hampir setengah jam, Nabila pikir orang yang ada di hadapannya sedang tertidur dengan mata terbuka,dia hampir menyerah dan meninggalkan tempat ini..dia bukan pengangguran,sebentar lagi jam istirahat nya akan selesai,Anggis dan staf boutique nya pasti akan mencarinya jika dia membuang buang waktunya disini dan tak kunjung kembali.

Suasananya canggung sekali,kalo boleh Nabila ingin menghantam orang yang ada dihadapannya ini,tapi ia urungkan,ia tau akan mendapatkan masalah dari ibunya jika dia mengacaukan pertemuan ini.

Perempuan bertubuh mungil itu terus mengaduk minumnya sambil sesekali melihat layar hanphone nya,menemukan beberapa pesan dari Anggis. "Ahh..." ringis gadis cantik itu saat tanpa sengaja ujung sedotan minumnya mengenai sudut bibirnya yang tadi terluka.

Dan semua itu tak luput dari penglihatan Paul.
"Kau hanya memasukkan sedotan kedalam mulutmu,bukannya pisau..kenapa heboh sekali"sahut Paul.

Nabila hampir terlonjak mendengar suara tiba tiba dari seberang kursinya,karna sedari tadi dia duduk disini tak ada satupun yang bersuara,Nabila tidak menyangka orang dihadapannya akan bereaksi.

"Akhir-akhir  ini aku kurang mengonsumsi buah,kurasa aku sariawan,ujung bibirku perih..yaaa..sepertinya" jawab Nabila terdengar sekali dibuat buat,tidak mungkin dia akan menjawab kalau dia habis dipukuli oleh sang kakak pada pria ini kan?.Lagi satu tanggapan pria ini sangat tidak bersahabat.
"Aku tak tau kalau sariawan juga bisa menimbulkan memar" lanjut Paul sambil menunjuk ujung bibir Nabila.

Sial, Nabila yakin kalo dia sudah cukup baik menutupi memarnya dengan bedak di toilet tadi. "Yaa..mungkin?"sahut gadis itu tak yakin. "Tunggu..kurasa bukan ujung bibirku masalahnya disini,Tuan..Bapak atau apalah kau harusnya dipanggil..aku pikir kita sudah membuang waktu terlalu lama disini aku memiliki urusan lain setelah ini dan aku yakin kau pun begitu."sambung Nabila.

Dia sudah tidak bisa menunggu laki laki ini berbicara terlebih dahulu,dia memutuskan dia sendiri yang akan memulai pembicaraan ini.
"Aku tidak bisa pulang dengan tangan kosong,setidaknya harus ada sesuatu yang bisa aku laporkan pada orang rumahku entah itu penolakan atau persetujuanmu atas perjodohan ini."lanjut Nabila.

Raut wajah Paul seakan terkejut,dia sendiri bingung harus memulai dari mana,yang berakhir hanya saling diam dari awal mereka duduk di meja ini,tapi wanita di depannya ini begitu berani bertanya terlebih dahulu,baiklah itu sedikit membantunya.

"Aku pikir kau akan sama denganku menganggap kalo ini adalah hal kuno yang seharusnya tak terjadi di zaman kita,tapi dari ucapanmu sepertinya kau setuju dengan perjodohan ini!"Paul akhirnya menanggapi Nabila "melihat dari wajah mu dan kudengar kau adalah pemilik salah satu butik ternama,kurasa kau tak harus seputus asa itu untuk mencari jodoh,bukannya kau hanya tinggal tunjuk laki laki mana yang kau mau, maka mereka akan dengan senang hati menjilat disepatumu?"sambung Paul.

Paul akui wanita yang dikenalkan ibunya ini cantik,sangat.dia heran kenapa wanita cantik dengan karir yang menurutnya cukup bagus ini, mau menerima perjodohan konyol seperti ini.

Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang