chapter 19

644 105 36
                                    

Gavya berjalan dengan tangan yang menggenggam tali dari balon yang ia bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gavya berjalan dengan tangan yang menggenggam tali dari balon yang ia bawa. Pria manis itu meloncat kecil dengan senyum manis yang selalu menghiasi bibirnya. Sebelah tangannya di gandeng oleh Sandya. Karena takut bocah itu akan hilang.

Sesampainya di ruangan Shafira, Sandya masuk terlebih dahulu diikuti Gavya yang bersembunyi di belakang tubuh Sandya.

"Kakak!" Pekik Shafira ketika melihat Sandya datang, dia menubruk tubuh Sandya hingga genggaman Sandya pada Gavya terlepas.

"Gimana hari ini?" Tanya Sandya sambil membalas pelukan Shafira. Pria itu mengecup pelan pucuk kepala adiknya.

"Seperti biasa," balas Shafira yang di angguki oleh Sandya.

Sementara di belakang Sandya, Gavya hanya melihat kedunya dengan mata yang berkedip-kedip. Tangannya menarik-narik tali balon hingga balonnya ikut naik turun.

Shafira melepaskan pelukannya, dia mengintip ke belakang saat menyadari ada seseorang di belakang Sandya.

"S-siapa?" Tanya Shafira sembari menunjuk Gavya. Raut takut terlihat jelas di wajah perempuan tersebut.

Sandya menarik tangan Gavya membuat Shafira mundur beberapa langkah karena merasa takut.

"Tidak apa-apa. Ini Gavya, dia bukan orang jahat," seru Sandya memperkenalkan Gavya pada Shafira.

"Gavya?" Gumam Shafira yang di angguki oleh Sandya. Kemudian Sandya berbisik di telinga Gavya, "Sayang, ayo ajak kenalan, tapi pelan-pelan karena dia takut sama orang baru."

Gavya mengangguk, dia tersenyum manis lalu melambaikan tangannya. "Halo kakak Shafira, aku Gavya. Aku bawa 2 balon, yang satu buat kakak. Kakak mau tidak?" Ujar Gavya yang di angguki oleh Shafira.

Gavya mengulurkan satu tali dengan balon berkarakter Marie pada Shafira. Meskipun Shafira masih terlihat takut, tetapi perempuan itu dengan pelan menerimanya.

"M-makasih," ucap Shafira membuat Gavya kembali tersenyum. "Uhm, aku boleh temenan sama kakak Shafira tidak?" Shafira mengerutkan dahinya bingung, dengan ragu dia kembali menganggukkan kepalanya.

"Kakak Shafira jangan takut, aku tidak makan orang kok." Perlahan Gavya mendekati Shafira, lalu menggenggam tangannya lembut.

"K-kamu ngga bakal pukul-pukul aku kan?" Cicit Shafira membuat Gavya menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak boleh pukul-pukul, itu tidak baik," balas Gavya dengan kening yang mengerut.

Shafira perlahan tersenyum, membuat Gavya terpesona untuk beberapa saat. "Kakak Shafira cantik banget kalo tersenyum," pujinya.

Shafira terkekeh pelan, mengajak Gavya duduk di sofa yang ada di sana. Melupakan Sandya yang masih berdiri sambil menatap keduanya.

"Kakak ngga di ajak?" Seru Sandya hingga Shafira dan Gavya menoleh ke arahnya. "Duduk aja, biasanya juga duduk sendiri," balas Shafira membuat Sandya mendelik sebal.

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang