"Kau pilih,tetep tinggal dirumah mu...atau ikut tinggal bersamaku?" Tanya Paul balik
Kening Nabila berkerut "Maksudmu?"
Nabila jelas tak mengerti,ia baru terbangun karna suara berisik orang yang tengah beradu argumen,kemudian tiba-tiba ditanyai dengan siapa ia akan tinggal."Aku tak bisa membiarkan mu hidup serumah dengan orang yang jelas-jelas mencelakaimu..aku meminta pada ibumu untuk membawamu tinggal bersamaku." Paul menjelaskan pada Nabila.
"Apa kau bercanda?" Nabila memicingkan matanya
"Apa aku terlihat bercanda?" Kesal Paul.
"Kita belum menikah, kau pikir aku segila itu tinggal dengan pria yang belum menikahiku?" Tanya Nabila.
"Baiklah aku terlalu gegabah dengan ide tinggal bersama,kalau begitu kau bisa tinggal dirumah keluargaku." Ujar Paul akhirnya..mungkin ia memang terburu-buru mengambil keputusan tentang mengajak Nabila tinggal bersamanya...sementara jelas-jelas belum ada ikatan legal diantara keduanya yang memperbolehkan mereka untuk tinggal dalam satu rumah.
Marissa memandang sang putri, menunggu jawabannya.
"Tidakkah kau berpikir kalau kau mulai berlebihan?" Tanya Nabila.
Tak ada suara setelahnya, Paul tak menjawab keduanya hanya saling lempar pandangan.
Sementara Marissa hanya melipat tangan diperut dengan kepala menunduk."Aku peduli akan keselamatanmu dan kau bilang aku berlebihan?" Tanya Paul balik.
"Baiklah,kalau begitu lakukan apapun yang kau mau,aku akan pergi." Sambung Paul meraih jaket dan barang-barang miliknya kemudian beranjak pergi meninggalkan Nabila dan ibunya disana.
Nabila menutup wajah dengan tangannya yang masih terpasang selang infus,matanya memerah.
"Nabila.." Marissa mencoba mendekati putrinya
"Bisakah ibu tinggalkan aku? Aku ingin sendiri sekarang...maaf." Nabila memotong ucapan sang ibu.
Marissa mengangguk-anggukan kepalanya "ibu mengerti..ibu akan kembali lagi kesini nanti." Jawab Marissa.
*
Nabila rasa Paul benar-benar marah dengannya,bahkan setelah kepergiannya tak ada satu pun pesan yang pria itu kirim.
"Aku hanya tak ingin dia masuk terlalu jauh dengan masalahku dan keluargaku...aku tak ingin dia menganggap ku menyedihkan." Ucap Nabila entah pada siapa.
"Pria itu benar-benar menyebalkan dan aku merindukannya." Lanjut wanita cantik itu.
Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka Nabila reflek menoleh.
"Sayangku maafkan aku baru sempat datang...aku harus menggantikan mu menemui client kita." Anggis datang dengan segala tingkah hebohnya.
"Oh kupikir seseorang" gumam Nabila pelan.
"Tunggu,seperti nya kau tak senang melihatku" Anggis mendelik kearah Nabila,sahabatnya itu tampak biasa saja saat melihat kehadiran nya bahkan terkesan ada raut wajah kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me
FanfictionKetika tak ada satupun hal baik yang terjadi di hidupmu hingga tiba tiba datang seseorang,akankah dia menjadi penyelamatmu ataukah kesialanmu berikutnya