"Aku rasa aku sudah melibatkan perasaan dalam hubungan ini." Tutur Paul."Jelaskan padaku!" Pinta Nabila,kedua nya masih dalam posisi berhadapan,
"aku tak tau perasaan apa ini,aku hanya merasa kalau aku menjadi seseorang yang semakin rumit,aku tak suka saat seorang pria melihatmu dengan pandangan tak biasa..kau itu naif sekali, apa kau tak bisa membedakan tatapan seseorang yang berharap lebih padamu?" Jelas Paul"mana aku tau!!kenapa kau selalu berakhir dengan menyalahkanku." hardik Nabila,pria ini bahkan saat menyatakan perasaannya masih saja bisa menyalahkannya.
Paul menengadah kan wajahnya ke atas dengan satu tangan di tengkuk kemudian melihat ke arah Nabila lagi.
"baiklah lupakan itu,yang jelas aku serius dengan hubungan ini,aku menyukaimu mari mulai semuanya dari awal!" Ucap Paul,matanya lurus menatap Nabila,benar-benar tak ada keraguan dalam ucapannya."Aku pikir tak ada yang salah dengan hubungan serius,toh kita akan menuju ke arah sana cepat atau lambat. Dan untuk masalah perasaan,aku tidak bisa menjanjikan padamu hal yang sama dalam waktu dekat ini." balas wanita itu. Paul menahan napasnya mendengar penuturan Nabila.
"Kau tau,selama ini aku hidup tanpa tau bagaimana rasanya dicintai dan diinginkan,aku ragu aku bisa membalas perasaanmu padaku,selalu ada ketakutan saat aku menyerahkan hatiku pada seseorang,aku takut saat aku mulai membalas perasaanmu kau akan meninggalkanku. Kau mungkin akan menganggap ini konyol tapi percayalah selalu ada trauma seperti itu dalam diriku." Untuk pertama kali dalam hidupnya Nabila bisa membicarakan hal seperti ini dengan seseorang,dan orang itu adalah Paul.
"Aku tak masalah dengan itu, yang perlu aku lakukan hanya meyakinkan mu kan? Aku akan berusaha membuktikan padamu kalau kau bisa memercayakan hatimu padaku." Paul paham apa yang Nabila maksud. Wanita ini pasti trauma dengan semua perlakuan yang ia dapat dari orang rumahnya,wanita itu jelas tak pernah mendapatkan cinta dari keluarganya,dia tak pernah dianggap ada..bahkan sampai akhir pun dia dimanfaatkan untuk keuntungan keluarganya .
"Yakinkan dirimu kalau kau berharga, kau berhak atas semua kebahagiaan dan cinta." Lanjut Paul.
Nabila menatap Paul,mereka saling mengunci tatapan satu sama lain."Kenapa aku merasa kalau malam ini kau keren sekali?" Ujar Nabila tiba-tiba dengan senyuman tipis,wanita itu memutuskan tatapan mereka,mengarahkan padangannya ke hamparan lautan yang ada di depan matanya.
"Kau memang pandai merusak suasana." jawab Paul sambil terkekeh. Keduanya sama-sama melihat kearah laut menikmati bagaimana angin malam menerpa wajah mereka.
Paul tak tau apa yang akan terjadi dengan mereka kedepannya. Yang jelas kali ini dia ingin mengikuti kata hatinya. Pria itu tersenyum cukup lebar,bagaimana mungkin hatinya bisa luluh oleh wanita keras kepala seperti Nabila.*
Di dalam mobil suasana cukup canggung setelah tadi Paul menyatakan perasaannya pada Nabila.
Mereka sama-sama terdiam,Nabila memainkan ponselnya untuk menutupi kecanggungan yang ada diantara keduanya..tiba-tiba perutnya berbunyi,wanita itu refleks menekan perut dengan jari untuk menutupi suaranya,tapi itu sia-sia..sudah jelas Paul pasti mendengarnya. Pria itu menoleh kearahnya kemudian tersenyum tipis."mau makan ramen direstoran ujung jalan ini?" Tanya Paul masih dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya. Nabila menutup matanya,ia merasa malu. wanita itu kemudian menganggukkan kepala sebagai jawaban.
*
"Apa pria bernama Raffa itu tak menyediakan makanan untukmu bahkan setelah kau bersedia menerima tawarannya?" Tanya Paul,saat melihat gadis itu begitu lahap menyantap mie kuah ala Jepang miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me
FanfictionKetika tak ada satupun hal baik yang terjadi di hidupmu hingga tiba tiba datang seseorang,akankah dia menjadi penyelamatmu ataukah kesialanmu berikutnya