Chapter 1

1.1K 106 29
                                    

Seorang laki-laki manis duduk di sofa sambil bersedekap dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang laki-laki manis duduk di sofa sambil bersedekap dada. Bibirnya cemberut lantaran merasa kesal pada kedua orang tuanya yang akan pergi meninggalkannya.

GAVYA SEKALA HIMAWARI, atau  di sapa Gavya oleh teman-temannya. Namun keluarganya memanggilnya dengan Kala.

"Kala..," Panggil bunda Gavya membuat Gavya melengos. Hari ini dirinya berada di rumah sepupunya, dan kedua orang tuanya akan pulang ke rumahnya yang berada di luar kota.

Gavya pindah sekolah di tempat sepupunya bersekolah. Orang tua Gavya juga sudah menyiapkan apartemen untuk anaknya tempati.

"Tidak, Kala mau di sini aja bunda," ucapnya sedikit merengek. Dirinya tidak mau pindah ke apartemen yang sudah kedua orang tuanya siapkan.

Bunda Gavya tersenyum kecil, dia duduk di samping anaknya, lalu mengelus kepalanya sayang. "Kala bisa Dateng ke sini kapan aja. Tapi Kala harus tinggal di apartemen."

"Kalo Kala kelaparan gimana bunda? Kala kan hidup sendiri. Nanti ada berita 'seorang remaja tewas karena kelaparan, dan mayatnya sudah membusuk karena tidak ada yang tahu' gitu. Mending di sini aja sama aunty Vera," balasnya dengan menatap bundanya.

"Kamu ngga akan kelaparan, nanti bunda minta tolong ke Reiga buat cek isi kulkas kamu. Atau bunda minta Reiga buat tinggal sama kamu aja?" Tanyanya pada Gavya.

Gavya yang mendengar itupun sontak menggelengkan kepalanya cepat. Dia tidak mau tinggal bersama sepupunya yang sangat menyebalkan itu.

"Tidak, tidak, tidak mau! Kak Reiga sangat nyebelin. Aku tidak mau hidup bareng dia," balasnya sambil menggerutu kecil.

"KALAAAAA!" Gavya menoleh saat mendengar suara Reiga. Dirinya menatap kakak sepupunya yang masuk sambil cengar-cengir tidak jelas.

"Hehehe, cil, bikinin minum dong. Haus banget nih," pintanya ketika sudah duduk di sofa yang bersebrangan dengan Gavya.

"Kayak ada suara. Tapi kok tidak ada wujudnya?" Gumam Gavya yang pura-pura tidak melihat keberadaan Reiga.

"Cil, bocil!" Panggil Reiga lagi, namun Gavya tetap berpura-pura tidak melihat pria itu.

"Kayaknya ada hantu deh," gumam Gavya sambil bergidik ngeri.

Bughhh!

"HUAAAAAAA!" Gavya menangis saat Reiga melempar bantal sofa ke arahnya. Sedangkan bunda Gavya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua remaja tersebut.

"Astaga Reiga! Kenapa kamu suka banget jailin Kala hah?!" Pekik mamah Reiga sambil menjewer telinga anaknya.

"Aduh, aduh sakit mah, ampun.." pinta Reiga yang berusaha melepaskan tangan mamahnya dari telinganya yang sudah memerah.

"Hiks! Sakit kak Reiga! Hiks!" Ucap Gavya dengan mengelus pipinya. Sungguh, lemparan Reiga ternyata cukup kencang.

"Sudah, sudah, jangan nangis." Bunda Kala berusaha menenangkan anaknya yang masih menangis.

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang