Chapter 9

609 97 30
                                    

Gavya menghentakkan kakinya kesal menuju tribun di mana Axio telah menunggunya sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gavya menghentakkan kakinya kesal menuju tribun di mana Axio telah menunggunya sejak tadi.

Dengan kasar, ia duduk di samping Axio lalu bersandar dengan bersedekap dada. "Aku mau keluar aja!" ucapnya, membuat Axio menatapnya bingung. "Lah, kenapa?"

Gavya mengalihkan pandangannya, tatapan kesal sangat terpancar di wajah pria manis itu. "Kamu tidak liat? Dari tadi, kak Atalla mainnya dorong-dorong terus! Sakit tau, jatuh terus terusan!" ungkapnya pada Axio.

Axio terkekeh pelan, Gavya sangat persis seperti anak kecil yang sedang mengadu. Belum lagi wajahnya yang memerah karena panas.

"Ya udah, terserah Lo. Nih, minum dulu," ujar Axio sambil memberikan sebotol air minum yang telah lama dipegangnya.

Gavya menerimanya dengan cemberut, "kenapa bukan susu strawberry? Aku kan lagi pengen susu strawberry."

"Abis keluar keringat, minum air putih dulu. Susu strawberry-nya buat nanti lagi," jelas Axio. Gavya mengangguk, membuka tutup botol tersebut, lalu meneguknya.

"Lagian itu bukan gue yang beli, itu dari kak Sandya," lanjut Axio yang berhasil membuat Gavya tersedak.

"Uhuk uhuk. K-kakak jelek?" tanya Gavya, diangguki oleh Axio.

"Iya, sebenarnya bukan sekarang doang sih, tapi sering banget. Lo nya aja yang ngga tau." Gavya mengerjapkan matanya pelan, memikirkan ucapan Axio.

Gavya mengangkat sedikit lebih tinggi botol yang masih di tangannya, lalu mengalihkan pandangannya pada Axio. "Tidak ada racunnya kan Axio?" Ujar Gavya dengan ekspresi polosnya.

Axio menghela nafasnya, menyadari tingkat kepekaan Gavya yang sangat rendah. Tidak heran kenapa Reiga selalu merasa frustasi saat bersama Gavya.

"Paling sebentar lagi mulut Lo berbusa," ucapnya membuat Gavya merasa takut. Dia kemudian mengembalikan botol yang airnya tinggal setengah itu pada Axio.

"Ih kalo aku mati gimana? Axio aku belum siap ketemu tuhan, nanti aku harus bilang apa ke tuhan?" seru Gavya sambil mengguncangkan lengan Axio.

Axio memutar bola matanya malas. Temannya ini benar-benar polos. "Bercanda doang astaga! Kalo emang ada racunnya, udah dari awal Lo mati Gavya," jelas Axio sedikit gregetan.

Gavya memiringkan kepalanya dengan mata mengerjap pelan, setelahnya dia merebut kembali botol minuman yang berada di tangan Axio dan meminumnya.

"Kalo nanti aku mati, kamu yang tanggung jawab," ucap Gavya sebelum meminum kembali air itu.

Axio hanya menganggukkan kepalanya malas, dirinya terlalu lelah jika harus menghadapi ketantruman Gavya.

"Tapi kenapa kakak jelek yang beliin minum? Harusnya kamu axio, kamu temen aku bukan?" Tanya Gavya dengan tangan menutup botol yang sudah habis itu.

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang