Chapter 31

518 98 28
                                    

5 tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5 tahun kemudian....

Gavya duduk di samping makam seseorang. Sedari tadi dia menceritakan kehidupannya selama pria itu tidak ada.

Tangannya mencabuti rumput dengan bibir yang tak berhenti mengoceh. Teriknya panas matahari tidak ia hiraukan demi menghilangkan kerinduannya pada pria itu.

"Hiks, aku kangen hiks." Tiba-tiba Gavya menangis, tak kuat menahan rasa rindunya yang ia tahan sedari tadi.

"Kenapa kamu ninggalin aku hiks. Aku sendirian sekarang hiks," lanjut Gavya. Tangannya memukul kecil tanah makam pria tersebut.

"Kala." Gavya menghapus air matanya ketika suara familiar memanggilnya. Dia menoleh, dan melihat Reiga yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Ayo pulang, Lo udah 2 jam di sini," serunya membuat Gavya menggelengkan kepalanya. Dia lalu kembali menghadap makam itu sambil menundukkan kepalanya.

"Nanti saja, aku masih pengen di sini. Kakak Reiga pulang dulu tidak apa-apa." Reiga menghela nafasnya pelan, menghampiri Gavya dan berjongkok di sampingnya.

"Tadi Shafira mau ketemu loh." Gavya terdiam. Dirinya masih ingin di sini tetapi dia lupa mempunyai janji dengan Shafira.

"Aku sedih tau kakak. Tidak kerasa udah lima tahun aja," cicit Gavya yang masih bisa di dengar oleh Reiga.

"Iya, kita doain aja ya. Dia juga udah bahagia di sana. Dia ngga suka kalo liat Lo sedih." Gavya mendongak, menatap Reiga dengan mata yang berkaca-kaca.

"Hiks tapi aku kangen hiks, aku pengen ketemu." Gavya kembali menangis, membuat Reiga segera membawa sepupunya ke dalam dekapan.

"Cup cup cup, jangan nangis dong." Reiga berusaha menenangkan Gavya. Mengelus punggungnya lembut agar tangisan Gavya berhenti.

Gavya selalu menangis ketika dia berkunjung ke makam itu. Setiap tahun dia tidak pernah absen ke sana.

"Udah ayo pulang. Udah panas banget." Gavya menganggukkan kepalanya, dia lalu berpamitan sambil mengusap batu nisan yang tertera nama seseorang.

"Aku pulang dulu ya, nanti aku ke sini lagi," ucapnya sedih.

Reiga ikut menatap nama itu, andai saja dulu ia tak kecelakaan. Sudah pasti dia akan menghabisi pelakunya tanpa ampun.

Reiga menggandeng tangan Gavya untuk bangkit. Dia menuntun menuju tempat di mana dia memarkirkan mobilnya.

"Kakak Shafira di rumah?" Tanya Gavya ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Iya, tadinya dia mau ikut, tapi ngga gue bolehin. Panas banget soalnya." Gavya menganggukkan kepalanya, menyandarkan kepalanya di kursi sambil menghela nafasnya.

Reiga mulai menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan pemakaman menuju rumah Shafira. Dia sedikit melirik Gavya yang masih terdiam lemas.

"Nyari yang baru aja cil. Ngga papa kok," celetuk Reiga membuat Gavya menoleh. Dia mengerjapkan matanya pelan guna mencerna kalimat Reiga.

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang