Chapter 29

481 105 48
                                    

Gavya berlari masuk ke dalam rumah sakit saat mendapat kabar kalau Reiga kecelakaan. Dengan langkah cepat dia pergi ke ruang di mana Reiga sedang di obati.

Ceklek.

Semua orang menoleh saat Gavya masuk. Ada Owen dan juga Sandya yang ada di sana.  Namun dia tak menghiraukannya. Dia segera menghampiri Reiga yang sedang duduk di sisi brankar.

"Eh eh jangan nangis dong," Seru Reiga panik saat melihat mata Gavya berkaca-kaca. Dia dengan cepat membawa Gavya ke pelukannya. "Gue yang jatuh, kok lo yang nangis?" Tanya Reiga membuat Gavya memukul pundaknya kesal.

"Hiks diam! hiks kenapa tidak hiks hati-hati?" Ujar Gavya di sela-sela tangisannya.

"Rem motor gue blong cil. Gue juga ngga tau. Untung lo pulang dulu, jadi gue doang yang jatuh," Ungkap Reiga yang merasa bersyukur karena hanya dirinya yang jatuh dan mengalami luka ringan.

Reiga mendapat luka di siku dan lutut. Meskipun celana yang di pakainya sedikit sobek, tetapi luka di lutut Reiga tidak terlalu parah. Hanya saja sedikit lecet.

Gavya semakin erat memeluk Reiga. Sebenarnya dirinya merasa tak nyaman karena Sandya sedari tadi menatapnya terus menerus.

Gavya mendongak, membuat Reiga menghapus jejak air mata yang berada di pipi sepupunya itu. "Udah ngga usah cengeng. Hari ini lo nangis mulu perasaan," Ledek Reiga hingga Gavya mendelik sebal ke arahnya.

"Jadi motornya gimana? tidak apa-apa kan?" Tanya Gavya pada Reiga.

"Jadi lo nangisin gue atau motor gue?" Seru Reiga sedikit kesal. Pasalnya Gavya malah menanyakan motornya, bukan keadaannya.

Gavya hanya terdiam dengan sesenggukan yang masih keluar dari bibirnya. "Maaf," Ujarnya pelan.

"Bukan salah lo, jadi ngga usah minta maaf," Balas Reiga  sembari menyentil pelan kening Gavya hingga Gavya merengek kecil karenanya.

"Ayo pulang, gue sama Owen, lo sama Sandya," Seru Reiga tetapi Gavya malah menggelengkan kepalanya. "Aku naik taksi aja," Cicitnya.

"Lah kenapa?  O iya ya kan kalian udah mantan," Ujar Reiga niat hati ingin meledek keduanya, tetapi dia malah mendapat tatapan tajam dari Sandya.

"Loh kalian putus?" Celetuk  Owen yang sedari tadi hanya menyimak. Jari telunjuknya menunjuk Sandya an Gavya secara bergantian dengan tatapan terkejut.

"Iya/engga," Balas Gavya dan Sandya bebarengan. Mereka saling melirik ketika jawaban mereka berbeda.

"Udah ayo pulang aja," Ajak Reiga memotong pembicaraan mereka. Dia melepaskan pelukan Gavya dan menggenggam tangannya untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Eh gue masih bingung anjir, minimal jelasin kek," Seru Owen meminta penjelasan karena dirinya masih  bingung dengan situasi ini. Namun Reiga berceletuk, "Biarin mereka yang selesein, kita ngga usah ikut campur. Mau di jelasin sampe mulut berbusa juga lo ngga bakalan paham, soalnya gue juga ngga tau."

Owen menatap Reiga datar. Detik kemudian pria itu menunjukkan jari tengahnya hingga Reiga tergelak. "Udah ayo pulang, Atau mau nginep di sini?" Seru Reiga yang di balas gelengan kepala oleh  Owen. "Gue mau ke kamar mandi dulu, kalian duluan aja," Balas Owen lalu keluar terlebih dahulu.

"Ayo, horor banget di sini," Celetuk Reiga menyindir Sandya dan Gavya yang sedari tadi terdiam. Mereka akhirnya keluar dari ruangan tersebut dan berjalan menuju parkiran.

ting!

Gavya mengambil ponselnya ketika merasa ada pesan. Dia melirik Reiga yang sedang mengobrol bersama Sandya. Gavya lalu membuka pesan anonim dari nomor yang menerornya.

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang